Ethicaldigest

Peran Sel Punca pada In Vitro Fertilization

Salah satu tujuan utama program  in vitro fertilization (IVF), adalah memperoleh banyak oosit yang terbuahi dengan mutu yang baik. Jumlah oosit yang dipanen dari satu siklus program IVF, tidak selalu berbanding lurus dengan jumlah oosit yang matang. Laporan tahunan Klinik IVF Yasmin Kencana, RSCM Kencana, tahun 2018 (data tidak dipublikasikan) menunjukkan total 3279 oosit yang berasal dari 389 siklus segar, ternyata hanya didapatkan 2868 oosit matang (87,47 %).

Telah dibuktikan bahwa perkembangan dan kesintasan oosit, dipengaruhi oleh keberadaan sel-sel granulosa di sekitar oosit (sel granulosa kumulus). Terdapat komunikasi yang kuat dan bersifat dua arah antara oosit dan sel-sel granulosa kumulus, melalui produk-produk yang dihasilkan keduanya.

Meski dapat meningkatkan jumlah perolehan oosit yang dipanen dalam satu siklusnya, obat-obat yang digunakan pada controlled ovarian stimulatin (COS) berpotensi memicu apoptosis sel granulosa. Apoptosis sel granulosa akan mengakibatkan gangguan pematangan oosit yang berdampak pada jumlah oosit yang dipanen, laju pembuahan (fertilisasi), perkembangan embrio, dan laju kehamilan.

Sebagian besar folikel di ovarium tidak akan mencapai fase ovulasi, dan berakhir dengan apoptosis. Atresia folikel di ovarium diawali dengan terjadinya apoptosis sel granulosa. Mekanisme terjadinya apoptosis di sel granulose, dapat dijelaskan melalui dua mekanisme, yaitu: mekanisme intrinsik (jalur mitokondria) dan mekanisme ekstrinsik (jalur reseptor kematian). Mekanisme apoptosis sel granulosa diregulasi oleh faktor-faktor Proapoptosis (Bax) dan antiapoptosis (survivin).

Salah satu teknik pengobatan dalam kedokteran regeneratif, adalah penggunaan fungsi parakrin sel punca. Melalui mekanisme parakrin, sel punca mesenkim yang berasal dari talipusat (SPM-TP) melepaskan faktor-faktor berupa sekretom, mikrovesikel atau eksosom, yang dapat ditemukan di medium biakan SPM-TP; dikenal sebagai medium terkondisikan (MT) atau conditioned medium (CM). Fungsi parakrin SPM-TP yang berperan dalam mekanisme pembaharuan ulang dan perbaikan jaringan, adalah menghasilkan faktor-faktor tropik, yang salah satunya memiliki sifat antiapoptosis.

Pada 16 April 2019, dilangsungkan acara promosi dr. Kanadi Sumadipradja, Sp.OG (K), menjadi Doktor dalam bidang Ilmu Kedokteran, dengan judul tesis “Interaksi Komponen Pro dan Anti Apoptosis Sel Granulosa Penanggap Baik Pasca Stimulasi Ovarium Terkendali yang Dipajankan pada Medium Terkondisikan Sel Punca Mesenkim Talipusat”.

Dr. Kanadi dalam penelitiannya bertujuan menentukan peran sel punca, dalam mencegah apoptosis sel granulosa dan mempertahankan fungsi sel granulosa pasca COS. Penelitian dilakukan di RSCM dan FKUI dari Februari 2017 hingga Desember 2018, menggunakan 23 subjek IVF penanggap baik dengan rerata umur 32,57+5,80 tahun. Persentase oosit matang per total jumlah oosit adalah 79,57%.

Ditemukan perbedaan bermakna secara statistik pada tampilan Bax pasca dipajankan pada MT SPM-TP (4,09E-7 vs. 3,74E-7, p = 0,024). Tidak ditemukan perbedaan bermakna secara statistik, pada survivin (3,04E-8 vs. 2,31E-8, p = 0,571), nisbah Bax/survivin (6,98E+1 vs. 8,5E+0, p = 0.199), dan GDF9 (4,88E-5 vs. 5,98E-5, p = 0,317) pasca dipajankan pada MT SPM-TP.

Terdapat peningkatan yang bermakna secara statistik pada kadar IGF-l di dalam MT SPM-TP pasca pemajanan (2,28 vs. 3,07+1,72, p < 0,001). Uji korelasi memperlihatkan hubungan positif kuat dan bermakna secara statistik, antara survivin dan GDF9 (r = 0,096, p < 0,001).

Analisis kuantitatif subjek yang persentase oosit matangnya <70%, memperlihatkan penurunan tampilan Bax dan nisbah Bax/survivin serta peningkatan tampilan GDP 9 lebih nyata, pada subjek yang persentase oosit matangnya sangat rendah (16.67%). Subjek dengan persentase oosit matangnya <70% tidak memperlihatkan peningkatan tampilan survivin pasca pemajanan.

MT SPM-TP terbukti dapat menekan tampilan Bax, namun tidak mampu memicu peningkatan tampilan survivin dan produksi GDF9 di sel granulosa. Meski demikian, terdapat korelasi yang positif dan kuat antara tampilan survivin dengan produksi GDP 9 di sel granulosa. Di bawah pengaruh MT SPM-TP, sel granulosa terbukti dapat menghasilkan IGF-l, yang berpotensi bekerja secara autokrin di sel granulosa.

Hasil analisis kuantitatif individual pada subjek dengan persentase kematangan oosit yang rendah, memperlihatkan adanya tanggapan sel granulosa yang beragam terhadap pajanan MT SPM-TP. Namun sel granulosa yang berasal dari subjek dengan persentase kematangan oosit terendah, menunjukkan tanggapan yang lebih baik pasca pajanan pada MT SPM-TP, dari aspek penurunan Bax dan peningkatan produksi GDP 9.