Ethicaldigest

Gejala Bipolar

Keterampilan dokter dalam mewawancarai pasien, sangat dibutuhkan untuk menegakkan diagnosis gangguan bipolar. Berbagai informasi dari pihak kelurga, sangat diperlukan. Diagnosis ditegakkan berdasar kriteria DSM-IV atau ICD-10. Menurut dr. Handoko Daeng, SpKJ (K), Ketua Seksi Bipolar PDSKJI, salah satu instrumen yang dapat digunakan untuk mengindentifikasi gejala gangguan bipolar adalahThe Structured Clinical Interview for DSM-IV (SCID). The Present State Examination (PSE) juga dapat digunakan, untuk melakukan identifikasi sesuai ICD-10.

Tampilan gejala yang bervariasi dan sering tumpang tindih dengan gangguan psikiatri lain, sering menyebabkan misdiagnosis terhadap gangguan bipolar. Disamping itu, sering kali ditemukan adanya komorbiditas lain pada GB. “Karena itu, dokter harus jeli dalam memahami GB dan apabila dicurigai adanya gejala, segera lakukan diagnosis pada pasien,” lanjut dr. Daeng.

Di bawah ini adalah jenis-jenis gangguan bipolar sesuai dengan criteria diagnostic klinik, yang tertera dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders IV-Text Revision (DSM-IV TR);

  • Episode Manik

Episode ini berlangsung sekurangnya satu minggu (bias kurang, bila dilakukan perawatan). Pasien mengalami peningkatan mood, ekspansif, bahkan iritabel. Pasien secara menetap paling tidak memiliki 3 atau lebih gejala berikut (empat atau lebih bila hanya mood iritabel), yaitu: grandiositas atau percaya diri berlebihan, berkurangnya kebutuhan tidur, cepat dan banyak berbicara, lompatan gagasan atau pikiran yang berlomba-lomba, perhatian mudah teralih, peningkatan energy dan hiperaktivitas psikomotor, serta meningkatnya aktivitas (sosial, seksual, pekerjaan dan sekolah). Dalam derajat berat, pasien mengalami penderitaan, menunjukkan gambaran psikotik, dan perlu dirawat inap untuk melindungi pasien dan orang lain.

  • Episode Depresi Mayor

Dalam episode ini, pasien setidaknya 2 minggu mengalami lebih dari 4 gejala, meliputi mood depresif atau hilangnya minat dan rasa senang; menurunnya atau meningkatnya berat badan dan nafsu makan; sulit tidur atau banyak tidur, agitasi atau retardasi psikomotor, dan fatigue  atau berkurangnya tenaga. Penderita juga mengalami penurunan harga diri, merasa bersalah, ragu dan mengalami penurunan konsentrasi. Pesimis dan munculnya pikiran berulang tentang keinginan bunuh diri (dengan atau tanpa adanya rencana). Gejala-gejala tersebut selanjutnya akan menyebabkan penderitaan, yang kemudian menggangu fungsi personal, sosial, atau pekerjaan.

  • Episode Campuran

Paling sedikit, selama satu minggu pasien mengalami episode mania dan depresi yang terjadi bersamaan. Misalnya, mood tereksitasi (lebih sering mood disforik), irritable, marah, panic, pembicaraan menjadi cepat, agitasi, menangis, ingin bunuh diri, insomnia berat, grandiositas, hiperseksualitas dan kadang-kadang muncul perasaan bingung.

  • Episode Hipomanik

Setidaknya, gejala menetap selama empat hari. Paling sedikit penderita mengalami tiga gejala bila mood irritable. Antara lain mengalami peningkatan mood, ekspansif atau irritable ringan, grandiositas atau meningkatnya kepercayaan diri, berkurangnya kebutuhan tidur, banyak berbicara, lompatan gagasan, meningkatnya aktivitas atau agitasi psikomotor, pikiran menjadi lebih tajam, serta daya nilai berkurang.

Tidak ada gambaran psikotik (halusinasi, waham atau perilaku atau pembicaraan aneh), tidak memerlukan perawatan di rumah sakit dan tidak menggangu fungsi personal, sosial dan pekerjaan. Sering kondisi ini malah dilupakan oleh pasien, tetapi dapat dikenali dengan jelas oleh keluarga.

  • Siklus Cepat

Siklus cepat yaitu jika terjadi paling sedikit empat episode – depresi, hipomania atau mania – dalam setahun. Seseorang dengan siklus cepat, jarang mengalami bebas gejala dan biasanya terdapat hendaya berat dalam hubungan interpersonal, juga mengenai pekerjaannya.

  • Siklus Ultra Cepat

Dalam kondisi ini, mania, hipomania, dan episode depresi bergantian sangat cepat hanya dalam beberapa hari. Gejala dan hendaya lebih berat, jika dibandingkan dengan siklotimia, dan sulit diatasi.

  • Simptom Psikotik

Pada kasus berat, pasien bias mengalami gejala psikotik. Gejala yang paling sering terjadi yaitu halusinasi (audiotorik, visual, atau bentuk sensasi lainnya), serta waham. Misalnya waham kebesaran, yang sering terjadi pada episode mania, sedangkan waham nihilistic terjadi pada episode depresi. Ada kalanya gejala psikotik tidak serasi dengan mood. Sering pasien dengan gangguan bipolar didiagnosis sebagai skizofernia.