Ethicaldigest

Ketepatan Penatalaksanaan Vertigo 2

Brandt-Daroff exercise. Manuver ini dikembangkan sebagai latihan di rumah. Dapat dilakukan sendiri oleh pasien sebagai terapi tambahan, pada pasien yang tetap simptomatik setelah manuver Epley atau Semont. Latihan ini dapat membantu pasien menerapkan beberapa posisi, sehingga menjadi terbiasa.

Disisi lain, prosedur operasi dapat dilakukan pada pasien BPPV yang telah menjadi kronik dan  sering mendapat serangan BPPV yang hebat, meski telah melakukan manuver-manuver yang disebutkan di atas. Literatur menyatakan indikasi untuk melakukan operasi adalah pada intractable BPPV, yang biasanya mempunyai klinis penyakit neurologi vestibular, tidak seperti BPPV biasa.

Terdapat dua pilihan intervensi dengan teknik operasi yang dapat dipilih, yaitu singular neurectomy (transeksi saraf ampula posterior) dan oklusi kanal posterior semisirkular. Yang lebih dipilih umumnya teknik dengan oklusi, karena teknik neurectomi mempunyai risiko kehilangan pendengaran yang tinggi.

Terapi Farmakologi

Menurut dr. Satya Hanura, SpS, penatalaksanaan dengan farmakologi untuk BPPV tidak secara rutin dilakukan. Beberapa pengobatan hanya diberikan untuk jangka pendek untuk gejala-gejala vertigo, mual dan muntah yang berat yang dapat terjadi pada pasien BPPV, seperti setelah melakukan terapi PRM. Pengobatan untuk vertigo, yang disebut juga pengobatan suppresant vestibular, yang digunakan adalah golongan benzodiazepine (diazepam, clonazepam) dan antihistamine (meclizine, dipenhidramin).

Benzodiazepines dapat mengurangi sensasi berputar, namun dapat mengganggu kompensasi sentral pada kondisi vestibular perifer. Antihistamine mempunyai efek supresif pada pusat muntah, sehingga dapat mengurangi mual dan muntah karena motion sickness. Perlu diperhatikan bahwa benzodiazepine dan antihistamine dapat mengganggu kompensasi sentral pada kerusakan vestibular, sehingga penggunaannya diminimalkan.

Penyakit meniere dianggap dapat mengakibatkan pelebaran dan ruptur periodik kompartemen endolimfatik di telinga dalam, yang selanjutnya mengakibatkan vertigo. Kondisi ini biasanya disertai dengan tinnitus dan gangguan pendengaran. Belum ada pengobatan yang terbukti efektif. Terapi profilaktik juga belum memuaskan; 60-80% akan remisi spontan. Dapat dicoba penggunaan vasodilator, diuretik ringan bersama diet rendah garam. Kadang-kadang dilakukan tindakan operatif, berupa dekompresi ruangan endolimfatik dan pemotongan vestibularis. Pada kasus berat atau jika sudah tuli berat, dapat dilakukan labirinektomi atau merusak saraf dengan instilasi aminoglikosida ke telinga dalam (ototoksik lokal). Pencegahan antara lain dapat dicoba dengan menghindari kafein, berhenti merokok, membatasi asupan garam. Obat diuretik ringan atau antagonis kalsium dapat meringankan gejala. Simtomatik dapat diberi obat supresan vestibuler.

Neuritis vestibularis juga dapat menyebabkan vertigo. Penyakit ini merupakan  penyakit self limiting, diduga disebabkan oleh infeksi virus. Jika disertai gangguan pendengaran disebut labirinitis. Sekitar 50% pasien akan sembuh dalam dua bulan. Di awal sakit, pasien dianjurkan istirahat di tempat tidur, diberi obat supresan vestibuler dan anti emetik. Mobilisasi dini dianjurkan untuk merangsang mekanisme kompensasi sentral.

Vertigo juga dapat disebabkan oleh penggunaan obat-obatan. Beberapa obat ototoksik dapat menyebabkan vertigo, disertai tinitus dan hilangnya pendengaran. Obat-obat itu antara lain aminoglikosid, diuretik loop, antiinflamasi nonsteroid, derivat kina atau antineoplastik yang mengandung platina. Streptomisin lebih bersifat vestibulotoksik, demikian juga gentamisin, sedangkan kanamisin, amikasin dan metilmisin lebih bersifat ototoksik.

Antimikroba lain yang dikaitkan dengan gejala vestibuler antara lain sulfonamid, asam nalidiksat, metronidazol dan minosiklin. Terapi berupa penghentian obat bersangkutan dan terapi fisik; penggunaan obat supresan vestibuler tidak dianjurkan, karena justru menghambat pemulihan fungsi vestibuler. Obat penyekat alfa adrenergik, vasodilator dan antiparkinson dapat menimbulkan rasa melayang yang dapat dikacaukan dengan vertigo. Perlu diingat, vertigo merupakan keluhan yang dapat dijumpai dalam praktek. Umumnya disebabkan oleh kelainan/gangguan fungsi alat-alat keseimbangan, bisa alat dan saraf vestibuler, koordinasi gerak bola mata (di batang otak) atau serebeler. “Penatalaksanaan berupa anamnesis yang teliti untuk mengungkapkan jenis vertigo dan kemungkinan penyebabnya. Terapi dapat menggunakan obat dan atau manuvermanuver tertentu, untuk melatih alat vestibuler dan/atau menyingkirkan otoconia ke tempat yang stabil; selain pengobatan kausal jika penyebabnya dapat ditemukan dan diobati,” jelasnya.

Ketepatan Penatalaksanaan Vertigo 1