Ethicaldigest

Diet Mediterania Turunkan Risiko Kanker

Menjalani diet mediterania dapat menurunkan risiko kanker payudara pada wanita pasca menopause. Ini terungkap dari penelitian yang dipublikasikan di International Journal of Cancer, 5 Maret 2017.

Diet mediterania tradisional ditandai dengan konsumsi protein nabati tinggi, whole grains, ikan dan lemak mono unsaturated. “Juga mengonsumsi alkohol dalam jumlah moderat dan low intake of refined grains, red meat and sweets,” kata penulis publikasi yang dipimpin Piet A. van den Brandt, PhD. Dia seorang ahli epidemiologi di Maastricht University Medical Center, Belanda.

Dalam beberapa penelitian, tipe diet seperti ini diketahui dapat menurunkan risiko penyakit kardiovaskuler. Tapi, bukti ilmiah pada kanker, termasuk kanker payudara, masih belum ada.

Penelitian ini melibatkan 62.573 wanita berkebangsaan Belanda, berusia 55 – 69 tahun, yang memberi informasi mengenai pola makan dan gaya hidup pada 1986 dan difollow up selama lebih dari 20 tahun.

Kemudian, dilakukan analisa kohort kasus multivariate terhadap 2.321 insiden kanker payudara dan 1.665 wanita tanpa kanker payudara. Peneliti menemukan bahwa wanita yang paling patuh menjalani diet mediterania, mengalami penurunan risiko 40% kanker payudara reseptor estrogen negative (ER-), dibanding  wanita yang tidak patuh (hazard ratio [HR], 0,60; p trend = 0,032).

Mereka menemukan penurunan risiko 39% penyakit reseptor progesterone negative (PR-)/ER- ketika membandingkan kelompok dengan kepatuhan tinggi dan rendah (HR, 0,61; p trend = 0,047).

Yang perlu diperhatikan, dalam diet yang diterapkan dalam penelitian menghindari konsumsi alkohol. Konsumsi alkohol merupakan faktor risiko, untuk kanker payudara. Alkohol merupakan satu dari banyak variable, yang dikendalikan, bersama faktor-faktor lain seperti usia, indeks massa tubuh, riwayat keluarga kanker payudara, penggunaan terapi penggantian hormon, dan status merokok.

Penulis juga melaporkan, tidak ada hubungan signifikan antara diet dan risiko penyakit  ER+ atau kanker payudara total. “Masuk akal bahwa efek protektif dari diet ini, tidak ditemukan pada wanita dengan penyakit ER positif,” kata penulis.

Dampak potensial dari faktor diet, sulit dideteksi pada tumor dengan ER+. Ini membuktikan adanya pengaruh kuat dari faktor hormonal. “Pada tumor ER-, faktor risiko lain termasuk diet, bisa memberi pengaruh yang relative lebih besar dan dapat dengan lebih mudah dideteksi,” tulis peneliti.

Dr. van den Brandt menjelaskan bahwa wanita berusia lebih tua, yang menjadi subyek dalam penelitian ini, lebih besar kemungkinannya mendapat manfaat dibanding wanita berusia lebih muda.

“Secara umum, kanker payudara pasca menopause lebih dipengaruhi faktor lingkungan, seperti pola hidup dan diet, daripada kanker payudara premenopause, dimana faktor genetik berperan lebih dominan,” katanya pada Medscape Medical News.

Penelitian-penelitian kohort lain dengan hasil serupa dengan penelitian ini, meliputi Nurses’ Health Study dan European Prospective Investigation into Cancer (EPIC). Mekanisme kerja di balik efek manfaat diet mediterania pada risiko kanker, masih belum pasti.

Meski demikian, mereka mengatakan bahwa efeknya didapatkan dari konsumsi serat dalam jumlah tinggi, antikosidan dan vitamin. Kanker payudara mundkin dimediasi melalui mekanisme biologis, seperti peradangan kronik dan stress oksidatif dan melalui regulasi berat badan. Juga terkait dengan kerusakan oksidatif pada DNA.