Ethicaldigest

“Tidak Ada Guideline Pemberian Antioksidan”

Masih banyak perdebatan mengenai peranan stress oksidatif pada sindroma metabolik dan penyakit terkait. Di satu sisi, pemberian antioksidan dapat memberikan perbaikan kondisi metabolik. Di sisi lain, ada penelitian yang tidak menunjukkan manfaat ini. Prof. Anne Marie Roussel dari Universitas Joseph Fourier, Grenoble, Perancis, mengatakan bahwa kondisi post prandial menyebabkan terbentuknya radikal bebas, yang pada gilirannya menyebabkan hiperglikemia, hipertrigliseridemia dan memicu terbentuknya VLDL, LDL dan oksidasi pada lipid.

Hal ini diutarakan pada kuliah di FK Universitas Indonesia, Jakarta. Adakah manfaat pemberian antioksidan pada penderita sindroma metabolik? Berikut petikan wawancara ETHICAL DIGEST dengannya, di sela-sela kuliah tamu beberapa waktu yang lalu.

Seberapa besar dampak stres oksidatif pada tubuh?

Stres oksidatif memiliki dampak yang buruk pada tubuh, di tingkat sistemik atau pun selular. Pada lipid, stres oksidatif menyebabkan oksidasi pada lipid. Di tingkat DNA, stres oksidatif menyebabkan kerusakan DNA. Sementara itu, masyakarat di negara-negara barat sebagian besar harinya dihabiskan dalam kondisi post prandial. Pola makan tinggi lemak dan gula, meningkatkan kerentanan seseorang mengalami kerusakan oksidatif, menyebabkan kadar gula yang tinggi dan resistensi insulin, oksidasi lipoprotein, disregulasi oksida nitrat dan peningkatan peradangan.

Stres oksidatif post prandial memiliki konsekuensi serius dalam menyebabkan hiperglikemia, dan hipertrigliseridemia, dan hiperkolesterolemia. Kesemuanya menyebabkan peningkatan ROS, yang pada akhirnya menyebabkan resistensi insulin, disfungsi endotel, komplikasi diabetes, gangguan kognitif, peradangan dan inflamasi.

Obesitas abdominal memiliki hubungan yang kuat dengan LDL teroksidasi. Penyebab utama stres oksidatif pada penderita obesitas, antara lain gangguan sensitifitas insulin, dislipidemia, obesitas visceral, peradangan kronis, disfungsi endotel, gangguan leptinemia, status antioksidan yang buruk dan kelebihan iron. Penelitian oleh Hayden MR dan kawan-kawan memperlihatkan, pria dan wanita yang memiliki kadar glukosa tinggi, memiliki kadar TBAR yang lebih tinggi dan GSH yang lebih rendah. Sementara glukosa puasa yang tinggi, dihubungkan dengan kadar TBARs yang lebih tinggi dan kadar GSH yang lebih rendah.

Dari sini disimpulkan bahwa glukosa berperan penting dalam menentukan status oksidatif. Tingginya kadar glukosa dapat menginduksi enam jalur pembentukan ROS, yaitu metabolisme sorbitol, metabolisme hexosamin, aktifasi PKC, pembentukan alfa-ketoaldehyde, glukosa dan posforilasi oksidatif.

Anda mengatakan, kita tidak seharusnya menekan radikal bebas secara total. Mengapa?

Kita tidak harus menekan radikal bebas total. Radikal bebas bukan musuh, mereka bermanfaat. Saya berikan dua contoh, sangat sederhana untuk dimengerti. Radikal bebas penting untuk proses apoptosis dan pada saat melahirkan. Tentu saja, kalau radikal bebas terlalu berlebih, Anda berisiko mengalami penyakit kanker misalnya.

Bisa dijelaskan mengenai manfaat mineral seperti zinc, pada stress oxidative?

Zinc memiliki peran besar dalam fungsi insulin. Beberapa manfaat zinc antara lain menstabilkan struktur insulin, meningkatkan ekspresi reseptor insulin, mengaktifkan pengikatan reseptor insulin dan memperbaiki sensitifitas insulin. Zinc juga melindungi sel endotel dan mempertahankan integritas  membrane sel terhadap agresi yang diinduksi TNF alfa. Mekanisme aksi ini berhubungan dengan efek antioksidan yang dimilikinya.

Sebuah publikasi menyatakan bahwa pada orang dengan obesitas, zinc berhubungan terbalik dengan indeks masa tubuh, kadar glukosa plasma dan insulin dalam plasma. Dari publikasi lainnya dikatakan bahwa kandungan zinc menurun pada rambut wanita obesitas dan menderita diabetes melitus tipe 2.

Satu penelitian memperlihatkan bahwa suplementasi zinc meningkatkan konsentrasi leptin plasma pada orang obesitas. Dan, beberapa penelitian prospektif memperlihatkan asupan seng yang lebih tinggi dihubungkan dengan risiko diabetes yang lebih rendah pada wanita. Meski demikian, sebuah penelitian yang melibatkan 14 penderita diabetes yang bergantung insulin memperlihatkan, suplementasi zinc dalam dosis tinggi, yaitu 50mg selama 28 hari, justru akan meningkatkan kadar HbA1c.

Bagaimana dengan selenium?

Selain zinc, selenium penting untuk orang obesitas. Selenium di sini memiliki efek antiinflamasi, dan kemungkinan menyerupai insulin. Dari beberapa penelitian terlihat bahwa indeks masa tubuh lebih dari 30 berhubungan terbalik dengan kadar selenium plasma. Meski begitu, masih banyak perdebatan mengenai manfaat selenium. Pada penelitian Arnaud dan kawan-kawan terlihat, kadar selenium yang tinggi dalam darah berhubungan dengan sindroma metabolik. Tapi, pada penelitian Puchau dan kawan-kawan terlihat bahwa mengonsumsi selenium menurunkan kadar c3, suatu penanda awal sindroma metabolik. Sementara dalam penelitian lain terlihat bahwa mengonsumsi selenium memiliki hubungan terbalik dengan kadar asam sialik plasma, suatu faktor agresi endothelium.

Lalu, adakah manfaat suplementasi selenium pada orang obesitas?

Selenium dilaporkan memiliki sifat insulin mimetik, dengan menstimulasi tirosin kinase pada kaskade pemberi sinyal insulin. Tapi, manfaatnya kurang pada diabetes melitrus tipe 2 dan pada penyakit kardiovaskular dan mortalitas. Meski begitu, selenium berpotensi melindungi endotelium, inflamasi dan kognisi. Tidak memberikan suplementasi pada sindrom metabolik berpotensi meningkatkan risiko diabetes dan penyakit kardiovaskular.

Bagaimana dengan kromium?

Seabuah penelitian memperlihatkan bahwa kromium bermanfaat meningkatkan sesitivitas insulin.  Sebuah penelitian melibatkan 29 orang obesitas, menunjukan perbaikan sensitifitas insulin  dalam 4 bulan dan 8 bulan setelah pemberian kromium. Penelitian lain yang melibatkan 55 orang, juga memperlihatkan bahwa akromium memperbaiki HbA1c pada penderita diabetes melitus tipe 2.  Penelitian lain juga memperlihatkan bahwa kromium menurunkan lemak visceral pada penderita diabetes melitus tipe 2.

Ada guideline untuk pemberian antioksidan?

Kita belum punya guideline. Banyak penelitian mengenai hal ini, beberapa di antaranya mengonfirmasi manfaat pemberian mineral-mineral ini, beberapa di antaranya masih memperdebatkan. Jadi, apa yang saya katakan pagi ini, berasal dari literatur dan penelitian klinisi. Kami tahu rekomendasinya, kami tahu tingginya risiko stres oksidatif pada beberapa kelompok populasi. Berkenaan dengan tingginya risiko pada populasi ini, kami mengadaptasi rekomendasi pada populasi ini. Dan, sebagaimana saya katakan, kami adopsi rekomendasi pada beberapa kelompok seperti usia lanjut,  sindroma metabolik dan kelebihan berat badan.

Kebutuhan antioksidan meningkat pada kelompok tertentu, tapi bukan berarti kita harus meningkatnya terlalu banyak. Setiap kali suplementasi selenium tidak boleh lebih dari 1mcgram/hari. Mengenai zinc, juga harus hati-hati. Zinc yang terlalu tinggi tidak baik diberikan, yaitu di atas 1 miligram. Untuk zinc, yang aman adalah 10-20, dan untuk pasien kardiovaskuler zink penting tapi tidak lebih dari 40-50miligram.

Anda mengatakan tidak ada manfaatnya mengonsumsi vitamin untuk menurunkan radikal bebas. Mengapa?

Masalah dengan vitamin sangat sulit. Kita tahu, asupan vitamin yang rendah berhubungan dengan meningkatnya risiko oksidatif patologi. Sayangnya, semua penelitian intensional yang memberikan suplementasi vitamin antioksidan, menunjukkan tidak adanya perubahan pada angka kematian. Jadi, kami tidak bisa berikan saran apa-apa tentang penggunaan suplementasi vitamin. Kita punya harapan besar pada vitamin antioksidan. Terutama untuk generasi kami. Kami temukan di buku-buku bahwa vitamin antioksidan merupakan pengobatan yang baik. Tapi, saat ini ternyata kita harus katakan bahwa vitamin antioksidan tidak punya manfaat. Jadi, sekali lagi, untuk mempertahankan status nutrisi, suplementasi vitamin punya manfaat. Tapi untuk mengatasi radikal bebas, sayangnya tidak ada.

Bagaimana anturan pemberian antioksidan?

Bergantung pada pasiennya. Untuk pasien berusia lanjut, disarankan memberikan kombinasi antara zink dan selenium dalam dosis nutrisional. Secara keseluruhan, satu rekomendasi menyebutkan jika dibutuhkan, berikan kombinasi. Suplementasi bukan terdiri dari satu suplemen. Karena jika hanya diberikan satu suplemen tidak akan bekerja baik. Berikan suplemen yang memiliki efek saling melengkapi. Dan yang penting, semakin cepat mulai menggunakan suplemen, semakin lama terlindungi. Tidak ada gunanya menggunakan suplementasi kalau sudah terkena.