Ethicaldigest

Pendekatan Terkini Terapi Kanker Kolorektal

Pembedahan merupakan terapu utama pasien kanker kolorektal. Untuk mencegah kekambuhan ada terapi ajuvan kemoterapi, dan ada konsep baru pemberian kemoterapi.

Dalam beberapa dekade terakhir, pengobatan kanker mengalami kemajuan. Harapan hidup penderita bisa ditingkatkan. “Namun, harapan hidup 5 tahun untuk penderita kanker kolorektal stadium IV masih kurang dari 10%,” ucap dr. Aru W Sudoyo, Sp.PD-KHOM, dari Divisi Hematologi dan Onkologi, Departemen Ilm u penyakit Dalam FKUI/RSCM. 

Dalam panduan pengelolaan adenoma karsinoma yang dikeluarkan Kelompok Kerja Adenoma Karsinoma, disebutkan bahwa pembedahan merupakan terapi standar kanker kolorektal yang terlokalisasi. ”Kalau tidak dioperasi, akan terus berdarah,” ucap dr. Benny Philippi, Sp.BD.

Laparoskopi merupakan prosedur bedah yang kini banyak diminati. Dengan laparoskopi, tujuan operasi bisa tercapai, diseksi yang lebih baik, diseksis nodus limfe yang lebih baik, fungsi bowel pasca operasi yang lebih baik dan luka bekas insisi yang lebih kecil, lama perawatan lebih pendek dan nyeri lebih sedikit.

Pasien dengan karsinoma stadium II dan III, berisiko mengalami kekambuhan meski telah dioperasi. Karena itu diberikan terapi ajuvan untuk mengatasi masalah tersebut. Sebagian besar penelitian menunjukkan, radioterapi pra dan pasca bedah bisa menurunkan angka kekambuhan lokal, tetapi tidak bermakna meningkatkan harapan hidup.

Beberapa penelitian membuktikan bahwa pemberian terapi ajuvan bersama dengan radioterapi, bermanfaat untuk meningkatkan harapan hidup pasien. Terapi ajuvan standar saat ini mencakup kemoterapi (fluoropyromidine, oxalplatin dan irinotekan) dan antibodi monoklonal (bevaczumabm, cetuximab dan panitumumab). Tidak ada terapi salvage standar.

Kini ada perubahan paradigma pengobatan kanker kolorektal metastasis. “Dulu, pasien diberi pengobatan protokol A. Bila sudah habis, diganti protokol B. Kalau protokol B sudah habis, diganti dengan protokol C,” ucap dr. Aru. Sekarang, ada pendekatan continuum, di mana protokol A, B dan C bisa saling berhubungan.

 “Kemoterapi yang ada saat ini bekerja pada DNA dan sekitarnya, yang merusak pembelahan sel kanker,” jelas dr. Aru. Dengan kemajuan pengetahun tentang perkembangan sel kanker, ternyata banyak reseptor yang harus dihambat. Itulah, mengapa kemoterapi yang ada saat ini sering menimbulkan kekambuhan pada penderita.

Jika menggunakan kemoterapi yang ada saat ini, sel kanker bisa bertahan. Karena  sel kanker tidak hanya mendapat makanan dari lingkungan, tetapi juga dari angiogenesis dan onkogen yang memicu pertumbuhan. “Jadi, tidak bisa kita hanya menyerang satu sisi. Kita harus mendapat obat yang bisa menyerang semuanya,” tutur dr. Aru.

Pada jalur akhir dari pilihan obat, ada Regorafenib dalam bentuk tablet. Obat ini bersifat dapat mempengaruhi dan memblok semuanya. “Akhirnya kita punya pengobatan kanker di tahap akhir, yang bisa memperpajang harapan hidup secara keseluruhan dan progression free survival, yang bisa digunakan sebagai terapi salvage,” kata dr. Aru.

Pertanyaannya kemudian, dari mana harus memulai pengobatan dengan modalitas yang ada? Yang biasa digunakan adalah memulai dengan satu regimen. Bila tidak berhasil, diganti dengan regimen kedua dan seterusnya. Pilihan lainnya, setelah terapi satu selesai, pasien diistirahatkan. Kemudian diberi terapi kedua. Pilihan ketiga dengan memberikan terapi satu, secara intermitten. Sehingga efeknya tidak terlalu jelek pada pasien. Kalau gagal, baru diberikan regimen kedua secara penuh. Pilihan keempat sebetulnya sama, tapi regimen pertama bisa diulang.

Konsep continuum of care adalah pilihan terapi yang pertama dan berikutnya saling berhubungan. “Sehingga kita memikirkan efek samping regimen yang kedua, kalau kita menggunakan regimen pertama, di mana seleksi atau pemilihan obat beradasarkan apa yang ada dan apa yang kita gunakan selanjutnya,” kata dr. Aru.

Dengan konsep ini, pengobatan bisa pindah ke pengobaan berikutnya, sebelum progresi penyakit dan/atau kembali ke obat yang digunakan sebelumnya. Ada break atau fase-fase, di mana bisa diberikan terapi yang lebih agresif dan kemudian diistirahat lagi. Jadi pasien dibuat dalam kondisi bagus terus, dan bisa bertahan dalam keadaan yang tidak berat. Untuk pemiihan obat bisa dilihat pada diagram 1.

Lalu, apa tujuan pengobatan pada kanker kolorektal yang sudah bermetastasis? Tak lain untuk meningkatkan kualitas hidup dan peluang hidup penderita. Dulu, tahun 2000 survival hanya 12,6 bulan. Kini pasien sudah bisa hidup sampai tiga tahun. “Yang penting, kini kita bisa mengoptimalkan survival, untuk mereka yang tidak bisa direseksi. Jadi, kita bisa mengulang-ulang pengobatan secara terus menerus,” kata dr. Aru.

Deteksi Dini Kanker Kolorektal