Ethicaldigest

dr. Triatmo Budiyuwono, SpJP(K), FIHA, FAPSIC

Saat studi di Belanda tahun  1989-an, tiba-tiba ia dipanggil Atase Pertahanan RI yang berkedudukan di Den Haag. Ia diberi tahu, Panglima Angkatan Bersenjata (Pangab) Jendral TNI AD Try Sutrisno sedang berkunjung dan sakit tenggorokan. “Beliau saya periksa. Saya balik ke Leiden untuk mengambil obat dan kembali lagi ke Den Haag,” ujar Kolonel TNI AD (Purnawirawan) dr. Triatmo Budiyuwono, SpJP(K), FIHA, FAPSIC  (65 tahun).

Dua hari kemudian, Jendral Try Sutisno – terakhir menjabat Wakil Presiden RI mendampingi Pak Harto – sehat kembali. Atas pertanyaan Jendral Try, ia menyatakan bahwa di Leiden sedang belajar cara melebarkan pembuluh darah yang sempit dengan stent atau ring. Singkat cerita, dr. Triatmo mendapat tambahan uang saku 290 gulden/bulan, sampai ia menyelesaikan studi master.

“Saya langsung telepon istri di tanah air, untuk pesan tiket ke Belanda,” mantan Kepala Departemen Jantung RSPAD ini tertawa.

Hoby traveling, selama bertugas di TNI AD ia tercatat 87 kali bepergian ke luar negeri. Bukan untuk jalan-jalan, melainkan untuk menuntut ilmu. Setahun ia bisa 6-7 kali ke luar negeri selama sekitar 2 minggu. Yang terlama di Belanda, sekitar 2 tahun. Ia senang belajar apa pun yang berhubungan dengan jantung. Termasuk soal mesin yang digunakan saat operasi bedah jantung.

Ia punya kiat agar diijinkan komandan studi ke luar negeri. “Kalau minat mendalami sesuatu, profesornya saya hubungi,” ujar ayah 3 anak dan kakek 3 cucu ini. “Kalau saya diundang, pimpinan memerintahkan saya untuk belajar.”

Ia juga beruntung bisa blusukan ke banyak wilayah di tanah air tahun 2004-2014, saat menjadi dokter pribadi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.  Tak boleh lebih jauh dari 10 meter di mana pun Presiden berada, ia bisa berkenalan dengan banyak kalangan mulai menteri, pejabat tinggi, gubernur, bupati dan lain-lain.

Berkat networking yang dimiliki, dr. Triatmo pernah mengirim 68 pasien jantung anak ke Belanda untuk operasi. Semua biaya ditanggung yayasan di Belanda. Ia juga tidak pelit berbagi ilmu kepada para yunior. Prinsipnya, “Kalau saya berlari, semua harus ikut berlari.”