Ethicaldigest

dr. Muhammad Firas, MARS.

Ia terdiagnosis diabetes mellitus tipe 1 sejak usia 14 tahun. Karena merasa khawatir, orangtua segera membawanya ke rumah sakit. “Tahun 1998, masih banyak dokter yang belum aware dengan diabetes pada anak. Saya sampai harus berkali-kali ganti dokter. Akhirnya, dokter terakhir menyarankan untuk cek gula darah. Hasilnya, kadar gula darah saya 800 mg/dl,” jelas dr. Muhammad Firas, MARS.

Apa yang dialami, membuatnya merasa terpanggil dan ingin mengetahui lebih banyak lagi tentang penyakit diabetes, dengan cara masuk fakultas kedokteran. “Gejala awalnya, berat badan saya waktu itu turun drastis, sering kencing di malam hari,” ujarnya.

Anak bungsi dari 6 bersaudara ini mengatakan, sesungguhnya penyakit diabetes sangat mudah  dimanage. “Apalagi jika sudah terdeteksi sejak dini. Komplikasi bisa dihindari,” paparnya. Terlihat meski sudah menjadi penyandang diabetes selama 18 tahun, ia tetap sehat, menikah dan dikaruniai 3 anak.

Dokter dengan pompa insulin terpasang ditubuhnya ini, bekerja di manajemen Brawijaya Women and Children Hospital, Jakarta. Ia juga praktek di klinik Brawijaya Group. Tak sedikit pasien yang datang ke klinik tersebut, untuk konsultasi mengenai penyakit diabetes. Pasiennya datang dari beberapa daerah di Indonesia. “Kadang saya mendapat pasien dari Prof. Sidartwan. Katanya, kalau ketemu professor pasti waktunya sedikit. Pasien yang datang ke saya, lebih banyak sharing mengenai diabetes. Saya berbagi pengalaman dengan mereka,” paparnya.

Satu hal yang selalu ia sampaikan kepada para pasien yakni harus patuh pada pengobatan, menjaga pola makan dan menghindari faktor risiko. “Ini kunci utama penanganan diabetes.” Sampai saat ini ia masih bisa menyalurkan hobinya bermain basket. “Seringnya sih main sama teman SMA dulu,” paparnya. Biasa mereka main di GOR Bulungan, Jakarta Selatan.