Ethicaldigest

Peran Nutrisi dalam Pengobatan Penyakit

Menilai Status Nutrisi pada Pasien

Pada pasien yang mengalamai penyakit kritis, ditemukan pelepasan mediator-mediator inflamasi atau sitokin (misalnya IL-1, IL-6 dan TNF) dan peningkatan produksi “counter regulatory hormone” misalnya katekolamin, kortisol, glukagon dan hormon pertubuhan, yang selanjutnya dapat menimbulkan efek pada status metabolik dan nutrisi pasien.

Status nutrisi adalah fenomena multidimensional, yang memerlukan beberapa metode dalam penilaian, termasuk indikator-indikator yang berhubungan dengan nutrisi, asupan nutrisi dan pemakaian energi, seperti body mass index (BMI), serum albumin, prealbumin, hemoglobin, magnesium dan fosfor. Pengukuran antropometrik termasuk ketebalan lapisan kulit (skin fold), permukaan daerah trisep (triceps skin fold, TSF) dan pengukuran lingkar otot lengan atas (midarm muscle circumference, MAMC), tidak berguna banyak pada pasien sakit kritis karena ukuran berat badan cenderung  berubah.

Jenis protein yang paling sering diukur adalah albumin serum. Level albumin yang rendah merefleksikan status nutrisi penderita, yang dihubungkan dengan proses penyakit dan atau proses pemulihan. Pada pasien kritis terjadi penurunan sintesa albumin, pergeseran distribusi dari ruangan intravaskuler ke interstitial, dan pelepasan hormone yang meningkatkan destruksi metabolisme albumin. Level serum pre albumin juga dapat menjadi petunjuk yang lebih cepat, dari adanya suatu stres fisiologik dan sebagai indikator status nutrisi.

Lever serum hemoglobin dan trace elements, seperti magnesium dan fosfor, merupakan tiga indikator biokimia tambahan. Hemoglobin digunakan sebagai indikator kapasitas angkut oksigen, sedangkan magnesium dan fosfor sebagai indikator gangguan pada jantung, saraf dan neuromuskular. Selain itu delayed hypersensitivity dan total lymphocyte count (TLC) adalah dua pengukuran, yang dapat digunakan untuk mengukur fungsi imun, yang sekaligus berfungsi sebagai skrining.

Subjective global assessment (SGA) juga dapat digunakan sebagai alat penilai status nutrisi, karena mempertimbangkan kebiasaan makan, kehilangan berat badan yang baru atau yang sifatnya kronis, gangguan gasterointestinal, penurunan kapasitas fungsional dan diagnostik yang kemudian dihubungkan dengan asupan yang buruk. Penilaian jaringan lemak subkutandan penyimpanannya dalam otot skelet, juga merupakan bagian dari SGA, dan bersama dengan evalkuasi edema dan ascites, membantu menegakkan kemungkinan malnutrisi sebelumnya. Level stres pada pasien sakit juga harus dinilai, karena bisa memperburuk status nutrisinya secara keseluruhan.

Dukungan Nutrisi bagi Pasien

Tujuan pemberian nutrisi sesungguhnya untuk menjamin kecukupan energi dan nitrogen, juga menghindari masalah-masalah yang disebabkan overfeeding atau re-feeding syndrome seperti uremia, dehidrasi hipertonik dan beberapa kondisi lain.

Perlu diperhatikan bahwa pemberian nutrisi yang kurang atau lebih dari kebutruhan justru akan merugikan pasien.

TERAPI NUTRISI PASIEN RAWAT