Ethicaldigest

“Tujuannya Mencapai Kontrol Total Asma 3”

Asma tidak bisa dihilangkan, tapi bisa dikontrol agar tidak terjadi eksaserbasi yang dapat menyebabkan remodeling pada saluran nafas. Ada beberapa faktor menghalangi penderita mencapai kontrol total, di antaranya tidak teratasinya penyakit penyerta, seperti GERD. Dengan mengobati GERD, pasien asma bisa sembuh? Berikut petikan wawancara VITR HUTOMO dari Ethical Digest dengan dr. Budhi Antariksa, Sp.P(K), Ph.D, staff pengajar Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia:

Berapa persen yang bisa terkontrol total?

Kalau yang terkontrol total, masih sedikit; hanya sekitar 15-20%. Sekitar 35-40% tidak terkontrol , Kebanyakan terkontrol sebagian.

Satu faktor yang menghambat asma yang terkontrol adalah penyakit komorbiditas. Apa saja penyakit komorbiditas pada asma?

Ada GERD dan rhinitis alergi. Hampir 60% pasien asma ada rhinitis alergi. Di dunia kedokteran dikenal istilah united airway disease, jadi dari hidung sampai paru-paru itu satu saluran dan hubungannya sama dengan alerginya. Sedangkan pada GERD, bila asam lambung tidak terkontol dengan baik, asam lambung naik ke esofagus, menimbulkan sensasi panas di  tenggorokan. Setelah itu, gejala asma keluar. Sesak gara-gara iritasi di saluran nafas atas, akibat asam lambung.

Berapa banyak pasien asma dengan GERD?

Sekitar 20% – 30%, tidak banyak dibandingkan rhinitis alergika. Mungkin karena asma dan rhinitis alergika sama-sama penyakit alergi. Walau pun asma tidak murni karena alergi. Ada yang tercetus asma karena stress atau bad mood.

Mana lebih dulu, rhinitis alergika atau asma?

Sulit. Itu seperti ayam dan telor. Mana yang duluan, antara asma dan GERD juga sulit ditentukan. Kalau di luar negeri, ada panduan untuk penyakit asma bahwa sebaiknya asma diobati dengan inhaler. Lalu, kenapa dia bisa jadi gastritis? Di negara kita, mungkin masih ada yang menggunakan obat-obatan aminofilin atau teofilin, yang punya sifat iritasi terhadap lambung. Itulah penyebab munculnya GERD pada beberapa pasien asma. Asmanya dulu, lalu GERD muncul karena pemakaian obat asma. Obat asma semacam itu di Puskesmas banyak, lebih murah. Juga mudah didapat di warung-warung.

Gejala asma dan GERD sering tumpang tindih. Bagaimana membedakannya?

Biasanya kita tanyakan pada pasien asma, apakah dia punya asam lambung yang tinggi. Sebelumnya, kita tanya dulu apakah benar dia mengalami asma atau tidak. Mencari tahu hal ini tidak mudah. Kita bisa tanyakan, apakah sesak nafasnya disertai mengi atau tidak, ada penyakit atopi atau alergi tidak dan ada pencetusnya atau tidak. Lalu kita tanyakan, mengi atau sesaknya itu bersifat periodik atau tidak. Kelima, kita tanyakan apakah ada perbaikan dengan obat bronkodilator. Kalau  kelima hal ini positif, arahnya adalah asma. Setelah itu baru kita lihat, selama ini obatnya menggunakan apa, apakah ada maag atau gastritis. Kalau ada maag, biasanya pasien tahu mana yang lebih dulu antara asma dan maagnya.

Masih ada pertentangan mengenai apakah pengobatan GERD dapat menyembuhkan asma atau tidak. Bagaimana menurut Anda?

Saya tetap pro pada yang ada manfaatnya. Kalau itu bisa ditangani dengan baik, tidak akan memperburuk tampilan asmanya. Kita tahu,  asma itu onsetnya pada usia muda, orang muda sering kali telat makan. Kalau ini dijaga dgn cara disiplin waktu makannya ,maka asma akan terkontrol dengan baik. Sering ada pasien usia muda yang dirawat karena gastritis, kemudian mengalami asma karena hal itu.

“Tujuannya Mencapai Kontrol Total Asma 2”