Ethicaldigest

Penyebab Insufisiensi Adrenal

Pasien dengan kondisi khusus berisiko mengalami insufisiensi adrenal dan dapat memperburuk kondisi. 

Insufisiensi  adrenal  adalah  keadaan,  di mana produksi glukokortikoid  atau mineralokortikoid di adrenal berkurang. “Penyebabnya terbagi dua, primer atau sekunder,” kata dr. Dante Saksono Herbuwono, Sp.PD-KEMD, dari Divisi Endokrin dan Metabolik, Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK Universitas Indonesia.

Primer adalah kerusakan atau  disfungsi  dari  kortek. Sedangkan sekunder akibat kekurangan  sekresi ACTH pituitary. Kerusakan pada kortek adrenal menimbulkan insufisiensi adrenal primer. Sedangkan insufisiensi adrenal sekunder,  terjadi  akibat  penyakit  pituitary  atau hipotalamus.

Secara keseluruhan, angka kejadian insufisiensi adrenal kecil. Pada populasi umum, angka kejadiannya <0,01%. Pada kelompok tertentu, risiko berkembangnya insufisiensi adrenal cukup tinggi. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa angka kejadian insufisiensi adrenal pada pasien kritis bervariasi, mulai 0-77%, tergantung  populasi yang diperiksa dan kriteria diagnosis yang digunakan. Tapi, secara keseluruhan, angka kejadian insufisiensi adrenal  pada pasien dengan penyakit kritis  sekitar 30%, dengan insiden tertinggi 50-60% pada pasien dengan syok sepsis.

Insufisensi adrenal belakangan ini mulai menjadi masalah, dalam perawatan intensif. Insufisienai adrenal ditemukan pada pasien setelah trauma mayor,  dan dikaitkan dengan skor injury yang lebih berat, meningkatnya kebutuhan cairan dan darah, meningkatnya kebutuhan inotropik serta meningkatnya mortalitas.

Pada sebagian besar kasus masih sulit untuk mengenali adanya insufisiensi adrenal. Namun, penelitian melaporan bahwa insufisiensi adrenal cukup sering terjadi pada pasien kritis. Dilaporkan, angka kejadian insufisiensi adrenal pada pasien trauma dengan cidera kepala bervariasi, mulai 25 – 100% dalam 10 hari pertama setelah cidera kepala.

Penelitian yang dilakukan oleh Ricers dan kawan-kawan mendapatkan insiden insufisiensi adrenal sebesar 32,7% pada pasien pasca operasi, yang dirawat di ruang intensif. Sedangkan, Cermman dan kawan-kawan mendapatkan angka kejadian pada pasien hematologi dengan sakit kritis sebesar 60%.

Penyebab

Penyebab tersering insufisiensi adrenal akut, menurut dr. Dyah Purnamasari, adalah Sepsis dan Systemic Inflammatory Respons Syndrome (SIRS). Insufisiensi adrenal terjadi bila sebagian besar kelenjar adrenal sudah tidak berfungsi. Sedangkan, infeksi tuberkulosis, HIV dan infeksi yang biasa dijumpai pada pada pasien dengan kondisi imunocompromised (cytomegalovirus, jamur), merupakan penyebab tersering insufisiensi adrenal primer kronis.

Di Negara maju, penyebab insufisiensi adrenal tersering adalah adrenalitis. Sedangkan di Negara berkembang, penyebab tersering adalah infeksi tuberkulosis. Berbeda dengan insufisiensi adrenal primer, penyebab tersering insufisiensi adrenal sekunder adalah penghentian pemberian steroid secara tiba-tiba. “Penggunaan steroid termasuk penyebab tersering insufisiensi adrenal,”kata dr. Dante. Penggunaan steroid cukup massif di Indonesia, zat ini dikandung oleh banyak obat rematik, jamu-jamuan, obat asma dan sebagainya.

Lama dan besaran dosis steroid eksogen yang diberikan tidak dapat memprediksi kejadian insufisiensi adrenal sekunder. Ini karena setiap individu memiliki variasi dalam hal kepekaan kejadian supresi aksis HPA, akibat pemberian steroid. Namun demikian, biasanya diperlukan waktu beberapa minggu.