Ethicaldigest

Hipertensi Pada Wanita 3

Pengobatan Hipertensi

Pencapaian target tekanan darah, secara klinis dapat menurunkan morbiditas dan mortalitas kardiovaskular. Meski demikan, dua pertiga wanita hipertensi yang mendapat pengobatan tetap memiliki tekanan darah yang tidak terkontrol. Data dari National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES) menunjukkan bahwa wanita hipertensi, lebih besar kemungkinannya mendapatkan pengobatan, tapi lebih kecil kemungkinannya bias mencapai control tekanan darah.

Guideline penanganan hipertensi serupa antara pria dan wanita, dan sebagain besar tidak mencantumkan stratifikasi risiko berdasarkan jenis kelamin. Penelitian-penelitian menunjukkan bahwa dengan modifikasi gaya hidup saja, control terkanan darah lebih buruk pada wanita daripada pria. Ini mungkin karena pencapaian penurunan berat badan lebih sulit pada wanita, daripada pada pria.

Obesitas adalah penyebab penting peningkatan tekanan darah pada wanita. Karena itu, penanganan hipertensi bias difokuskan pada penurunan berat badan. Selain itu, menjalankan pola makan rendah garam bias berperan penting dalam mengendalikan tekanan darah pada wanita. Penelitian Dietary Approaches to Stop Hypertension (DASH), menunjukkan efek antihipertensi pada wanita saat dilakukan restriksi sodium. Ini sesuai dengan terhadap restriksi sodium pada wanita normotensif berusia lanjut.

Umumnya, efikasi obat antihipertensi serupa untuk kedua jenis kelamin dan rekomendasi untuk mencegah CVD serupa pada wanita dan pria, dengan beberapa pengecualian. Meski demikan, perbedaan jenis kelamin menjadi bahan pertimbangan pemberian obat di Norwegia dan sejumlah negara. Di negara-negara ini penggunaan diuretik lebih besar pada wanita. Nordby dan kawan-kawan dalam publikasinya tahun 1992 berpendapat, aktivitas renin plasma yang rendah pada pasien hipertensi mendukung penggunaan diuretik, tapi ACE inhibitor menunjukkan efek antihipertensi yang serupa pada pria dan wanita.

Lebih lanjut, peneltian LIFE memberikan bukti bahwa pengobatan menggunakan angiotensin receptor blocker (ARB), losartan, dengan penambahan diuretik thiazide lebih baik dari β-blocker, atenolol, plus thiazide diuretik dalam mencegah outcome penyakit kardiovaskular pada wanita dengan LVH. Dan, efek samping pengobatan berbasis losartan yang minim menjadikannya pilihan yang menarik. Efek pengobatan konsisten pada pria dan wanita untuk semua endpoin yang diujikan, dengan pengecualian rawat inap untuk angina.

Di sisi lain, suatu penelitian di Australia membandingkan superioritas efek ACE inhibitor dengan hydrochlorthiazide dalam mencegah infark miokard. Didapati bahwa superioritas ACE inhibitor hanya berlaku pada pasien pria dengan hipertensi. Penelitian klinis skala besar lainnya mengenai efek pengobatan antihipertesi pada komplikasi kardiovaskular, tidak menunjukkan adanya perbedaan antara pria dan wanita. Sebaliknya, dalam penelitian Hypertension Optimal Treatment (HOT), hanya pria yang mengalami hipertensi yang dapat merespon acetylsalicylic acid (ASA).

Perubahan tekanan darah karena terapi pengganti hormon tidak begitu besar. Namun, penggunaan terapi pengganti hormone tidak boleh dihindari pada wanita normotensi atau hipertensi kalau ada indikasinya. Meski demikian, terapi pengganti hormone tidak menurunkan tekanan darah secara signifikan, dan tidak boleh diberikan sebagai penurun tekanan darah, atau pencegahan penyakit kardiovaskular primer atau sekunder.

Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko kardiovaskular paling penting pada wanita dengan diabetes. Pentingnya kontrol tekanan darah yang ketat, terbukti efektif dalam mengurangi risiko stroke dan kematian. Guideline diabetes sejauh ini menganjurkan target tekanan darah pengobatan <130/80 mmHg. Meski demikian, ada perdebatan mengenai target tekanan darah yang dianjurkan.

Berdasarkan bukti dari dua percobaan terkontrol acak dan studi observasional oleh Cadwerholm dan kawan-kawan tahun 2010 dan Crushman dan kawan-kawan tahun 2010, menurun kan tekanan darah punya manfaat pada pencegahan stroke. Tapi, risiko kejadian koroner mungkin tidak terpengaruh, atau bahkan meningkat pada tekanan darah sistolik yang lebih rendah. Karena itu, guidline dari European Society of Hypertension menganjurkan target tekanan darah sistolik  dibawah 140 mmHg pada pasien diabetes.

Diketahui bahwa beberapa obat antihipertensi memiliki profil efektifitas dan keamanan yang berbeda pada pria dan wanita. Ini yang diteliti dalam penelitian LIFE dan THOMS, di mana wanita lebih banyak melaporkan efek samping disbanding pria. Wanita mengalami batuk karena terapi ACE inhibitor tiga kali lebih sering disbanding pria. Meski pria lebih besar kemungkinannya mengalami gout, wanita lebih besar kemungkinannya mengalami hiponatremia dan hipokalemia karena penggunaan diuretik.