Ethicaldigest

Rasa Lelah Penderita Kanker 3

Pemendekan umur sel darah merah

Pada penderita dengan anemia karena penyakit kronis, umur sel darah merah biasanya 60-90 hari, lebih pendek dari umur sel darah pada orang normal (sekitar 120 hari). Bila darah orang normal ditransfusikan kepada pasien kanker tingkat lanjut, umur sel darah merah ini (life span) akan memendek. Secara klinis mau pun secara eksperimental, terlihat bahwa efek ini diperantarai oleh IL-1 dan TNF.

Pada pasien arthritis rheumatoid, pemendekan umur sel darah merah berhubungan dengan kadar IL-1. Sebuah penelitian di mana memberikan TNF berulang pada tikus, menyebabkan diseritropoiesis, menyebabkan penurunan sintesis sel darah merah serta menurunkan umur sel darah merah yang bersirkulasi, dan akhirnya menyebabkan anemia. Selain itu, TNF dapat menginduksi diseritropoiesis dan eritrofagositosis pada mencit dalam penelitian eksperimental malaria. Efek TNF tersebut mungkin dapat menurunkan eritropoiesis dan memendekkan umur sel darah merah, pada pasien anemia karena kanker.

Saat ini ditemukan suatu protein yang disebut substansi penyebab anemia (AIS=anemia inducing substance), dapat diidentifikasikan di dalam plasma pasien penderita kanker lanjut. Substansi ini menurunkan resistensi osmotic dari sel darah merah, yang juga didapat dalam sitosol dan fraksi inti dari sel kanker.

Mekanisme yang mendasari terjadinya peningkatan fragilita sosmotik dalam sel darah merah, bergantung pada inhibisi metabolisme (influx glukosa, aktifitas piruvat kinase dan konsentrasi ATP) dari sel tersebut. Tampaknya, AIS adalah spesifik untuk penyakit keganasan dan tidak berhubungan dengan kelainan inflamasi kronis lainnya.

Anemia karena efek langsung neoplasma

Sebagian besar tumor berbentuk padat dan ganas, seperti kanker payudara dan prostat yang kemudian menginvasi sumsum tulang. Keganasan juga menyebabkan reaksi desmoids atau reaksi fibrotik, yaitu terjadinya peningkatan proses fibrosis di sumsum tulang, yang akan mengurangi volume rongga sumsum tulang dan matrix sinusoid.

Proses ini dapat menyebabkan gangguan pelepasan sel darah yang matang dari sumsum tulang, sehingga dapat menghasilkan gambaran leuko-eritroblastik dengan sel darah merah dan sel-sel myeloid yang belum matang, yang dapat terlihat pada pemeriksaan darah tepi. Penyebab langsung dari anemia pada keganasan, disebabkan oleh substansi atau protein yang dihasilkan kanker sendiri.

Deposit dari amyloid pada myeloma dan amiloidosis, dapat secara ekstensif menggantikan sumsum tulang. Terbentuknya antibody pada leukemia limfositik kronis, limfoma dan kadang-kadang keganasan tumor padat akan menyebabkan timbulnya anemia hemolitik imun. Terjadinya anemia hemolitik mikroangiopati, yang dilihat pada sebagian keganasan tumor padat, dapat menghasilkan prokoagulan kanker.

Efek anemia pada penderita kanker

Anemia berat merupakan dasar dari berbagai komplikasi fisiologis, seperti sesak nafas, sakit kepala, lelah, vertigo, menurunnya fungsi kognitif, gangguan tidur dan seksual, dan banyak gangguan lain. Manifestasi fisik yang serius sering merupakan tanda awal anemia, sebelum anemia diketahui secara klinis.

Gejala anemia

Kira-kira 75% pasien kanker melaporkan adanya rasa lelah (fatigue), yang dapat dimanifestasikan sebagai rasa lemah, kurang energi, sulit memulai dan mengakhiri suatu pekerjaan, serta rasa ingin tidur saja seharian. Rasa lelah merupakan gejala utama pada pasien kanker. Anemia juga menyebabkan berbagai keluhan lain, seperti palpitasi (rasa berdebar), gangguan fungsi kognitif, mual, menurunnya temperatur kulit, gangguan fungsi imun, vertigo, sakit kepala, nyeri dada, nafas pendek dan depresi.

Penurunan kualitas hidup

Anemia karena kanker, dapat mempunyai efek yang sangat berarti terhadap kualitas hidup penderita kanker. Pada satu penelitian didapatkan bahwa rasa lelah (fatigue) berhubungan dengan gangguan fisik, emosi, psikologis yang mempengaruhi setiap aspek kehidupan sehari-hari. Vogelzang dan kawan-kawan pada survey Fatigue Cialition terhadap lebih dari 400 penderita kanker menemukan, 60% penderita menyatakan bahwa rasa lelah lebih mengganggu daripada rasa sakit akibat kanker.

Anemia juga menurunkan kemampuan kerja pasien. Sebagaimana dilaporkan Curt dan kawan-kawan, rata-rata penderita kanker mangkir kerja 4,2hari lebih banyak daripada orang lain dalam sebulan, karena gangguan rasa lelah tersebut. Sekitar 30% penderita dengan kadar hemoglobin yang rendah menyatakan tidak dapat bekerja, walau mereka tidak menyatakan adanya keluhan lelah disbanding pekerja yang lain.

Meningkatkan angka kematian

Anemia meningkatkan risiko mortalitas pada pasien kanker. Caro dan kawan-kawan melakukan tinjauan terhadap 60 tulisan mengenai angka kematian pada pasien kanker, yang dihubungkan dengan kadar hemoglobinnya atau adanya anemia. Mereka mendapatkan bahwa risiko relatif kematian berbeda, tergantung jenis kankernya. Tapi, secara umum, anemia meningkatkan risiko kematian sampai 65% (1,65;95% Cl, 1,54-1,77). Pasien anemia dengan kanker kepala-leher dan limfoma mempunyai angka kematian tertinggi, yaitu 75% dan 67%.

Menurunkan efektivitas pengobatan Salah satu cara anemia meningkatkan angka kematian, adalah dengan mempengaruhi efektivitas pengobatan. Anemia mengganggu respon terapi radiasi, karena anemia mengurangi kemampuan darah mengangkut oksigen. Sehingga, jaringan kekurangan oksigen. Anemia menyebabkan terjadinya hipoksia tumor, yang menyebabkan tumor-tumor solid resisten terhadap ionisasi radiasi dan beberapa bentuk kemoterapi. Hipoksia juga mengganggu jumlah sel yang dihancurkan pada waktu terapi, dengan cara memodulasi proliferasi sel dan posisi sel tumor pada siklus sel.