Ethicaldigest

Ketepatan Penatalaksanaan Vertigo 1

Tujuan pengobatan vertigo, selain kausal (jika ditemukan penyebabnya), ialah untuk memperbaiki ketidakseimbangan vestibular melalui modulasi transmisi saraf. Untuk itu, umumnya digunakan obat-obatan yang bersifat antikolinergik. Beberapa obat-obatan digunakan pada terapi simptomatik vertigo (sedatif vestibuler). Juga dapat dicoba metode Brandt-Daroff sebagai upaya desensitisasi reseptor semisirkularis. Terapi kausal tergantung pada penyebab yang ditemukan. Beberapa penyebab vertigo di antaranya: Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV), penyakit meniere, neuritis vestibularis dan vertigo akibat obat.

BPPV dianggap sebagai penyebab tersering vertigo, umumnya hilang sendiri (self limiting) dalam 4 – 6 minggu. Saat ini dikaitkan dengan kondisi otoconia (butir kalsium di dalam kanalis semisirkularis) yang tidak stabil. Penatalaksanaan dapat dilakukan dengan terapi farmakologi maupun non farmakologi.

Terapi non farmakologi

Benign Paroxysmal Positional Vertigo adalah penyakit ringan dan dapat sembuh secara spontan dalam beberapa bulan. Banyak penelitian yang membuktikan, pemberian terapi dengan manuver reposisi partikel/ Particle Repositioning Maneuver (PRM) dapat secara efektif menghilangkan vertigo jenis BPPV, meningkatkan kualitas hidup, dan mengurangi risiko jatuh pada pasien.

Keefektifan dari manuver-manuver yang ada bervariasi, mulai 70-100%. Beberapa efek samping dari melakukan manuver seperti mual, muntah, vertigo, dan nistagmus dapat terjadi. Hal itu karena adanya debris otolitith yang tersumbat saat berpindah ke segmen yang lebih sempit, misalnya saat berpindah dari ampula ke kanal bifurcasio. Setelah melakukan manuver, hendaknya pasien tetap berada pada posisi duduk minimal 10 menit, untuk menghindari risiko jatuh.

Tujuan dari manuver yang dilakukan adalah untuk mengembalikan partikel ke posisi awal, yaitu pada makula utrikulus. Ada lima manuver yang dapat dilakukan, tergantung varian BPPV-nya.

Manuver Epley. Manuver ini paling sering digunakan pada kanal vertikal. Pasien diminta untuk menolehkan kepala ke sisi yang sakit sebesar 45 derajat, lalu pasien berbaring dengan kepala tergantung dan dipertahankan 1-2 menit. Berikutnya, kepala ditolehkan 90 derajat ke sisi sebaliknya, dan posisi supinasi berubah menjadi lateral dekubitus dan dipertahan 30-60 detik. Setelah itu pasien mengistirahatkan dagu pada pundaknya dan kembali ke posisi duduk secara perlahan.

Manuver Semont. Manuver ini diindikasikan untuk pengobatan cupulolithiasis kanan posterior. Jika kanal posterior terkena, pasien diminta duduk tegak, lalu kepala dimiringkan 45 derajat ke sisi yang sehat, kemudian secara cepat bergerak ke posisi berbaring dan dipertahankan selama 1-3 menit. Ada nistagmus dan vertigo dapat diobservasi. Setelah itu, pasien pindah ke posisi berbaring di sisi yang berlawanan tanpa kembali ke posisi duduk lagi.

Manuver Lempert. Manuver ini dapat digunakan pada pengobatan BPPV tipe kanal lateral. Pasien berguling 360 derajat, dimulai dari posisi supinasi lalu pasien menolehkan kepala 90 derajat  ke sisi yang sehat, diikuti dengan membalikkan tubuh ke posisi lateral dekubitus. Lalu kepala menoleh ke bawah dan tubuh mengikuti ke posisi ventral dekubitus. Pasien kemudian menoleh lagi 90 derajat dan tubuh kembali ke posisi lateral dekubitus, lalu kembali ke posisi supinasi. Masing-masing gerakan dipertahankan selama 15 detik untuk migrasi lambat dari partikel-partikel, sebagai respon terhadap gravitasi.

Forced Prolonged Position. Manuver ini digunakan pada BPPV tipe kanal lateral. Tujuannya  untuk mempertahankan kekuatan dari posisi lateral dekubitus pada sisi telinga yang sakit, dipertahankan selama 12 jam.

Ketepatan Penatalaksanaan Vertigo 2