Ethicaldigest

Deteksi Dini Kanker Kolorektal

Perubahan pola buang air besar dan BAB berdarah merupakan pertanda awal kanker kolorektal. Deteksi lebih dini bisa menurunkan mortalitas kanker ini.

Pola buang air besar (BAB) yang berubah (diare, sulit buang air besar, buang air besar tidak tuntas, bentuk feses kecil-kecil), buang air besar berdarah, hilang nafsu makan dan penurunan berat badan, merupakan gejala gejala awal kanker kolorektal. “Kalau sudah stadium lanjut, gejalanya bisa berupa penurunan nafsu makan dan gejala-gejala dari penyebaran luas,” terang dr. Benny Philippi, Sp.BD.

“Jika tumor ada di usus besar sebelah kiri, di mana feses dalam bentuk padat, feses akan susah lewat,” kata dr. Benny. “Jika BAB yang dulunya satu atau dua kali sehari dan lunak, tidak berdarah dan tuntas, karena ada tumor BAB menjadi cair dan terasa tidak tuntas.” Itu karena feses harus melewati ruangan yang sempit. Atau feses berubah menjadi kecil-kecil. Atau feses yang tadinya berbentuk lonjong, menjadi pipih seperti pita.

Darah pada feses penderita dengan kanker kolorektal, tidak berwarna tegas. Itu karena darah sudah bercampur dengan feses. Feses akan berwarna gelap. Lalu bagaimana cara melakukan identifikasi? Kalau buang air besarnya berdarah, lihat warna darah pada feses. Kalau bentuk feses bagus, tapi ada sedikit ‘toping’ warna merah, itu umumnya karena wasir. Tapi kalau berdarahnya karena kanker, darahnya sudah bercampur. Begitu juga kalau bentuk fesesnya hancur, mencret atau berbentuk seperti pita. “Kemudian dilihat, ada nyeri atau tidak. Kalau ada nyeri umumnya karena wasir,” tambah dr. Benny.

Kanker kolon yang sudah lebih lanjut menimbulkan gejala nafsu makan berkurang dan berat badan turun. Sudah parah kalau terjadi anemia. “Anemia terjadi karena ada perdarahan kronis di usus,” kata dr. Benny. Anemia menyebabkan penderita menjadi cepat lelah.

Gejala dapat menyebar ke hati, menimbulkan gejala penderita tampak kuning, nyeri pada perut, lebih sering pada bagian kanan atas, di sekitar lokasi hati, dan timbul pembesaran hati. Pembesaran hati bisa tampak pada pemeriksaan fisik. Timbul satu gejala lain, yang disebut paraneoplastik. Neoplasma artinya adalah tumor; bisa tumor ganas. Para artinya di samping. Selain gejala-gejala paraneoplastik ini ada gejala-gejala lain, misalnya daya tahan tubuh pasien menurun karena leukosit dan limfositnya turun.

Jika ada kecurigaan kanker kolorektal, diagnosis bisa diperkuat dengan melakukan pemeriksaan menggunakan skope, namanya anaskopi. Pemeriksaan ini digunakan untuk melihat bagian bawah saja, menegakkan ada tidaknya wasir atau fisura. Fisura karena pasien pernah luka anusnya, karena buang air besar keras misalnya. Kemudian terbentuk jaringan parut. Dan kalau pasien BAB keras lagi, jaringan parut terkoyak dan mengeluarkan darah lagi. Itulah fisura.

Kemudian yang harus dipahami juga adalah polip. Polip berbetuk bulatan dengan leher menempel dinding usus besar. Ketika buang air besar, lehernya mudah putus, menyebabkan pembuluh darah putus dan kemudian berdarah.

“Jadi itulah semua penyebab buang air besar berdarah. Wasir, fisura dan polip dapat menyebabkan perdarahan dan itu bukan suatu yang ganas,” kata dr. Benny. Tapi, polip adalah suatu masalah yang penting, karena dapat berubah menjadi ganas. Mula-mula permukaan usus besar akan terlihat seperti usus normal. Kemudian menonjol polip, yang lambat laun akan semakin menonjol. Sifat keganasannya juga meningkat, seiring perkembangan polip.

Kalau usus pasien-pasien ini dipotong, akan terlihat ada bagian yang memiliki polip dan ada bagian yang sudah mengalami keganasan. Dan, kadang-kadang pada saat dilakukan biopsi terjadi kesalahan, yang diambil sampelnya adalah yang masih belum ganas, yang ganas tidak terambil.

Secara mikroskopis lama perubahan dari polip jinak menjadi keganasan, memerlukan waktu  5-20 tahun. Tapi, pada kenyataannya, durasinya bisa lebih pendek dan bila ada faktor keturunan, bisa hanya 2-3 tahun. Tapi pada populasi mum, jika polipsisnya banyak bisa berubah menjadi kanker ganas dalam waktu 8-10 tahun.

Dianjurkan untuk membuang polip melalui tindakan endoskopi atau operasi. Pengangkatan polip bisa menurunkan risiko kanker. Sedangkan deteksi dini bisa menurunkan mortalitas dari kanker. ”Itulah patokan-patokan dari pengelolaan kanker pada umumnya,” ujar dr. Benny. Polipektomi merupakan prosedur pengangkatan polip. Prosedur ini dilakukan dengan menginjeksikan larutan saline ke dalam submukosa, untuk mengangkat polip sensile dengan direseksi menggunakan senar.

Kanker Ketiga Terbanyak