Ethicaldigest

Masalah Nutrisi Penderita Kanker

Malnutrisi umum terjadi pada penderita kanker. Menurut dr. Pandji Irani Fianza, SpPD-KHOM, Staf Divisi Hematologi Onkologi Medik, Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK Unpad/RS Hasan Sadikin, Bandung, malnutrisi terjadi pada 40-80% pasien kanker. “Malnutrisi merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada penderita kanker,” ujarnya.

Malnutrisi berkaitan dengan overall survival yang buruk, berkurangnya manfaat terapi surgikal mau pun medis, respon tumor terhadap kemoterapi yang lebih jelek, kualitas hidup yang lebih buruk, bertambahnya toksisitas kemoterapi, perawatan di rumah sakit yang lebih lama, hospitalisasi tanpa rencana, serta peningkatan komplikasi dan infeksi.

Inti dari terjadinya malnutrisi pada penderita kanker, adalah interaksi antara host dengan tumor dan disregulasi metabolik. Menurut dr. Irani, interaksi antara host dengan tumor terjadi melalui tumor factor, seperti proinflamasi dan pro-cachecic sehingga tubuh banyak menggunakan nutrisi tertentu.

            Tumor dapat mempengaruhi penyerapan nutrisi, terutama pada kanker yang terdapat di lambung atau usus. Pemanfaatan energi yang berasal dari protein, karbohidrat dan lemak juga dapat mengalami gangguan. Perubahan metabolisme merupakan efek dari adanya sitokin, seperti TNF-alfa, IL-1, IL-6, dan IFN gamma.

            Perlu diingat bahwa terapi seperti kemoterapi, radioterapi, dan lainnya, juga dapat mempengaruhi status nutrisi penderita kanker. “Tidak jarang asupan dan absorbsi makanan terganggu akibat efek samping terapi kanker,” jelasnya. Misalnya mual, muntah, diare, stomatitis, nyeri, sulit menelan, atau mulut terasa kering.

            Akibat interaksi host-tumor dan disregulasi metabolisme, terjadi efek tidak menguntungkan  berupa penurunan berat badan, dalam bentuk massa tubuh mau pun deposit lemak, serta anoreksia yang menyebabkan malnutrisi. Kondisi malnutrisi sendiri berkaitan erat dengan overall survival dan kualitas hidupyang lebih rendah, serta menurunnya aktivitas fisik pasien kanker.

            Menurut dr. Irani, sebenarnya hal ini dapat dicegah, karena kakeksia kanker dapat didahului oleh fase prekakeksia. Pada fase ini, terjadi penurunan berat badan walau masih < 5%, ditandai adanya anoreksia dan perubahan metabolik. Prekakeksia akan diikuti dengan kakeksia, yaitu penurunan berat badan >5%, atau IMT <20 dan penurunan berat badan >2%, atau sarkopenia dan penurunan berat badan >2%. 

Kakeksia kanker sering terjadi akibat penurunan asupan makanan, atau inflamasi sistemik yang dicetuskan kanker. Terkadang, kakeksia tidak membaik meski telah diberikan terapi. Misalnya pada jenis kanker yang prokatabolik. Akibatnya, skor performanya akan rendah, bahkan survival diperkirakan hanya < 3 bulan. Hal ini disebut dengan kakeksia refrakter.

TERAPI ANTI MUAL UNTUK KETAATAN TERAPI KANKER