Ethicaldigest

Malnutrisi Pasien Rawat Inap

Malnutrisi klinis merupakan istilah yang dipakai saat pasien yang dirawat di rumah sakit, mengalami malnutrisi. Hal ini bias terjadi di rumah sakit kecil atau besar, di dalam dan di luar negeri. “Malnutrisi klinis suatu keadaan yang tampak jelas, seperti penurunan berat badan, lesu dan lemah, mata dan pipi cekung dan kulit terlihat kriput,” kata dr. Johanes Chandrawinata MND, SpGK, dari Rumah Sakit Melinda Hospital, Bandung.

Pasien rawat inap bisa mengalami malnutrisi. Faktor yang melatar belakangi, karena kondisi pasien saat masuk rumah sakit sudah mengalami malnutrisi.  Atau kondisi pasien saat masuk rumah sakit dalam kondisi baik, tapi selama perawatan memburuk, atau karena penyakitnya sendiri (penyakit parah yang membuat pasien lemah dan kurang gizi).

Dr. Johanes menambahkan, malnutrisi pada pasien bisa terjadi dari obat-obatan yang membuat nafsu makan menurun dan gangguan pencernaan seperti mual, atau karena efek terapi seperti pada pasien kanker. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa prevalensi malnutrisi di rumah sakit, dinilai ketika pasien baru masuk, berkisar 20-60%. Pada penelitian nutrisi lain di Latin-Amerika (2002), ditemukan kasus malnutrisi 50,1%, di antaranya 12,6% pasien berada dalam kondisi malnutrisi berat. Di Indonesia, data dari RS Hasan Sadikin Bandung tahun 2006, pasien yang masuk mengalami malnutrisi sebesar 71,8% dan malnutrisi berat 28,9%.

Bahaya Malnutrisi Pasien Rawat Inap

                Kondisi malnutrisi klinis pada pasien rawat inap, bisa berdampak pada keberhasilan perawatan. Bisa berisiko komplikasi infeksi, perawatan di rumah sakit bertambah lama, bahkan mengakibatkan kematian. Fungsi organ tubuh yang makin menurun karena malnutrisi, membuat obat-obatan tidak bekerja normal dan kesembuhan terhambat. Juga berdampak pada menurunnya sistem imun, yang membuat tubuh mudah terserang penyakit infeksi.   

Selain dampak di atas, beberapa penelitian menyatakan bahwa keadaan malnutrisi di rumah sakit bisa menimbulkan komplikasi 2-20 kali lebih besar dibanding pasien dengan nutrisi yang baik. Jika malnutrisi makin berat, bisa menimbulkan komplikasi besar; pada pasca bedah bisa 4x lebih tinggi.

Mengenali Status Malnutrisi

Dalam perawatan pasien di rumah sakit, nutrisi kadang kurang mendapatkan perhatian. Tidak jarang, hal itu menjadi salah satu kelalaian dokter, yang bisa menyebabkan pasien justru mengalami malnutrisi dan akibatnya sangat merugikan. Mengenali status malnutrisi di rumah sakit merupakan hal yang potensial; bisa menjadi cara untuk mempercepat kesembuhan. Status malnutrisi pasien bisa dilihat dari kandungan protein dan albumin dalam darahnya rendah, berat dan tinggi badan kurang.

Pasien kanker contohnya. Rata-rata, penderita kanker mengalami malnutrisi selama perawatan, karena pengobatan menggunakan kemoterapi dan radiasi yang bisa mempengaruhi ketahanan tubuh. Selain itu, dokter kurang memperhatikan kondisi pasien dan hanya terfokus pada penyakit tanpa memperhatikan status nutrisi pasien.

NST Untuk Pasien Malnutrisi

Perlu edukasi untuk meningkatkan pengetahuan dokter, perawat, dietisien dan ahli farmasi mengenai pentingnya nutrisi. Perlu dibentuk tim nutrisi di rumah sakit, supaya nutrient atau makanan bias dijadikan sebagai obat. “Tim nutrisi melibatkan disiplin ilmu seperti dokter gizi, bedah, internis, perawat dan ahli gizi. Tim akan mendeteksi, apakah ada malnutrisi pada pasien rawat inap sejak pasien diopname,” ujar dr. Johanes.  

                Pelayanan nutrisi di rumah sakit memiliki beberapa model, yang telah dikembangkan di institusi pelayanan kesehatan. Ada nutrition support team (NST) yang terdiri dari dokter, perawat, farmasis dan dietician. Model ini menerapkan proses pelayanan terstandar yang dikerjakan dalam satu team. Penerapan model ini umumnya di RS yang mempunyai SDM cukup banyak.

NCP (nutrition care process) sebagai salah satu model dalam mengatasi masalah gizi, yang dikenal dengan ND (Nutrition Diagnosis). NCP merupakan metode sistematis dengan membuat keputusan menangani masalah berkaitan nutrisi dan memberikan asupan gizi yang aman, efektif dan berkualitas tinggi.

Ada 4 tahapan dalam NCP, yaitu Assesmen Nutrisi, Diagnosa Nutrisi, Intervensi Nutrisi dan Monitoring  & Evaluasi.

Tahapan ini harus ditempuh dalam menangani masalah nutrisi pada pasien dan memberikan arah pada ahli nutrisi, kemana pasien harus ditangani. Semua tahapan harus dilalui secara terstruktur dan sistematik. Penegakan nutrition diagnosis sangat mempengaruhi bentuk nutrition intervensi yang akan diberikan, apa diet yang sesuai dan tepat untuk pasien. Langkah terakhir adalah monitoring dan evaluasi, sebagai dasar untuk kembali melakukan assessmen gizi dan seterusnya, sehingga pasien mendapat pelayanan gizi yang tepat dan sesuai.