Ethicaldigest

Rumah Sakit Ananda Bekasi IKHLAS Melayani

Di Jalan Sultan Agung No.173 Kota Bekasi, Jawa Barat, berdiri sebuah bangunan lima lantai bercat hijau. Bangunan itu tak lain adalah Rumah Sakit Ananda, rumah sakit Tipe B. Berdiri pada awal 2001, rumah sakit ini adalah sebuah klinik spesialis. Pemilihan warna hijau bukan tanpa makna.

“Cat warna hijau kami pilih sebagai indentitas RS Ananda, yang menunjukan bahwa kami siap memberi pelayanan yang mengayomi dan menyejukkan, sesuai moto kami: Melayani dengan IKHLAS (Insani, Kasih, Hati, Luwes, Asih dan Santun),” ujar dr. H Irwan Heriyanto, MARS, Direktur Rumah Sakit Ananda.

RS ini memiliki visi untuk menjadi rumah sakit yang mampu memberi pelayanan kesehatan terbaik dan terpadu sesuai dengan standar profesi, bagi seluruh lapisan masyarakat tanpa membedakan suku, golongan, status sosial dan agama. Ada pun misi RS Ananda adalah menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu dan rasional.

Lokasi rumah sakit ini cukup strategis, tepat berada di jalan provinsi menuju Ibu Kota Negara Jakarta. Didukung  fasilitas dan mutu pelayanan yang terus dikembangkan, RS Ananda mendapat sambutan positif dari masyarakat Bekasi dan sekitarnya. Maka, sekitar 7 tahun lalu (30 Maret 2008), RS Ananda meresmikan penggunaan gedung baru 5 lantai, untuk melengkapi fasilitas kamar perawatan, poliklinik spesialis, dan sejumlah fasilitas lain.

RS Ananda berharap bisa menjadi mitra yang baik bagi masyarakat, sarana pelayanan kesehatan lain, asuransi kesehatan, instansi pemerintah, instansi swasta & perusahaan. “Kami ingin  menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang dapat menciptakan kepuasan bagi semua. Menjadi rumah sakit yang peduli pada aspek sosial kemanusiaan. Menjadi rumah sakit yang peduli lingkungan,” jelasnya.

Unggulan

RS Ananda mendukung program pemerintah untuk “memberi pelayanan kesehatan bagi seluruh warna Negara”. Untuk itu, mulai Januari 2015 dijalin kerjasama dengan BPJS Kesehatan. Program yang bagus ini dalam pelaksanaannya dinilai masih perlu disempurnakan. Terutama dengan diterapkannya  sistim pelayanan kesehatan rujukan berjenjang.

“Dari PPK 1, pasien yang dirujuk umumnya sudah bisa ditangani di rumah sakit tipe C. Hanya sedikit kasus yang perlu dirujuk ke RS tipe B,” ujar dr. Irwan. Jadi, kalau ada yang mengatakan bahwa rumah sakit yang menerima BPJS Kesehatan pasiennya pasti antri, hal itu tidak terjadi di RS Ananda Bekasi. Sejauh ini, pasien BPJS Kesehatan yang menjalani rawat inap di RSda jumlahnya hanya belasan. Selebihnya masih didominasi pasien reguler.

Sudah 14 tahun berdiri, RS Ananda memiliki kapasitas 200 tempat tidur dengan bed occupancy rate (BOR) 65%. Sebagai rumah sakit umum, RS ini meliliki beberapa fasilitas unggulan. Di antaranya laparoskopi, hemodialisa, dan beberapa peralatan penunjang seperti CT scan dan UGS 4 dimensi.

Sejak berdiri, rumah sakit ini fokus pada kesehatan ibu dan anak. “Pengembaganya juga lebih ke arah perinatologi,” papar dr. Irwan. RS Ananda telah dilengkapi peralatan perinatalogi yang meliputi alat phototherapy (NOVOS Bilishpere), yakni teknologi untuk mengatasi jaundice pada anak.

“Dilihat dari jumlah pasien, terbanyak adalah dari bidang obstetri dan ginekologi. Untuk kasus penyakit degeneratif, seperti penyakit kardiovaskuler ada juga, tapi tidak banyak,” jelasnya.  Pasien tidak hanya datang dari Bekasi. Pasien dari Jakarta bahkan dari Tangerang, banyak yang menjadi pasien reguler loyal di RS Ananda.

“Banyak pasien dari daerah yang bingung mencari fasilitas ICCU, akhirnya mereka datang ke RS Ananda,” ujar dr. Irwan. Khusus di bidang perinatalogi, peralatan di RS Ananda memang cukup lengkap.

Fasilitas unggulan lain yang coba dikembangkan adalah laparoskopi. Selain memiliki sumber daya manusia, dalam hal ini dokter spesialis bedah digestive, pasar dalam hal ini masyarakat banyak yang tertarik dengan pelayanan minimal invasive.

“Banyak keuntungan yang bisa diperoleh pasien dengan laparoskopi,” jelasnya. Pasien lebih cepat sembuh, waktu rawat inap berkurang dan pasien bisa beraktivitas kembali dengan cepat. Selain itu, luka yang ditimbulkan dari prosedur ini lebih minimal dibanding dengan operasi terbuka. Apalagi, laparoskopi juga bisa digunakan sebagai prosedur diagnostik mau pun terapi.

Sebagai diagnosis, laparoskopi dapat digunakan untuk melihat ada tidaknya kelainan pada bidang obstetric, seperti diagnosis kasus invertilitas. Sebagai terapi, laparoskopi dapat digunakan untuk tindakan operasi mioma uteri, tumor ovarium, endometriosis, adenomiosis, sterilisasi tuba, memperbaiki perlengketan saluran tuba, melepaskan perlengketan organ genital, membantu masalah kehamilan di luar kandungan, pengangkatan rahim. “Untuk laparoskopi, umumnya pasien dianjurkan untuk rawat inap 12 jam sebelum prosedur dilakukan. Pembiusan melalui bius umum,” tambahnya.

Waktu operasi laparoskopi tergantung kasus/ penyakitnya. Pada kasus kista ovarium, pembebasan perlengketan, operasi dapat berlangsung 30 menit hingga 1 jam. Sementara untuk tindakan pengangkatan rahim, endometriosis berat, operasi bisa memakan waktu 4 jam.

Umumnya perawatan pasca operasi laparoskopi lebih singkat, dibanding operasi konvensional. Lama perawatan berkisar 1 – 3 hari. Pada sterilisasi atau laparoskopi diagnostik dan tindakan ringan lainnya, pasien bisa langsung pulang pada hari yang sama.

Kepada pasien dijelaskan bahwa teknik laparoskopi pun dapat menimbulkan komplikasi yang sama dengan operasi konvensional. Misalnya perdarahan, cedera pada organ dalam perut, komplikasi akibat proses pembiusan, infeksi (lebih kecil dibandingkan konvensional), dan pada beberapa pasien harus dilanjutkan dengan operasi konvensional. Khusus untuk pelayanan hemodialisa tersedia 10 unit mesin HD, dengan teknologi terbaru.

Jumlah pasien reguler loyal yang cukup banyak, menjadi nilai plus rumah sakit di era Jaminan Kesehatan Nasional BPJS Kesehatan. “Pasien reguler masih di atas 60%,” paparnya. Dengan jumlah pasien tersebut, manajemen RS Ananda dapat terus mengembangkan pelayanan dan mensejahterakan karyawan yang jumlahnya 400 orang.

Bagi RS Ananda, karyawan adalah aset utama diandalkan untuk memajukan rumah sakit dalam menghadapi perkembangan dan ketatnya persaingan. “Dengan semangat persaudaraan yang tinggi, kami berupaya menumbuhkan suasana persaudaraan di antara sesama karyawan. Demikian halnya dengan pasien dan keluarganya serta pengguna jasa lainnya,” katanya. Disayangkan, sistim pelayanan berjenjang BPJS Kesehatan membuat keluarga dan karyawan RS Ananda tidak bisa berobat di tempatnya bekerja. “Kami ingin memberi benefit berupa pengobatan kepada karyawan sendiri, ternyata susah. Aneh,” ujarnya.

Menjalin hubungan baik

Selain, mengupayakan fasilitas dan teknologi mutakhir, RS Ananda berupaya menjalin komunikasi yang baik dengan para pasien. “Semua pasien yang datang ke Rumah Sakit Ananda adalah yang paling utama untuk dilayani sebaik mungkin,” jelasnya. Tak jarang, pasien BPJS Kesehatan kemudian menjadi pasien reguler. “Pendekatan secara personal dilakukan, untuk memberi kepuasan pada pelanggan,” paparnya. Pihak manajemen juga berupaya memperhatikan faktor psikososial, kultural dan spiritual dengan menciptakan nuansa kekeluargaan dalam pelayanan.

Hubungan dengan pasien dilakukan sampai ke luar lingkungan rumah sakit. Pasien yang baru pulang dari rumah sakit, diingatkan agar jangan lupa kontrol sesuai jadwal. Dan bila dianggap perlu, dilakukan kunjungan ke rumah atau home visit untuk mengetahui kondisi kesehatan pasien. Ini dilakukan baik pada pasien rawat jalan poliklinik, mau pun pasien yang pernah menjalani rawat inap. Sempat diusulkan untruk menggunakan SMS gateway, namun menurut dr. Irwan, komunikasi dengan model seperti itu hanya satu arah. Sementara, dibutuhkan komunikasi dua arah untuk lebih mendekatkan diri dengan pasien.

Secara berkala juga dilakukan seminar awam mengenai kesehatan membahas topik menarik seputar dunia medis yang berkembang di masyarakat. Dan pada bulan-bulan tertentu, termasuk bila RS Ananda berulang tahun, dilakukan promo dan diberi diskon khusus untuk pemeriksaan laboratorium tertentu.

Kegiatan sosial dan berbagai cara dilakukan untuk mengkomunikasikan RS ananda, seperti melalui website, melalui media sosial seperti facebook dan twitter. Survei kepuasan pelangan juga selalu dilakukan, untuk meningkatkan pelayanan dan mengetahui kekurangan pelayanan dilakukan jajaran RS Ananda. “Komplain atas ketidaknyamanan terhadap pelayanan yang kami berikan, merupakan hal berharga layaknya kado bagi kami agar kualitas pelayanan dapat terus ditingkatkan,” paparnya. Kerja sama dengan sejumlah institusi seperti Islamic Center, Baznas, Dinas Perekonomian Rakyat, dalam bentuk pengobatan gratis juga ditingkatkan. Acara tahunan itu bisa dilakukan di pasar atau di tempat+tempat yang sudah ditentukan.