Ethicaldigest

Efektifitas Permetrin pada Skabies

Skabies merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh tungau (mite) Sarcoptes scabei, yang termasuk dalam kelas Arachnida. Tungau ini berukuran sangat kecil dan hanya bisa dilihat dengan mikroskop. Penyakit skabies sering disebut kutu badan. Penyakit ini mudah menular dari manusia ke manusia, dari hewan ke manusia dan sebaliknya.

Skabies mudah menyebar baik secara kontak langsung atau tidak langsung melalui kontak dengan baju, seprai, handuk, bantal, air, atau sisir penderita jika masih terdapat tungau sarcoptesnya. Skabies menyebabkan rasa gatal pada bagian kulit. Predileksi lesi biasanya terdapat pada sela-sela jari, siku, selangkangan, ketiak dan alat kelamin khususnya pada pria.

Ciri khas penyakit ini adalah gatal-gatal hebat, yang biasanya semakin memburuk pada malam hari. Lubang tungau tampak sebagai garis bergelombang dengan panjang sampai 2,5 cm, kadang pada ujungnya terdapat beruntusan kecil. Lubang/terowongan tungau dan gatal-gatal paling sering ditemukan dan dirasakan di sela-sela jari tangan, pada pergelangan tangan, sikut, ketiak, di sekitar puting payudara wanita, alat kelamin pria (penis dan kantung zakar), di sepanjang garis ikat pinggang dan bokong bagian bawah.

Pengobatan ditujukan untuk membunuh tungau skabies dan mengontrol dermatitis, yang akan bertahan untuk beberapa bulan setelah pemberantasan tungau. Selimut dan baju harus dicuci atau dibersihkan atau disingkirkan selama 14 hari dalam kantong plastik.

Pengobatan topikal merupakan terapi utama pada penderita. Di antaranya dengan permetrin 5%. Permethrin 5% cream efektif dan aman digunakan dalam terapi manajemen scabies. Pengobatan terdiri dari aplikasi tunggal selama 8-12 jam. Kemudian bisa diulangi dalam kurun 1 minggu.

Efektifitas permetrin telah diuji pada banyak penelitian. Salah satunya, penelitian yang dilakukan oleh Henning Hamm dan kawan-kawan, yang dilakukan di Jerman. Sebanyak 106 pasien dari 13 pusat layanan kesehatan dilibatkan dalam penelitian. Usia rata-rata adalah 29,2 tahun (mulai dari 141 hari hingga 71,9 tahun). Sebanyak 78,3% pasien mengalami skabies berat (3 lokasi) atau sangat berat (4-5 lokasi). Angka kesembuhan di hari 28+3 adalah 95,1% (95% confidence interval, 91,0–99,3%). Pruritus menurun secara mencolok dan berkelanjutan. Secara umum, krim bisa ditoleransi dengan baik dan efek samping sebagian besar ringan.

Dalam satu penelitian oleh Goldus M dan kawan-kawan, permetrin dibandingkan dengan ivermektin. Sebanyak 242 pasien dengan skabies dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama dan anggota keluarganya yang melakukan kontak dengan pasien, mendapat krim permetrin 5%. Lainnya mendapat ivermektin oral. Pengobatan dievaluasi di minggu ke 2 dan 4.

Ivermektin dosis tunggal memberi angka kesembuhan 85,9% di minggu ke 2, dan meningkat menjadi 100% setelah bertukar pengobatan dengan kelompok permetrin di minggu ke 4. Pemberian 2x permetrin dengan interval 1 minggu efektif pada 92,5% pasien, yang meningkat menjadi 94,2% setelah bertukar pengobatan dengan kelompok ivermektin pada interval 4 minggu.

Penelitian lain oleh Pourhasan A dan kawan-kawan membandingkan permetrin 5% dengan Krotamiton 10%. Total ada 350 pasien dengan scabies yang dilibatkan dan dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama mendapat permetrin 5% sebanyak 2x dengan interval 1 minggu. Sedangkan kelompok kedua mendapatkan Krotamiton 10%, 2x sehari selama 5 hari. Pengobatan dievaluasi dengan interval 2 dan 4 minggu. Pemberian permetrin 2x memberi angka kesembuhan 70% di minggu kedua, yang meningkat menjadi 85% di minggu keempat pengobatan, setelah mengulang pengobatan. Pengobatan dengan krotamiton 10% efektif pada 45% pasien di minggu kedua, meningkat menjadi 65% di minggu ke 4 setelah pengobatan ini diulang. Dua kali pemberian permetrin 5% sama efektifnya dengan krotamiton 10% di minggu kedua. Tapi setelah mengulang pengobatan, permetrin 5% lebih superior dari krotamiton di minggu keempat.