Ethicaldigest

dr. Dante Saksono Herbuwono, SpPD-KEMD, PhD

“Yang bisa tidur 8 jam tidak sempat olahraga. Saya yang hanya tidur 4 jam, pagi masih sempat lari,” ujar dr. Dante Saksono Herbuwono, SpPD-KEMD, PhD. Ditilik dari penampilannya, ahli diabetes ini sering olahraga. Perutnya rata.

Olahraga sudah menjadi keseharian dr. Dante, sementara banyak orang mengeluh tidak punya waktu untuk berolahraga. “Masalahnya bukan karena tidak punya waktu. Kita tidak mau menciptakan waktu untuk olahraga,” papar ahli molekuler diabetes pertama di Indonesia ini.

Sejak masih menjadi mahasiswa kedokteran ia sudah hobi olahraga, khususnya lari. Tercatat ia pernah mengikuti enam lomba marathon besar di dunia, bahkan sudah menjajal lomba triathlon (renang 1,5 km, lari 10 km dan 40 km bersepeda). “Saya finish full marathon (42 km) di Berlin, Tokyo, London, Boston, Chicago dan New York.

Dokter yang praktek di RS Metropolitan Medical Centre (MMC), Jakarta, meski disibukkan oleh praktek (selesai praktek jam 24.00 sampai 02.00 pagi), aktivitas olahraga tetap berjalan. Pagi hari sebelum berakitvitas, ia lari 15 km atau berenang 2,7 km. Di akhir pekan, ia memilih bersepeda dan lari. “Pada dasarnya, semua orang bisa berolahraga asal mau menciptakan waktu untuk itu. Jangan takut kringetan, bahkan saya buat gerakan sweat generation. Sekarang berkeringat itu menjadi keren. Kalau ke mall parkir mobil yang jauh, sambung dengan jalan kaki. Pilih naik tangga daripada lift.”

Sebagai ahli diabetes, ia menyatakan bahwa  tidak ada satu orang Indonesia pun yang bebas  gen diabetes. Olahraga dibutuhkan sebagai pencegahan diabetes; insulin akan bekerja lebih efektif jika seseorang berolahraga. “Olahraga beda dengan aktivitas fisik. Olahraga dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan denyut jantung, dilakukan dalam rentang waktu dan intensitas tertentu.” (jie)