Ethicaldigest

Prostatic Urethral Lift

Bagi pria dengan gejala pembesaran prostat jinak, outcome hasil terapi terlihat lebih baik prostatic urethral lift, yang ditanam melalui operasi dibanding reseksi transurethral prostate. Inilah hasil dua penelitian terbaru, LIFT dan BPH-6, yang dipresentasikan di Kongres European Association of Urology 2016. Hasil penggunaan lift bisa bertahan hingga 4 tahun.

“Saya akan mempertimbangkan urethral lift menjadi pilihan untuk pasien-pasien ini,” ujar Grégoire Robert, MD, PhD, professor urologi di Université de Bordeaux, Perancis.

Ia mengatakan belum banyak hasil jangka panjang. Pasien yang diobati dengan urethral lift mungkin masih perlu mendapat pengobatan tambahan, untuk mengendalikan gejala yang dialami. “Ini bisa dianggap sebagai kegagalan pengobatan dan perlu diekplorasi lebih jauh,” katanya pada Medscape Medical News.

Dalam penelitian LIFT, 13% pasien menjalani beberapa pengobatan selama 4 tahun periode pengobatan. Pada penelitian BPH-6, 9% pasien LIFT menjalani pengobatan sekunder selama 2 tahun.

Penelitian LIFT

Dalam penelitian LIFT yang didisain acak buta ganda prospektif, 140 pasien dari Australia, Kanada dan Amerika menjalani pemasangan prostatic urethral lift. Sebanyak 66 pasien dalam kelompok kontrol yang menjalani prosedur sham, dibolehkan menjalani pemasnagan lift di bulan ke 3.

“Penelitian ini menunjukkan efek jangka panjang prostatic urethral lift,” ujar peneliti LIFT, Neil Barber, MD, konsultan bedah urologi di Frimley Park Hospital NHS Foundation Trust, Surrey, Inggris.

Ada perbaikan 44% gejala urinari di bulan pertama, yang diukur dengan International Prostate Symptom Score (IPSS). Perbaikan ini menetap selama 4 tahun (P < .0001). Di tahun ke empat, ada perbaikan 62% pada aliran urin, sebagaimana diukur dengan Qmax.

Di Amerika Utara, prosedur minimal invasive dilakukan di bawah pengaruh anastesi local. Durasi rerata untuk prosedur ini 66 menit, dan dibutuhkan rerata 8,6 hari sampai pasien bisa beraktivitas penuh. “Hanya 32% pasien yang memerlukan kateter post operative. Biasanya untuk kurang dari satu hari,” ucap Dr. Barber.

Penelitian BPH-6

Pada penelitian BPH-6, 45 pasien menjalani pemasangan prostatic urethral lift dan 35 menjalani reseksi transurethral pada prostat. Di tahun ke 2, endpoin gabungan—yang meliputi gejala saluran kemih bagian bawah, rekoveri, fungsi seksual, kontinensia dan keamanan—secara signifikan lebih baik dengan pemasangan lift, dibanding reseksi transurethral (46% vs 22%; P < .05).

“Pemeriksaan parameter individu dari endpoin komposit memperlihatkan pro dan kontra untuk masing-masing prosedur,” kata peneliti Christian Gratzke, MD, professor urologi di Universitas Munich.

Perbaikan gejala saluran kemih bagian bawah, yaitu penurunan IPSS setidaknya 30%, secara signifikan lebih baik setelah reseksi transuretra daripada dengan lift (91% vs 62%; P = .01). Dan rekoveri dalam 1 bulan, yaitu perbaikan setidaknya 70% skala analog visual, lebih baik dengan lift (82% vs 53%; P < .01).

Fungsi ereksi tidak terganggu pada masing-masing kelompok, yang merupakan pertanda yang baik. Ini berarti reseksi transurethral pada prostate dapat dilakukan dengan baik. “Meskipun fungsi ejakulasi bisa dipertahankan pada 100% pasien, terjadi gangguan signifikan pada kelompok yang menjalani reseksi transurethral [P < .01],” kata Dr. Gratzke.