Ethicaldigest

“Sakit Kepala Kluster Belum Diketahui Penyebabnya”

Angka kejadiannya sangat kecil, hanya 0,2%. Tapi, sakit kepala tipe kluster dapat menimbulkan rasa sakit luar biasa dan sangat mengganggu kualitas hidup penderitanya. “Tidak ada obat khusus untuk sakit kepala ini,” ucap Prof. DR. dr. Hasan Sjahrir. SpS(K), dari Fakultas Kedokteran Univeritas Sumatera Utara, Medan. Menurutnya,  tujuan pengobatan adalah untuk mengurangi derajat nyeri dan memperpendek periode serangan.

Ada beberapa obat yang digunakan saat serangan akut dan mencegah terjadinya serangan. Berikut paparan Prof. Hasan kepada Vitra Hutomo dari ETHICAL DIGEST.

Apa yang dimaksud dengan sakit kepala kluster?

Nyeri kepala kluster, pertama kali ditemukan tahun 1867 oleh von Mollendorff. Kemudian, tahun 1926 dijelaskan deskripsi yang lebih lengkap oleh Wlfred Harris, seorang neurologist Inggris yang menamainya sebagai Migrainous neuralgia. Pada tahun 1939, dr B.T Horton yang pertama memaparkan teori pathogenesis nyeri kepala kluster dan menamainya Horton’s Cephalalgia.

Berdasarkan Klasifikasi International Headache Society 2013, deskripsi nyeri kepala kluster adalah serangan nyeri kepala yang amat sangat parah (severe). Terasa unilateral sebelah sisi kepala, nyeri terutama sekitar mata, di atas mata dan pelipis. Nyeri ini biasanya diikuti dengan mata merah, mengeluarkan air mata, hidung rasa tersumbat, sampai keluarnya ingus. Wajah berkeringat, kelopak mata ptosis yang cenderung menutup dan bengkak, sampai bisa menimbulkan gerak-gerakan gelisah tak menentu. Biasanya 50% serangan timbul pada masa tidur malam.

Berapa lama rata-rata terjadinya serangan?

Berlangsung sekitar 15 – 180 menit, bisa menyerang sekali atau 8 kali perhari. Sekitar 75% penderita mendapat serangan pada jam 9 malam  sampai jam 10 pagi. Ada 2 jenis serangan nyeri kepala kluster Jenis Episodik, yaitu serangan nyeri kepala kluster yang terjadi berlangsung  periode 7 hari dalam setahun, dengan di antaranya masa bebas nyeri selama sebulan atau lebih.  Jenis Kronik, yaitu serangan nyeri kepala kluster yang  berlangsung lebih dari 1 tahun tanpa ada masa remisi, atau kalau pun ada remisi biasanya kurang dari 1 bulan.

Berapa jumlah penderitanya di Indonesia?

Angka prevalensi di Indonesia belum ada. Kalau di luar negeri 0,9%. Tahun 2004, saya melakukan studi hospital base di beberapa rumah sakit di Indonesia. Saya mendapatkan angka prevalensi nyeri kepala kluster 0,2 %. Dan, laki-laki  lebih banyak yang mendapat penyakit ini dibandingkan wanita. Perbandingannya  sekitar 3 : 1

Apakah kondisi ini dapat mengancam jiwa?

Mesk ipun nyerinya amat sangat, nyeri kepala kluster tidak mengancam jiwa.

Apa saja faktor risikonya?

Penyebab nyeri kepala kluster sampai sekarang belum diketahui, akan tetapi diduga kadar testoteron yang rendah pada seseorang dianggap sebagai factor resiko.

Apa pemicunya?

Pemicu timbulnya serangan nyeri kepala kluster adalah alcohol, merokok, obat-obatan  jantung yang mengandung nitrigliserid, stress, perubahan cuaca, dan monosodium glutamat

Apa saja tanda dan gejalanya?

Kriteria diagnostiknya paling tidak ada 5 jenis serangan, yaitu nyeri kepala yang amat sangat (severe atau very severe) pada darah sebelah sisi kepala (unilateral), daerah sekitar mata, pelipis yang berlangsung selama 15 – 180 menit jika tidak diobati. Nyeri kepala disertai salah satu gejala, berupa mata merah daerah sesisi dan keluar air mata, hidung tersumbat dan bisa ingusan pada daerah sesisi, kelopak mata bengkak pada daerah sesisi, wajah dan dahi berkeringat daerah sesisi, pupil mata mengecil dan kelopak mata cenderung turun pada darah sesisi, bergerak gerak gelisah atau mengamuk agitasi

Apakah pengobatannya berbeda dengan sakit kepala yang lain?

Pengobatannya sama sekali berbeda, tergantung masing-masing jenis nyeri kepalanya.

Apa tujuan pengobatan pada pasien dengan sakit kepala kluster?

Tujuan pengobatan pada nyeri kepala kluster adalah untuk menurunkan derajat keparahan nyeri, dan memperpendek periode serangan nyeri kepala. Tidak ada obat khusus yang dapat menghilangkan nyeri kepala kluster.

Bagaimana pengobatan pada pasien ini?

Untuk pengobatan akut, diberikan oxygen 100% dengan dosis 7-10L/menit selama 10 menit, Sumatriptan 6 mg subkutan bisa diulang lagi 24 jam,  Zolmitriptan 5-10 mg nasal spray.

Bagaimana mencegah terjadinya serangan?

Hindari factor pencetus seperti tersebut di atas. Obat untuk preventif adalah verapamil 120 -360 mg per oral, bisa tiga kali sehari. Pencegahan lain yang non farmakologi adalah relaksasi terapi, biofeedback, stress terapi.

Untuk pembedahan, apa saja indikasinya dan jalur saraf mana yang diperbaiki?

Jika dengan obat-obatan tersebut tidak mempan, penderita tetap merasakan serangan nyeri yang amat sangat terus menerus, maka dipertimbangkan untuk dilakukan operasi. Contoh-contoh  jenis operasi adalah ablative neurosurgery: percutaneous radiofrequency ablation daerah trigeminal gangliorhizolysis, rhizotomy, gamma knife radiosurgery, deep brain stimulation memakai alat stereotaxic pada daerah ipsilateral posterior inferior hipotalamus dan invasive nerve block N oksipitalis mayor.