Ethicaldigest

Insufisiensi Adrenal Perburuk Kondisi Pasien 2

Penampakan klasik insufisiensi adrenal

Insufisiensi adrenal dapat dikelompokkan menjadi 3 kategori besar:

  1. Insufisiensi  adrenal  primer  kronis, juga disebut penyakit Addison’s,  disebabkan  kerusakan dari korteks adrenal. Penyebab tersering adalah  penyakit  autoimun  (sekitar  70-80%), tuberkulosis (20%), perdarahan adrenal, metastase ke adrenal dan AIDS yang dikaitkan dengan infeksi cytomegalo virus dan terapi ketokonazole.
  2. Insufisiensi adrenal sekunder kronis, terjadi apabila hormon adrenokortikotropin  (ACTH)  yang menstimulasi korteks  adrenal berkurang produksinya.  Paling  sering  karena  terapi glukokortikoid  eksogen. Bisa juga akibat hipopituitarism generalisata (biasanya akibat tumor pituitary atau hipotalamus), atau defisiensi ACTH (mungkin karena proses autoimun).
  3. Krisis adrenal akut akibat dari stress pada pasien dengan insufisiensi adrenal kronis, yang tidak mendapat pengganti yang  adekuat. Juga  terjadi  pada  pasien  dengan perdarahan adrenal apopleksi pituitary.

Pada  insufisiensi adrenal kronis  primer dan  sekunder, akan terjadi  defisiensi   glukokortikoid  dan kadang-kadang  defisiensi  androgen  (pada wanita). Gambaran klinis pada insufisiensi adrenal primer mau pun sekunder meliputi  hipotensi,  kelemahan,  fatigue,  anoreksia, penurunan berat badan, mual dan muntah.

Eosinofilia dan  anemia  normositik  sering  dan  kadang  ditemukan hiperkalsemia. Hipoglikemia dapat muncul terutama pada anak-anak dengan insufisiensi primer, dan pada pasien insufisiensi adrenal sekunder dalam keadaan panhipopituitarism, di mana growth hormone juga hilang.

Insufisiensi adrenal kronis dapat  disertai  penyakit autoimun / kegagalan poliglandular, yang paling sering adalah penyakit tiroid autoimun  (Graves  atau Hasimotos).  Hipopituitari autoimun jarang ditemukan. Dan, pasien seperti ini akan ditemui dengan hipokalsemia.

Ada dua gambaran yang membedakan insufisiensi adrenal primer dan  sekunder. Pertama,  defisiensi mineralokortikoid ditemukan  pada insufisiensi adrenal  primer,  dan  tidak  ada  pada  insufisiensi adrenal sekunder (ACTH tidak memegang peranan utama pada pengaturan  aldosteron). Karena itu, hiperkalemia biasanya ditemukan pada insufisiensi adrenal primer dan tidak ada pada insufisiensi adrenal sekunder.

Hiponatremia merupakan gambaran insufisiensi adrela primer dan sekunder. Namun, pada  insufisiensi adrenal  primer, kondisi ini  berkaitan  dengan pengurangan volume akibat peningkatan nitrogen urea darah  (BUN)  dan  kreatinin. Hiponatremia  pada insufisiensi adrenal sekunder, merupakan dilusional karena penurunan kemampuan mengeluarkan air dan meningkatnya kadar vasopressin.

Gambaran  berbeda kedua,  adalah  tingginya kadar  ACTH  dan  peptide  lain  turunan propiomelanokortin  (POMC)  pada  insufisiensi adrenal  primer. Sementara, kadarnya rendah atau normal pada insufisiensi adrenal sekunder. Hal ini secara khas  akan menimbulkan hiperpigmentasi pada insufisiensi adrenal primer (akibat melanosit yang distimulasi peptide derivate POMC), dan kurangnya pigmentasi dan kadang pucat ditemukan pada insufisiensi adrenal sekunder.

Krisis adrenal akut ditandai dengan hipotensi dan syok,  demam,  kebingungan, mual,  dan muntah. Pada keadaan perdarahan adrenal, beberapa pasien akan disertai  nyeri  perut,  flank  atau  pinggang. Apopleksi pituitary biasanya dikaitkan dengan sakit kepala yang hebat  dan  sering  dengan  opthalmoplegia. Kelainan laboratorium meliputi azotemia dan eosinofilia.

Insufisiensi adrenal pada keadaan kritis

Pasien kritis memiliki  tantangan khusus dalam hal diagnosis dan manajemen dari  insufisiensi adrenal. Beberapa keadaan yang sering bertentangan dalam penanganan pasien, yaitu pasien insufisiensi adrenal kronis yang seharusnya diberi dosis tinggi  steroid  dan  berapa  seharusnya  dosisnya. Bagaimana pasien dengan krisis adrenal akut harus ditangani, apakah pasien kritis mengalami insufisiensi adrenal relative dan yang mana harus menerima terapi pengganti, apa kriteria diagnosis untuk insufisiensi adrenal secara umum dan terutama pada insufisiensi adrenal sekunder.

Pasien yang  tidak merespon  terapi standar, harus dicurigai mengalami insufisiensi adrenal. Pada pasien dengan syok septic, kadar kortisol serum  biasanya meningkat dibandingkan  dengan mereka  yang  tidak mengalami stress, yaitu individu sehat. Kortisol berperan penting dalam kemampuannya merespon stress.

Terjadi penurunan kliren dari kortisol dari tubuh dan  penurunan  ikatan  kortisol  pada  transkortin, mengakibatkan peningkatan pada kadar kortisol bebas pada penyakit yang akut. Sehingga, pada pasien dengan penyakit  kritis umumnya  menunjukkan hiperkortisolaemia. Keuntungan dari  peningkatan kortisol adalah untuk  mempertahankan  volume intravaskular.

Penyebab insufisiensi adrenal akut pada penyakit kritis, adalah ketidakmampuan penderita meningkatkan produksi kortisol selama keadaan stress akut. Pasien-pasien yang mengalami kondisi ini mencakup pasien dengan kelainan hipotalamus dan pituitary, dan pasien dengan kerusakan kelenjar adrenal. Insufisiensi adrenal sekunder sering terjadi pada pasien yang diterapi dengan kortikosteroid eksogen. Namun penyebab tersering dari insufisiensi adrenal akut adalah sepsis dan SIRS.

Insufisiensi Adrenal Perburuk Kondisi Pasien 1