Ethicaldigest

Pengujian KRAS pada Kanker Kolon

Tidak semua pasien kanker kolon dapat diberi obat anti EGFR. Status KRAS pasien menentukan dan harus diperiksa.

Paytoun Rous tidak pernah tahu jika Rous Sarcoma Virus (RSV) atau virus onkogenik yang pertama ditemukannya pada tahun 1916, akan banyak memberi manfaat pada perkembangan pengobatan kanker. Dia mendapat hadiah Noble 50 tahun kemudian.

Pada tahun1964, Jeniver Harvey menemukan virus penyebab leukemia pada tikus.  Penelitian dilanjutkan dengan dapat diisolasinya gen penyebab kanker tersebut, yang disebut Kirsten Rat Sarkoma (KRAS). Dari sini kemudian kita mengerti tentang peranan onkogen, yang bertanggung jawab dalam perkembangan kanker.

KRAS adalah gen yang mengkodekan salah satu protein pada sinyal jalur reseptor faktor pertumbuhan epidermal (EGFR). Jalur sinyal EGFR ini penting dalam pengembangan dan perkembangan kanker. Jalur sinyal EGFR terkativasi oleh adanya ligan seperti TGF alfa, epidermal growt factor, yang kemudian secara fisiologi akan mengatur  proses progresi siklus sel, berupa tumor survival, proliferasi, metastasis dan angiogenesis. Peranan KRAS sangat penting dalam meregulasi ini.

Namun KRAS dapat dalam keadaaan normal (wild type) mau pun bermutasi. Dalam keadaan normal, efek KRAS bersifat jangka pendek ketika EGFR terstimulasi dan efeknya terkontrol ketat. Pada KRAS yang bermutasi, kaskade efek akan terus “menyala” walau tanpa adanya aktifasi dari EGFR dan tidak dapat terkontriol.

Status KRAS pada pasien dengan tumor, saat ini dapat memberikan prognosis dan prediktif terhadap pemberian obat-obat tertentu. Penggunaan obat-obat anti EGFR yaitu obat monoklonal antibodi, dapat menutup sinyal jalur dan menghambat efek termasuk efek di bawah peranan KRAS. Namun, jika status KRAS dari si pasien tergolong abnormal (mutan), penggunaan obat-obat golongan ini tidak dapat memberi manfaat. Penggunaan obat dengan mekanisme penghambatan sinyal jalur EGFR, bermanfaat jika pasien tersebut berstatus KRAS wild type.

Saat ini, perhatian penelitian biomarker pada kanker terus meningkat, termasuk biomarker KRAS.  Pengujian biomarker KRAS dapat dilakukan dengan pemeriksaan DNA pada jaringan tumor. Pengujian ini dapat bermanfaat bagi dokter, dalam menentukan terapi secara individu pasien kanker kolon. Penelitian memperlihatkan, pengobatan anti EGFR pada pasien kanker kolon dengan wild type KRAS dapat memberi manfaat, tetapi tidak pada pasien dengan KRAS mutan.