Ethicaldigest

Terapi Tambahan untuk Sarkopenia

Selain meningkatkan konsumsi protein, ada beberapa terapi lain yang bisa membantu memperbaiki sarkopenia.

Vitamin D

Reseptor vitamin D ternyata juga terdapat pada otot skeletal. Polimorfisme reseptor vitain D dapat menyebabkan perbedaan pada kekuatan otot. Banyak penelitian observasi yang menunjukkan adanya efek langsung vitamin D pada fungsi otot. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa kadar vbitamin D yang rendah pada pria atau wanita, meningkatkan risiko frailty 4x lipat, dan meta analisa mengindikasikan bahwa suplementasi vitamin D (700–1000 IU/hari) menurunkan risiko jatuh pada lansia.

Banyak penelitian menunjukkan bahwa vitamin D punya peran pada fungsi otot. Salah satunya menunjukkan bahwa kadar vitamin D serum berpengaruh pada kekuatan genggaman tangan. Pada kelompok dengan vitamin D serum kurang dari 25 nmol/L, risiko kehilangan kekuatan genggaman tangan menjadi besar. Sementara, vitamin D serum di atas 50 nmol/L, risikonya kecil. “Makin kecil vitamin D di dalam serum, maka berisiko lebih besar mengalami penurunan fungsi otot,” kata Prof. Siti. 

Antioksidan

Antioksidan juga disebut-sebut punya peran memperbaiki kelemahan (frailty) dan dalam memperbaiki masa otot. Beberapa penelitian menunjukkan adanya peran stress oksidatif, dalam terjadinya sarkopemia. Akumulasi ROS menyebabkan kerusakan oksidatif dan berkontribusi pada penurunan masa dan kekuatan otot. Kerja ROS dapat diatasi dengan mekanisme pertahanan antioksidan, seperti SOD, gluthatione peroksidase, dan antioksidan eksogen yang berasal dari diet.

Penelitian observasional menunjukkan bahwa lansia dengan status antioksidan yang lebih baik, memiliki fungsi fisik yang lebih baik. Status antioksidan yang rendah menjadi prediktor penurunan parameter fungsi tubuh. Hingga saat ini, hanya sedikit penelitian melihat bagaimana suplementasi antioksidan pada lansia dapat mempengaruhi kekuatan otot, dan hasilnya belum pasti. Intervensi yang dilakukan untuk menekan akivitas ROS, melalui penggunaan antioksidan non spesifik, dapat memperbaiki penurunan masa dan fungsi otot karena penuaan.

Terapi Farmakologis

Sarkopenia saat ini menjadi fokus utama, dalam pencarian dan penemuan obat. Meski demikian, debat mengenai parameter outcome primer yang terbaik terus berlanjut dan berbagai temuan teraputik sampai saat ini belum terbukti memuaskan.

Hormon pertumbuhan, misalnya, telah digunakan selama bertahun-tahun untuk memperbaiki masa otot. Tapi, data yang mendukung manfaatnya dalam meningkatkan fungsi otot masih belum meyakinkan. Sementara itu, penggunaan testosteron sebagai terapi teraputik harus ditunda. Itu karena penelitian yang berskala besar harus dihentikan lebih awal, akibat adanya efek samping.

Mungkin yang paling menjanjikan saat ini adalah Ide ‘trik baru untuk obat lama’. Misalnya, ada beberapa bukti mengenai manfaat penggunaan angiotensin-converting enzyme inhibitors dalam memperbaiki fungsi fisik, yang dapat dimediasi melalui efek langsung pada otot. Saat ini, ada beberapa penelitian yang sedang berjalan yang mengujikan obat ini.

JENIS PROTEIN MENENTUKAN PERBAIKAN SARKOPENIA