Ethicaldigest

Teh Hijau & Obesitas

Jalan-jalan di mall, dengan mudah kita bisa  menjumpai orang dengan berat badan berlebih. Menurut riset “Metabolically Healthy Obesity: Epidemiology, Mechanisms, and Clinical Implications” yang dimuat The Lancet Diabetes & Endocrynology (2008), sekitar 9,8% pria dan 13,8% wanita di dunia mengalami obesitas. Penduduk di Kepulauan Pasifik, memiliki BMI 70% lebih tinggi dari beberapa Negara di Asia Tenggara dan sub-Sahara Afrika.

Untuk mengatasi obesitas, para ahli menaruh harapan pada teh hijau. Selain menyegarkan, teh diduga dapat mencegah kanker melalui mekanismenya sebagai antioksidatif, antiproliferatif dan efek pro-apoptotik-nya. Dapat melindung kulit dari sinar UV, dengan meningkatkan produksi glutathione dan superoxide dismutase. Teh yang berasal dari daratan China dan menyebar ke Asia Tengah, Jepang, Eropa, Amerika sampai Afrika, juga berperan dalam memerangi obesitas.

Menurut dr. Samuel Oetoro, MS. SpGK, dari MRCCC Siloam Hospital Semanggi, Jakarta, secara umum teh mengandung polifenol, methylxantines dan theanine. Teh hijau diambil dari pucuk pertama daun teh yang tidak diberi kesempatan untuk berfermentasi. Pucuk teh diproses langsung dengan panas/steam, untuk menghentikan aktivitas enzim sehingga sama seperti raw leaf (daun teh awalnya).

Polifenol dalam daun teh hijau kandungan epigallocatechin gallate (EGCG)-nya tertinggi; ini adalah antioksidan. Polifenol dalam teh hijau juga mengandung catechin (C), epicatechin (EC), epicatechin gallate (ECG) dan proanthocyanidins.

“Mekanisme teh hijau dalam menurunkan berat badan sebagai properti termogenik dan meningkatkan oksidasi lemak,” ujar dr. Samuel dalam Obesity Seminar & Practical Case Study, di Jakarta beberapa waktu lalu.

EGCG bekerja melalui 4 mekanisme. Pertama, meningkatkan pengeluaran energi. Catechin dalam teh hijau memperpanjang lama kerja norepinephrine, yang akan menghambat enzim catecol o – methyltransferase (COMT). Peningkatan energi mencapai 4-8%.

Sebuah penelitian yang membuktikan peningkatan pengeluaran energi pascakonsumsi ekstrak teh hijau, dimuat dalam The American Journal of Clinical Nutrition. Ketika subyek penelitian diberi suplementasi yang mengandung 90 mg EGCG dan 50 mg kafein 3 kali sehari, pengeluaran energi meningkat sampai 4%.

Mereka membakar 79 kalori/hari lebih banyak dibanding yang tidak mendapat suplementasi. Peningkatan energi ini berasal dari lemak yang “dibongkar”, bukan dari otot. Dari penelitian tersebut disimpulkan, teh hijau selain menurunkan berat badan  juga membentuk tubuh / otot. Kedua, melalui peningkatan oksidasi dan mobilisasi asam lemak yang memicu penurunan massa lemak. Ketiga, menurunkan nafsu makan. Penelian menunjukkan adanya penurunan nafsu makan sampai 8% setelah minum 500 mg ekstrak teh hijau.

Keempat, dengan cara mengurangi absorbsi lemak. Penelitan Hsu et al (2006) pada 12 orang dewasa sehat yang mengonsumsi keripik kentang dalam jumlah banyak 2 kali sehari menunjukkan, polifenol pada teh oolong (separuh terfermentasi) yang diberikan 3 x sehari berpengaruh pada peningkatan sampai 50% ekskresi lemak dalam feses. Dan dalam penelitian pada orang obesitas, seperti dimuat dalam International Journal of Phytotherapy and Phytopharmacology, setelah 3 bulan berat badan turun sampai 4,6% dan lingkar pinggang menyusut 4,48%.

“EGCG menurunkan berat badan dengan jalan menghambat lipase dan menstimulasi termogenesis,” kata dr. Samuel.

Penelitian lain dilakukan Paradee Auvichayapat di Thailand (2007), pada orang dewasa dengan  berat badan 69 – 70 kg. Pada kelompok plasebo maupun yang diberi ekstrak teh hijau terjadi penurunan berat badan. Namun, pada kelompok plasebo berat badan naik kembali sampai minggu ke 8. Sementara di kelompok teh hijau, terjadi penurunan berat badan yang signifikan, menjadi 65 kg. Campuran teh hijau, teh hitam dan teh mulberry, juga mampu menurunkan penyerapan karbohidrat dalam usus sampai 25%.

Bagaimana penderita obesitas dengan diabetes tipe 2? Chung-Hua Hsu  dkk., meneliti 80 orang obes dengan DM tipe 2.  Mereka dibagi menjadi 2 kelompok. Hasilnya, pada kelompok teh hijau terjadi penurunan bermakna pada status HbA1C dari 8,4 – 8,096. Juga pada penurunan lingkar pinggan, HOMA – IR index, level insulin dan peningkatan yang signifikan dari asam amino ghreline.  Masih perlu penelitian lebih lanjut, karena dibandingkan kelompok plasebo perbedaannya tidak signifikan.

Untuk penurunan berat badan, menurut dr. Samuel, perlu minum 10-15 cangkir teh hijau (@ 200 ml) sehari. Hal ini dapat diatasi dengan mengonsumsi suplementasi ekstrak teh hijau. (jie)