Ethicaldigest

Sarkopenia, Penyebab Kelemahan pada Lansia

Proses menua terjadi pada semua organ tubuh, walau kecepatannya berbeda-beda. Bersamaan dengan bertambahnya usia, otot tubuh akan mengalami perubahan fisiologi. “Mulai usia 30 tahun, masa otot akan berkurang 3-8% setiap 10 tahun. Penurunan masa otot ini akan berdampak pada berkurangnya kekuatan otot. Kemampuan untuk mobilisasi juga  menurun,” kata Prof. dr. Siti Setiati, Sp.PD-KGer dari Divisi Geriatri, RS Ciptomangunkusumo, Jakarta.

Sarkopenia adalah suatu istilah yang diperkenalkan beberapa tahun belakangan ini. “Ini adalah suatu sindrom, yang ditandai dengan menurunnya atau berkurangnya masa dan kekuatan otot yang progresif, yang disertai dengan risiko adverse outcome, seperti dissbilitas, menurunnya kualitas hidup dan kematian,” kata Prof. Siti. “Ini bisa diukur dengan Dexa. Dexa tidak hanya untuk mengukur kepadatan tulang, tapi bisa juga untuk masa otot,” katanya.

Jangan sepelekan masalah berkurangnya masa otot ini. Karena, menurut Prof. Siti Setiati, biasanya kalau masa ototnya berkurang, maka kekuatan otot akan berkurang dan menyebabkan penderita mudah terjatuh dan mengalami fraktur. Selain itu diketahui bahwa berkurangnya masa otot berhubungan erat dengan berkurangnya kekuatan tulang. “Jadi, tulang dan otot merupakan satu kesatuan, tidak bisa dipisahkan,” katanya.

Prevalensi sarkopenia bervariasi, tergantung kriteria yang digunakan. Tapi bisa dilihat bahwa di Amerika Serikat pada usia 60-70 tahun, prevalensinya adalah 5-13%. Sementara di atas 80 tahun, prevalensinya 11-50%. “Di Asia juga demikian, pada wanita prevalensinya 8-22% dan 6-23% pada pria,” ungkap Prof. Siti.

Laju normal hilangnya masa otot seiring dengan penuaan masih amat sedikit diketahui. Tetapi, jelas lebih cepat terjadi setelah usia 50 tahun. Perempuan tampaknya kehilangan otot total lebih sedikit daripada laki-laki. Namun, penurunan relative masa ototnya tampaknya sama. Berdasarkan data potong lintang, hilangnya masa otot skeletal cukup besar, sekitar 35-40% antara usia 20-80 tahun. Hilangnya masa otot juga menyebabkan hilangnya protein tubuh akibat penuaan.

Penelitian kohort terhadap 194 perempuan dan 64 pria berusia 64-92 tahun mendapatkan prevalensi sarkopenia sebesar 22,6% pada perempuan dan 26,8% pada pria. Rasio otot/ berat badan menurun secara progresif sejalan dengan penuaan. Hilangnya masa otot dan protein otot, tidak berarti hilangnya berat badan karena digantikan/berkaitan dengan akumulasi lemak tubuh.

Sarkopenia menyebabkan kelemahan (frailty), yang berdampak pada hilangnya mobilitas, kekuatan, gangguan cara berjalan, kognisi, nuttrisi, endurance dan aktivitas fisik. Kesemuanya itu akan berdampak pada sindrom geriatrik, yang meliputi inkontinensia, jatuh,  pressure ulcer, delirium dan penurunan fungsional. Pada gilirannya akan berdampak pada outcome buruk mencakup disabilitas, dependendsi, perawatan di rumah dan kematian.

Kelemahan otot ekstrimitas bawah akibat sarkopenia, berdampak pada kesulitan untuk bangkit dari tempat duduk atau tempat tidur, kecepatan berjalan yang melambat, gangguan keseimbangan dan jatuh. Pada gilirannya, fraktur  merupakan masalah besar yang tidak jarang terjadi pada lansia, akibat kelemahan otot dan jatuh. Bassey dan kawan-kawan menemukan bahwa terdapat hubungan yang bermakna, antara kekuatan ekstensor  tungkai bagian bawah dengan kemampuan untuk bangkit dari kursi, menaiki tangga dan kecepatan berjalan.

Kelemahan otot sendiri diduga berperan buruk pada kesehatan tulang. Penelitian yang dilakukan tahun 1960-an, mengidentifikasi kekuatan elektrik mekanik (mechanical generated electrical force) dikenal sebagai piezoelectricity, yang dapat mempengaruhi kualitas tulang.

Kategori sarkopenia ada yang primer, terkait usia dan sekunder. Sekunder bisa karena tirah baring, gaya hidup sedentary, dekondisi. Bisa juga karena penyakit, misalnya gagal organ tingkat lanjut, inflamasi, malignansi dan penyakit endokrin. Atau karena masalah nutrisi, misalnya karena pola makan yang tidak cukup, malabsorbsi, gangguan gastrointestinal dan karena obat-obatan.

European Working Group on Sarcopenia in Older People (EWGSOP) membagi sarkopenia menjadi: presarkopenia, sarkopenia dan sarkopenia berat. Pada presarkopenia, masa otot sudah menurun. Pada sarkopenia, masa otot, kekuatan atau performa otot. Sedangkan pada sarkopenia berat, masa otot, kekuatan otot dan performa otot sudah menurun.

Ada beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan sarkopenia, antara lain adalah usia, aktivitas fisik, gangguan nutrisi, morbiditas dan faktor genetik. Gangguan nutrisi, misalnya, asupan protein dan energi yang tidak mencukupi, dapat menurunkan sintesis protein otot, meningkatkan degradasi protein otot dan menurunkan fungsi dan kualitas otot. Sementara asupan kalori berlebih dan kurangnya asupan vitamin D, menurunkan fungsi dan kualitas otot, yang kemudian menurunkan masa, kekuatan dan fungsi otot.