Ethicaldigest

Patogenesis Sarkopenia

Otot skeletal terdiri dari dua jenis serat otot: miofibres tipe 1 memiliki waktu kontraksi yang lambat, menggunakan jalur oksidatif dan tidak mudah mengalami kelelahan. Sebaliknya, miofibre tipe 2 memiliki waktu kontraksi yang cepat, bergantung pada jalur glikolitik dan lebih mudah mengalami kelelahan.

Penurunan masa otot skleletal karena proses penuaan, disebabkan penurunan ukuran dan jumlah miofiber, baik miofibre jenis lambat atau cepat. Meski begitu, hilangnya miofibre cepat cenderung terjadi lebih dini, di usia 70 tahun. Banyak faktor mempengaruhi penurunan masa otot. Kontributor paling signifikan adalah resistensi anabolik dari otot skeletal lansia terhadap protein. Hal ini terlihat pada orang yang imobilisasi. Bisa diatasi dengan latihan resistensi dan suplementasi.

Masalah lain yang banyak diteliti adalah hilangnya inervasi dan kerusakan oksidatif. Hilangnya inervasi miofibre, adalah karakteristik otot yang menua dengan perubahan terjadi pada berbagai tingkat, dari sistim saraf sentral dan periferal sampai pada sel jaringan otot skeletal. Ini meliputi hilangnya motoneuron, demielinasi akson dan penarikan ujung saraf dari neuromuscular junctions (NMJs).

Banyak penelitian yang menjabarkan patogenesis otot skeletal menua pada hewan pengerat. Tapi, berbeda dengan otot manusia yang terbentuk terutama oleh miofibrel lambat, otot tikus sebagian besar adalah miofiber cepat. Perbedaan ini harus menjadi pertimbangan, ketika menggunakan hasil pengamatan pada binatang kepada manusia.

Terlebih, pada manusia, sarkopenia memerlukan waktu lama untuk bermanifestasi. Sarcopenia secara progresif bermanifestasi dalam 20-30 tahun. Sementara, pada tikus, durasinya lebih pendek >1 tahun (dari 18 bulan sampai 30 bulan), dengan rentang usia normal untuk tikus adalah 3 tahun.

Inervasi miofiber untuk kontraksi otot skeletal, sangat dibutuhkan pada tikus dan manusia. Pemeriksaan tikus berusia lanjut (sampai usia 29 bulan) menunjukkan denervasi NMJs otot anggota gerak bagian belakang, tanpa perubahan jumlah atau ukuran tubuh sel motorneuron di tulang belakang spinal, menunjukkan problem primer di tingkat otot per se.

Sebaliknya, banyak perubahan pada fungsi motorneuron terlihat pada pemeriksaan elektrofisiologis pada lansia, mendukung perubahan pada sistim saraf pusat, meski sulit untuk memastikan apakah perubahan ini akibat perubahan NJMS dini; pemeriksaan invasive status NMJ jarang pada penelitian-penelitian pada manusia.

Pada lansia, akumulasi reactive oxygen species (ROS) dapat menyebabkan kerusakan oksidatif biomolekul, menyebabkan hilangnya masa dan kekuatan otot. Dilaporkan bahwa peningkatan stress oksidatif dihubungkan dengan berbagai situasi yang menyebabkan muscle wasting. Namun, bagaimana ini bisa terjadi dan kompleksitas  pada interaksi in vivo tetap belum jelas. Oksidasi ireversibel dari makromolekul, seperti protein dan lipid, menyebabkan akumulasi pigmen bernama lipofuscin yang merupakan penanda klasik jaringan yang menua. ROS bentuk lain menyebabkan oksidasi reversible dari protein thiols, untuk memodulasi fungsi berbagai protein (yang terlibat dalam sintesis dan degradasi protein, serta kontraksi otot). Karena antioksidan berbeda mentargetkan ROS tertentu, perlu mengetahui secara pasti ROS apa yang meningkat pada sarcopenia, untuk memilih terapi teraputik yang tepat.

SARKOPENIA, PENYEBAB KELEMAHAN PADA LANSIA