Ethicaldigest

Alat Test Serangan Jantung

Berbicara mengenai penyakit jantung, tidak bisa lepas dari penyakit jantung koroner, “Meski banyak contoh penyakit jantung lainnya,” jelas dr. Anasthasia Sari Mumpuni, SpJP, dalam diskusi yang diadakan PT Abbott Diagnostics Division, Jakarta.

Angka kematian akibat penyakit jantung di Jakarta, berdasar penelitian yang dilakukan tahun 2004, jumlahnya mencapai 30%. “Angka ini cukup besar dan perlu menjadi perhatian bersama,” jelasnya. Perhimpunan Dokter Ahli Penyakit Jantung Indonesia berusaha membuat pedoman tatalaksana, pada pasien yang datang ke Unit Gawat Darurat dengan keluhan utama nyeri dada, yang mungkin berisiko mengalami serangan jantung.

Di sisi lain, minimnya gejala terutama pada perempuan, menjadi hambatan dalam mendiagnosis secara awal gejala serangan jantung. Mengggunakan 2 tools, EKG dan gejala yang muncul pada pasien, diagnosis serangan jantung dapat ditegakkan.

Perlu pemeriksaan laboratorium untuk membantu diagnosis serangan jantung, yakni dengan menilai peningkatan kadar enzime jantung. “Ketika orang mengalami serangan jantung, ada suatu protein yang dilepaskan dari otot jantung ke peredaran darah. Hal ini bisa membantu diagnosis serangan jantung,” jelasnya.

Pusat Jantung Nasional Harapan Kita, Jakarta, sampai saat ini masih mencari formula yang baik untuk diagnosis serangan jantung secara cepat. Dengan begitu, bisa dipilah mana pasien dengan nyeri dada yang harus segera ditangani, mana pasien dengan nyeri dada yang bukan merupakan serangan jantung.

European Society of Cardiology (ESC) tahun lalu memasukkan High Sensitive Troponin-I Assay (hsTnI), sebagai pedoman tatalaksana nyeri dada untuk menentukan serangan jantung atau bukan. Test ini memiliki sensitivitas lebih tinggi, untuk mendeteksi kadar troponin (enzim jantung) dalam konsentrasi yang jauh lebih rendah, dibanding test standart untuk pemeriksaan troponin yang sudah ada sebelumnya.

Test hsTnl juga mampu memperpendek waktu diagnosis. “Sebelumnya, pasien dengan nyeri dada harus menunggu untuk melakukan pemeriksaan ulang troponin sekitar 6-9 jam. Dengan test ini,  hanya membutuhkan waktu interval 1 jam,” jelas dr. Sickan Jaganathan, Associate Medical Director, Medical and Scientific Affairs Abbott Diagnostics Division. Dengan kata lain, teknologi ini dapat menghemat  dana yang digunakan dan mencegah pasien menjalani pengujian ekstensif, termasuk rawat inap di rumah sakit.

Sebelumnya, minimnya jumlah troponin yang dihasilkan pada perempuan dibandingkan pria menjadi masalah dalam penapisan serangan jantung. Teknologi hsTnI dapat mengukur level yang sangat rendah dari troponin jantung, bahkan hingga nilai 0.