Ethicaldigest

Manajemen Nutrisi Pasien PGK

Perlu pengaturan nutrisi bagi penderita penyakit ginjal kronis. Pasien perlu diet rendah protein karena protein berperan penting pada progresi penyakit ginjal. 

Dalam pengelolaan pasien dengan penyakit ginjal kronis (PGK), beberapa hal harus diperhatikan. Diantaranya masalah nutrisi. Dalam seminar di Jakarta, Prof. Joel D. Kopple, dari Harbor-UCLA Medical Center, California, Amerika Serikat, mengatakan bahwa protein memiliki peran penting dalam perjalanan penyakit ginjal kronis (PGK).

Asupan protein yang terlalu tinggi dapat mempercepat penderita PGK menjalani terapi pengganti ginjal, dialisis bahkan kematian. Mengendalikan asupan protein menjadi penting, untuk memperlambat pemburukan fungsi ginjal, sekaligus  menunda penderita menjalani dialisis.

Diet rendah protein adalah diet dengan jumlah protein sekitar 0,4-0,6 gram/kg berat badan/hari. Diet sangat rendah protein hanya 0,28g/kg berat badan/hari, ditambah suplementasi 10-20 gram/hari 9 asam amino esensial atau campuran beberapa asam amino esensial dan ketoacid atau hydroxyacid analog.

Banyak manfaat diet rendah protein pada penderita PGK, antara lain menurunkan produksi metabolik protein dan asam amino, seperti nitrogen, yang bersifat toksik bagi ginjal. Ini berarti dapat memperlambat kerusakan pada ginjal.

Ada 3 metaanalisa menggunakan onset end stage renal disease (ESRD), sebagai outcome utama. Semua melaporkan penurunan signifikan risiko relative untuk terjadinya ESRD, pada pasien PGK yang menjalani diet rendah protein. Meta analisa lain yang menggunakan kecepatan penurunan GFR sebagai outcome kunci, menunjukkan, diet rendah protein dapat memperlambat progresi PGK.

Diet rendah protein juga dapat menurunkan proteinuria, dengan menurunkan protein load yang terfilterisasi dan memperbaiki permeabilitas glomerular. Proteinuria merupakan prrediktor risiko kematian akibat berbagai sebab, dan kematian kardiovaskular pada pasien PGK dengan atau tanpa diabetes.

Pada satu analisa terhadap penelitian Modification of Diet in Renal Disease Study terlihat, pasien yang diberi diet 0,58 gram protein/kg berat badan/hari dengan asupan posfor yang lebih rendah, mengalami kemunduran fungsi ginjal yang lebih lamban setelah 4 bulan pertama, dibanding yang diet 1,3 gram protein/kg berat badan/hari.

Data dari beberapa penelitian acak berskala kecil menunjukkan, diet rendah protein yang disertai pemberian suplemen ketoacid dapat mengurangi komplikasi metabolik dari penyakit ginjal kronis, menghambat progresi PGK dan menurunkan angka rawat inap. Penelitian oleh dr. Lohitaksha H. Suratkal dari India memperlihatkan, diet rendah protein ditambah ketoacid lebih baik dari diet rendah protein, dalam menghambat progresi penyakit ginjal kronik menjadi ESRD.

Kebutuhan Nutrisi lain

Karbohidrat

Menurut National Kidney Foundation/Kidney Dialysis Outcomes Quality Initiative (NKF K/DOQI, 2000), anjuran asupan karbohidrat untuk pasien penyakit ginjal kronis adalah 35 kkal/kgBB/hari untuk pasien dewasa dan 30-35 kal/kgBB/hari untuk pasien kelompok usia lanjut. Sedangkan menurut panduan European Best Practice Guidelines (EBPG, 2007), anjuran asupan karbohidrat untuk pasien seperti ini 30-40 kkal/kgBB/hari.

Lemak

Anjuran asupan lemak pada pasien penyakit ginjal kronis disamakan dengan orang sehat, meliputi 30% total asupan kalori harian, dengan rasio asam lemak tak jenuh terhadap asam lemak jenuh tidak kurang dari 1:1. EBPG (2007) menganjurkan agar asupan lemak diatur sedemikian rupa, sehingga kadar kolesterol total pasien tidak kurang dari 150 mg/dL. Kadar kolesterol yang terlalu rendah berkaitan dengan prognosis penyakit ginjal kronis yang kurang baik

Vitamin dan mineral

Pada penyakit ginjal kronis, beberapa vitamin mengalami perubahan metabolisme

sehubungan dengan perjalanan penyakit itu sendiri, dengan berkurangnya asupan makanan, atau dengan dialisis yang dilakukan. Misalnya, kebutuhan vitamin B6 meningkat pada pasien ginjal dengan anemia yang mendapat terapi erythropoietin. Kebutuhan asam folat meningkat karena pasien ginjal cenderung mengalami hiperhomosisteinemia.

Untuk mineral, asupan natrium, kalium dan fosfor perlu dibatasi. Sedangkan zat besi, zinc, dan selenium merupakan mineral yang sering turun kadarnya, sehingga pasien perlu mendapat suplementasi khusus.

Air

Asupan air untuk penderita penyakit ginjal kronis harus diperhatikan, agar tidak memberatkan kerja jantung maupun ginjal. Untuk pasien predialisis, jika pasien dapat mentoleransi, air boleh diberikan sampai 3000 mL /hari. Pada pasien dialisis, yang umumnya sudah berada dalam stadium penyakit ginjal kronis lanjut, anjuran asupan air tidak lebih dari 1500 mL /hari.

Biasanya, asupan air untuk pasien penyakit ginjal kronis tahap dialisis dihitung berdasar keluaran urine per 24 jam terakhir, ditambah 500 mL. Cairan tidak hanya diperhitungkan dari air yang diminum, tetapi juga dari makanan yang kandungan airnya tinggi.