Ethicaldigest

Mengelola Pasien Pasca SKA 1

Fase akut dari sindroma koroner akut, umumnya berkisar 2 bulan. Pada masa ini, risiko menjadi infark akut atau risiko kambuhnya infark miokard atau kematian sangat tinggi. Sesudah 1-3 bulan, pasien kebanyakan masuk ke fase chronic stable coronary arterie disease. Ada dua hal yang harus dilakukan saat berobat jalan, yaitu:

  1. Mempersiapkan pasien untuk hidup normal sebisa mungkin
  2. Memanfaatkan “acute event” sebagai titik balik memperbaiki pola hidup, dengan memodifikasi faktor-faktor risiko yang ada.

Pasien yang menjalani PCI dengan sukses, tanpa komplikasi, biasanya bisa dipulangkan pada hari berikutnya. Pasien yang menjalani operasi bypass jantung tanpa komplikasi, bisa dipulangkan setelah 4-7 hari. Untuk pasien berisiko rendah yang mengalami pemeriksaan non invasive atau corangiografi, boleh pulang segera setelah pemeriksaan tersebut.

Pasien berisiko tinggi tapi tidak mau menjalani revaskularisasi, atau tidak bisa menjalani revaskularisasi, harus waspada dalam memonitor, sampai tercapai kontrol gejala dari iskemia dengan terapi obat. Ini untuk meminimalkan morbiditas dan mortalitas di kemudian hari, dan untuk menigkatkan kualitas hidup.

Data-data klinis medis, laboratorium EKG dan sebagainya, harus dicatat untuk mengatur stategi pengobatan sesudah pulang. Risiko kematian rata-rata dapat diprediksi berdasarkan informasi medis dan EKG selama perawatan. Informasi klinis ini antara lain gambaran ST segmen elevasi saat dipulangkan, peningkatan kadar troponin T dan sebagainya.

Pengaturan pemakaian obat

Pemakaian obat-obatan anti iskemia selama perawatan, harus dilanjutkan sesudah berobat jalan. Obat-obatan antiplatelet dari antikoagulan, harus diubah menjadi oral. Pemakaian obat-obatan antiplatelet, beta blocker, penurun kolesterol LDL, penghambat sistim RAAS, penting untuk prognosis selanjutnya, terutama bila fraksi ejeksi < 40%.

Untuk mengontrol gejala, diperlukan obat-obatan antiiskemia seperti nitrat, beta blocker dan calcium channel blocker. Perlu juga mengendalikan faktor-faktor risiko,  seperti hipertensi, rokok, dislipidemia, aktivitas fisik dan diabetes melitus. Pemilihan obat-obatan sangat individual, tergantung temuan selama perawatan, adanya faktor-faktor risiko PJK, toleransi terhadap obat dan prosedur intervensi selama perawatan.

Untuk membantu mengingat obat, dapat digunakan format ABCDEF (aspirin, anti angina, dan ACE inhibitor, beta blocker, dan blood pressure, cholesterol dan cigarettes, diet, diabetes education dan exercise dan flu vaccination) sebagai pemandu terapi.

Pengobatan jangka panjang dan prevensi sekunder

Pengobatan jangka panjang dan prevensi sekunder pasca sindrom koroner akut, adalah upaya untuk mencegah agar sindroma koroner akut tidak kambuh lagi. Perlu diingat bahwa orang yang pernah mengalami sindroma koroner akut, berisiko besar mengalami SKA kembali. Sementara, proses aterosklerosis yang mendasari sindrom koroner akut  dapat juga terjadi pada pembuluh darah organ lain, seperti otak, aorta besar, arteri karotis, arteri perifer dan sebagainya. Dalam hal ini, prevensi sekunder penyakit jantung bisa menjadi prevensi primer, pada penyakit aterosklerosis lainnya.

Tatalaksana prevensi sekunder

Obat antiplatelet

Aspirin

Semua pasien yang mengalami penyakit jantung koroner, harus mendapat aspirin yang dapat mengurangi kejadian vaskuler sebesar 25%. Aspirin 75mg /hari dapat menurunkan risiko infark akut dan kematian mendadak sebesar 34%, dibanding plasebo. Penurunan risiko lebih nyata pada angina pectoris tidak stabil 46%, angioplasti koroner 53%, dan infark 25%.  Pada sindrom koroner akut + infark miokard, aspirin harus diberikan mulai fase akut dan pada follow up. Aspirin merupakan bagian integral pasca infark, dan dihentikan bila terjadi komplikasi perdarahan saluran cerna, intoleransi dan timbul resistensi terhadap aspirin.

Klopidogrel

Merupakan derifat tienopiridin, yang bekerja dengan menghambat agregasi trombosit yang dimediasi oleh reseptor ADP, yang terdapat pada permukaan platelet yang bekerja sinergis dengan aspirin. Namun, klopidogrel lebih diindikasikan pada penderita dengan resistensi aspirin atau intoleransi terhadap aspirin.

Klopidogrel 75mg harus diberikan secara kombinasi dengan 75-325mg aspirin, setidaknya 8-12 bulan pada penderita SKA. Terutama pada mereka yang telah menjalani PCI, termasuk pada STEMI akut yang disertai terapi reperfusi atau pada SKA NSTEMI. Efek samping perdarahan saluran bagian atas dan kelainan kulit.

Antikoagulan

Warfarin merupakan antikoagulan oral yang paling banyak dipakai. Karena dapat digunakan dosis tunggal dan memberikan hasil antikoagulan yang stabil, karena absorbsi oral yang baik, dan waktu paruh dalam sirkulasi yang panjang sekitar 37 jam. Mekanisme kerja warfarin sebagai antikoagulan, adalah dengan cara mengubah vitamin K menjadi tidak aktif, atau mencegah vitamin K, karboksilasi dependen beberapa protein prokoagulan (faktor II, VII, IX dan X, protein C dan S).