Ethicaldigest

Pengaruh Positif Probiotik Terhadap Kanker

Kanker menjadi masalah besar di berbagai negara, juga di Indonesia. Berbagai penelitian menunjukkan efek positif probiotik terhadap beberapa jenis kanker.

Badan Kesehatan Dunia WHO memperkirakan, kasus kanker akan meningkat dari 14 juta di tahun 2012 menjadi 22 juta dalam dua dekade mendatang. Tahun 2012, angka kematian akibat penyakit ini mencapai 8,2 juta di seluruh dunia. Yang mengkhawatirkan, 53% dari total kasus kanker baru dan 60% kematian akibat kanker, terjadi di negara dengan ekonomi rendah-menengah seperti Indonesia.

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 menyebutkan, prevalensi (angka kejadian) kanker di Indonesia mencapai 1,4 permil dan menduduki peringkat 7 penyebab kematian, dengan persentase 5,7%. Masalah kanker di Indonesia makin pelik karena 70% kasus ditemukan sudah pada stadium lanjut, sehingga angka kesembuhan dan survival rendah.

Kementrian Kesehatan (Kemenkes) RI menyatakan, kanker payudara dan kanker serviks / leher rahim merupakan kasus terbanyak di rumah sakit (RS). Menurut Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) 2010, jumlah pasien rawat jalan dan rawat inap untuk kanker payudara mencapai 12.014 orang, dan 5.349 orang untuk kanker serviks.

Kanker diawali dengan terjadinya mutasi gen; terjadi perubahan pada sel-sel normal, yang bereplika tidak terkendali. Ini dipicu oleh kombinasi factor genetic dan paparan terhadap karsinogen, baik fisik (sinar matahari, radiasi), kimiawi (racun, bahan kimia), dan biologis (infeksi virus/bakteri dan lain-lain).

Tubuh memiliki mekanisme pertahanan terhadap pertumbuhan sel abnormal. Salah satunya dengan sel NK (natural killer) secara aktif ‘berpatroli’ ke seluruh tubuh untuk menemukan sel-sel abnormal kemudian membasminya. Ada kalanya system imun tidak bekerja optimal dalam mengatasi kanker. Saat kekebalan tubuh menurun, kecepatan dan efektifitasnya membunuh sel kanker turut menurun. Atau sel kanker begitu agresif sehingga sistem imun kewalahan menghadapinya. Kondisi seperti ini memungkinkan sel kanker berkembang pesat dan terjadilah penyakit kanker, yang bila dibiarkan akan berkembang menjadi stadium lanjut.

Peranan bakteri

Cukup mencengangkan, bakteri usus turut punya andil dalam membasmi sel kanker. Peranan bakteri bermanfaat terhadap kanker kolorektal telah banyak dibuktikan. Misalnya studi oleh Hideki Ishikawa, dkk (2005) yang melibatkan 398 subjek orang, yang telah bebas dari tumor kolorektal dan telah menjalani operasi pengangkatan tumor kolorektal sedikitnya dua kali. Setelah 4 tahun, terlihat bahwa subjek yang mendapat L. casei Shirota strain memiliki tumor derajat sedang-berat jauh lebih rendah, dibandingkan mereka yang hanya menerima gandum atau tidak menerima apa-apa.

Efek probiotik tidak hanya pada kanker kolorektal, tapi juga pada kasus kanker lain termasuk kanker payudara dan serviks. Toi M, dkk (2013) mengevaluasi efek minuman yang mengandung L. casei Shirota strain dan isoflavon pada kacang kedelai, terhadap insiden kanker payudara. Penelitian melibatkan 306 pasien kanker payudara dan 662 orang sebagai kontrol, dengan rentang usia 40-55 tahun. Diet, gaya hidup dan faktor risiko lain untuk kanker payudara diteliti, menggunakan kuesioner dan wawancara. Konsumsi minuman dengan L. casei Shirota strain dan insoflavon untuk insiden kanker payudara, diukur secara independen dan bersama-sama.

Hasil analisis menunjukkan, makin banyak konsumsi isoflavon, makin rendah kesempatan kanker payudara. Ada pun konsumsi minuman dengan L. casei Shirota strain dan isoflavon secara regular sejak usia remaja, berbanding terbalik dengan insiden kanker payudara pada perempuan Jepang.

Penelitian oleh Verhoeven V, dkk (2012) menilai kemungkinan efek positif probiotik terhadap lesi pra kanker akibat infeksi HPV, virus penyebab kanker serviks. Dilakukan penelitian terhadap 54 perempuan dengan diagnosis lesi HPV stadium rendah melalui pap smear, dan diikuti selama 6 bulan. Sebagian perempuan menerima minuman probiotik setiap hari, dan sebagian lainnya tidak menerima (kelompok control).

Pada pemeriksaan pap smear dan status HPV 6 bulan berikutnya, mereka yang mendapat probiotik memiliki kesempatan hilangnya abnormalitas sitologis hingga dua kali lipat (60% vs 31%). HPV bersih pada 19% kelompok control, dan 29% pada kelompok probiotik. Pilot study ini menunjukkan bahwa probiotik mendorong terjadinya pembersihan abnormalitas sitologis yang terkait HPV, dan bisa menjadi pilihan baru dalam penanganan prekursor kanker serviks.