Ethicaldigest

Uveitis Imunogenik

Sekitar 90% kasus uveitis tidak diketahui sebabnya/idiopatik. Pada umumnya, berhubungan dengan penyakit lain.

Secara general, uveitis dideskripsikan sebagai inflamasi pada uvea, yang terdiri atas iris, ciliary body dan koroid. Sedangkan uveitis imunogenik didefinisikan sebagai uveitis yang disebabkan oleh proses autoimun. “Penyakit ini dapat timbul di mata sendiri, sebagai akibat adanya kekhasan imunitas mata, atau berhubungan dengan penyakit sistemik,” jelas dr. Soedarman Sjamsoe, SpM dari Jakarta Eye Center.

Beberapa faktor etiopatogenesis uveitis imunogenik, diketahui berhubungan dengan imunitas humoral dan selular, stimulus antigen, predisposisi genetik dan HLA, serta autoantigen. Publikasi Rachel R. Caspi menyebutkan, pada experimental autoimmune uveoretinitis (EAU), antigen uveitogenik yang berperan dalam fungsi visual antara lain soluble retinal antigen (S-Ag), interphotoreceptor retinoid-binding protein (IRBP), rhodopsin dan opsin, recoverin dan phosducin.

Rahimi dan Najafi (2007) melakukan studi pengukuran level imunoglobulin A, G, M dan E, komponen komplemen C3 dan C4 dan autoantibodi ds-DNA, dalam serum menggunakan metode ELISA terhadap 51 pasien dengan anterior uveitis, 32 wanita dan 19 pria.  Hasilnya, 49 pasien dari 51 pasien (96%) menunjukkan perubahan level parameter imunoglobulin dalam serum, dibandingkan nilai normal. Perubahan konsentrasi imunoglobulin dalam serum terjadi pada 44 pasien, di mana peningkatan level IgA adalah yang paling umum terjadi. Peningkatan komplemen C3 dan C4 dalam serum, juga terjadi pada 29 pasien. Sedangkan autoantibodi ds-DNA ditemukan positif pada 15 pasien. Disimpulkan bahwa abnormalitas yang ditemukan dalam serum dari 49 pasien tersebut, berperan pada patogenesis uveitis.

Imunitas Humoral dan Selular

Komponen selular yang berperan penting pada uveitis adalah limfosit T dan B. Dalam perkembangannya di timus, sel T mengekspresikan bermacam-macam antigen permukaan, di antaranya CD4, CD5 dan CD8. Antigen CD5 akan menghilang pada fase pematangan sel T, kemudian sel T akan berproliferasi dan berdiferensiasi menjadi subset sel T. Sel yang kehilangan antigen CD4 namun tetap memiliki antigen CD8, menjadi sel T suppresor (Ts) dan sel T cytotoxic (Tc). Sedangkan yang kehilangan CD8 tapi tetap memiliki CD4, menjadi sel T helper (Th).

Sel T CD4 dan CD8 merupakan sel yang spesifitas dan fungsinya dikendalikan oleh major histocompatibility complex (MHC). Sel T CD4 bereaksi dengan antigen, apabila antigen itu disajikan secara bersama-sama dengan MHC kelas II. Sedangkan sel T CD8 berinteraksi dengan antigen yang disajikan bersama-sama dengan MHC kelas I. Respon imun terjadi dalam beberapa tahap. Yaitu pemaparan, pengenalan, aktivasi, perkembangan, diskriminasi dan regulasi. Tahap awal dimulai saat antigen dipresentasikan oleh antigen presenting cell (APC) ke limfosit Th. Antigen ini kemudian diproses menjadi peptida dan diekspresikan ke permukaan sel dalam bentuk MHC kelas II dan dipresentasikan ke reseptor sel Tc (TcR), yang berada di permukaan sel Th.