Ethicaldigest

Vaksin Encephalitis

Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyetujui vaksin baru untuk melawan encephalitis, yang telah membunuh ribuan anak di dunia, sementara mereka yang selamat menderita kerusakan otak permanen. Penyakit ini dikenal juga dengan istilah Encephalitis Jepang (Japan Encephalitis/JE) atau demam otak.

Encephalitis merupakan kondisi yang langka, terjadi pada tahun pertama kehidupan dan angkanya menurun sesuai dengan bertambahnya umur. Penyebabnya gigitan nyamuk pembawa virus, dari keluarga Flaviviridae. Virus tersebut dapat hidup pada tubuh burung, babi dan manusia.

Kurang dari satu persen mereka yang terinfeksi, menderita sakit yang serius. Virus ini telah membunuh 15.000 anak/tahun, dan melumpuhkan lebih banyak anak. Lebih 4 juta anak di Asia Tenggara sampai Pasifik Barat, yang adalah daerah endemik berisiko terinfeksi. Prevalensi terbesar adalah pada mereka yang hidup di sekitar persawahan.

Virus ini menyebabkan peradangan di jaringan otak (cerebral edema), menyebabkan rusaknya sel saraf, dan intra cerebral hemorrhage. Vaksin baru yang disetujui bulan Oktober 2013, adalah vaksin pertama yang dibuat di Negara Tirai Bambu, yang disetujui WHO. Vaksin dibuat oleh China National Biotec Group dan diuji PATH, sebuah organisasi non-profit di Seattle,AS, dan didanai oleh Bill dan Melinda Gates Foundation.

Vaksin encephalitis sebelumnya diberikan hanya pada orang berusia di atas 17 tahun. Diberikan dua kali (dosis), dimana terdapat jeda 28 hari untuk pemberian dosis berikutnya. Dosis kedua diberikan minimal satu minggu sebelum pergi ke daerah endemik.

Booster diberikan pada mereka yang sudah mendapat vaksin satu tahun sebelumnya, dan masih memiliki risiko terinfeksi. Misalnya, orang asing/pendatang yang menetap di daerah endemik dalam waktu lama. Vaksin dapat diberikan dalam waktu yang bersamaan dengan vaksin lain.

Vaksin baru ini: SA 14-14-2 live, adalah vaksin pertama (walau masih dalam tahap prekualifikasi) yang dapat digunakan pada anak-anak, yang disetujui WHO.” Prekualifikasi berarti semua komunitas di wilayah endemik JE, akan mendapat akses vaksin yang aman dan dapat dibeli (vaksin ini berbiaya rendah),” ujar dr. Kathleen Neuzil, Direktur PATH’s Vaccine Access and Delivery Global Program.

Dr. Margaret Chan, Director General WHO berharap, persetujuan ini dapat mendorong produsen lain untuk membuat vaksin encephalitis. (jie)