Ethicaldigest

Terapi Cahaya Perbaiki Bipolar

Dalam beberapa tahun terakhir, semakin banyak bukti mendukung terapi cahaya terang (bright light therapy [BLT]) untuk pengobatan depresi dan penyakit kejiwaan lainnya. Dalam satu penelitian uji klinis acak, yang baru dipublikasikan, peneliti melaporkan perbaikan signifikan pada pasien dengan depresi bipolar setelah 6 minggu terapi.

BLT diindikasikan oleh American Psychiatric Association, untuk pengobatan gangguan afektif musiman. Temuan terbaru menunjukkan,  BLT sendiri atau dikombinasi dengan fluoxetine secara signifikan lebih efektif, daripada plasebo atau fluoxetine saja untuk pengobatan depresi pada pasien non-lansia. Dikombinasi dengan kurang tidur di malam sebelumnya, terapi cahaya di pagi hari dan mungkin di tengah hari, dapat dengan cepat membalikkan depresi bipolar berat.

Respon terhadap terapi cahaya di pagi hari, biasanya dikaitkan dengan efek setel ulang fase sirkadian pada depresi musiman dan non-lansia. Namun, mekanisme kerja pada gangguan bipolar tidak jelas. Meski begitu, pasien dengan gangguan bipolar rentan terhadap isyarat lingkungan yang mengubah ritme sirkadian dan memicu kekambuhan.

Pasien depresi bipolar memiliki gejala tidur berlebihan, peningkatan nafsu makan, lesu dan fase tidur tertunda (tidur larut malam, bangun di tengah pagi atau siang hari), yang merupakan prediktor respon positif terhadap terapi cahaya.

“Kami melakukan penelitian percontohan pada wanita dengan depresi stabil, dalam konteks gangguan bipolar,” ujar peneliti.

 Penelitian berjalan 6 minggu, untuk menyelidiki efikasi BLT di tengah hari pada depresi bipolar. Partisipan penelitian mengalami depresi moderat, tidak menunjukkan gejala-gejala hipomania atau mania. Pasien seara acak diberi terapi cahaya putih terang, dengan intensitas 7000 lux atau cahaya plasebo merah redup 50 lux.

Setelah 6 minggu terapi cahaya terang, 68,2% pasien mengalami remisi dari episode depresi bipolar. Pasien tidak memiliki atau hanya sedikit depresi dan berfungsi lebih baik secara signifikan. Dengan terapi cahaya merah redup, hanya 22,2% yang remisi dan pasien masih memiliki depresi moderat, ditambah gangguan fungsi yang persisten. Efek sampingnya minimal. Tidak ada yang mengalami hypomania, mania atau episode campuran.