Ethicaldigest

Terapi Menurunkan Gula Darah Postprandial

Intervensi gaya hidup tetap merupakan terapi utama dalam menurunkan hiperglikemia postprandial, pada pasien diabetes tipe 2. Penelitian acak selama 3 tahun, memberi intervensi berupa modifikasi gaya hidup, meliputi pengaturan pola makan dan peningkatan aktivitas fisik. Penelitian ini bertujuan menurunkan berat badan 5-7%. Yang dilibatkan adalah pasien dengan kadar gula puasa <140 mg/dL dan kadar glukosa 2 jam setelah makan 140 – 225 mg/dL.

Setelah 1 tahun, kadar glukosa puasa menurun 11 mg/dL pada kelompok intervensi gaya hidup, dan meningkat 7 mg/dL pada kelompok kontrol, sementara kadar A1c menurun 0,24% dan 0,19% secara berturut-turut. Parameter lain, yang meliputi konsentrasi insulin puasa dan homeostasis model assessment of insulin resistance (HOMA-IR), serta kadar asam lemak bebas menurun pada kelompok intervensi gaya hidup. Setelah 3 tahun, ada penurunan menetap kadar glukosa darah puasa, tapi hanya 72% (106/147) yang dapat menyelesaikan penelitian 3 tahun.

Farmakoterapi

Sejumlah penelitian klinis menunjukkan bahwa pendekatan farmakologis dengan obat-obatan tertentu, dapat menurunkan dampak peningkatan kadar gula darah postprandial. Meski demikian, sampai saat ini, belum ada penelitian klinis prospektif mengevaluasi dampak perbaikan hiperglikemia postprandial pada outcome pasien diabetes jangka panjang.

Data yang ada mengenai dampak peningkatan gula darah postprandial pada kontrol glukosa secara keseluruhan, kemungkinan besar pendekatan terapeutik yang fokus pada aspek gula darah, secara keseluruhan akan memberi manfaat pada pasien dalam jangka panjang.

Obat diabetes yang ada, seperti metformin dan sulfonylurea, sangat baik dalam menurunkan glukosa darah puasa, dan kurang efektif menurunkan hiperglikemia postprandial. Meski sulfonilurea membantu mensekresikan insulin secara langsung melalui kanal potasium sel beta, obat ini punya dampak pada gula darah puasa dan postprandial. Meski demikian, farmakokinetik sebagian besar agen ini tidak dibuat khusus untuk pelepasan insulin akut. Karenanya tidak memperbaiki abnormalitas pada fase awal sekresi insulin.

Di sisi lain, farmakokinetik dan mekanisme kerja beberapa agen diarahkan terutama pada hiperglikemia postprandial. Agen-agen tersebut meliputi kelas meglitinide, α-glucosidase inhibitors dan thiazolidinedion. Analog meglitinide meliputi repaglinide, nateglinide dan mitiglinide, yang merupakan sekretagog nonsulfonilurea modern, dapat mengembalikan respon insulin fase awal.