Ethicaldigest

Faktor Penyebab Insomnia 1

Beberapa faktor dapat menyebabkan insomnia. Apa obat yang tepat untuk pasien yang mengalami gangguan tidur? 

Pengertian insomnia mencakup banyak hal. Insomnia dapat berupa kesulitan untuk tidur atau kesulitan untuk tetap tertidur. “Seseorang terbangun dari tidur tetapi merasa belum cukup tidur, dapat disebut mengalami insomnia,” jelas dr. Andri, SpKJ, FAPM, dari RS OMNI Alam Sutra, Tangerang.

Insomnia merupakan ketidakmampuan mempertahankan tidur atau keadaan sering terjaga dari tidur, baik secara kualitas maupun kuantitas. Insomnia bukan berarti seseorang sama sekali tidak dapat tidur atau kurang tidur. Orang yang menderita insomnia sering dapat tidur lebih lama dari yang mereka perkirakan, tetapi kualitasnya kurang.

Insomnia merupakan ketidakmampuan memenuhi kebutuhan tidur, baik secara kualitas maupun kuantitas. Gangguan tidur ini umumnya ditemui pada individu dewasa. Terdapat beberapa jenis insomnia; insomnia akut dan kronik. Pada insomnia akut sebagian besar disebabkan karena stress pekerjaan, tekanan dalam keluarga, atau karena trauma. Insomnia akut dapat terjadi beberapa hari atau minggu.

Pada kasus insomnia kronik, penderita bisa mengalami insomnia setidaknya satu bulan bahkan bisa lebih. Pada kasus insomnia kronik, terjadi sebagai gejala atau efek samping dari suatu kondisi kesehatan, seperti penggunaan obat-obat tertentu, memiliki penyakit kronik atau gangguan tidur. Insomnia dapat mengakibatkan kantuk di siang hari atau berkurangnya energi penderita. Selain itu, penderita insomnia juga bisa mengalami depresi, cemas atau mudah tersinggung. “Penurunan konsentrasi atau fokus dalam pekerjaan, banyak dikeluhkan pada insomnia ini,” jelasnya. Mengantuk di siang hari saat mengemudikan kendaraan bermotor atau menjalankan mesin, dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan.

Mengobati penyebab penyerta dari insomnia sekunder dapat mengurangi insomnia, terutama ketika masalah insomnia segera terdeteksi dan dilakukan pengobatan secara tepat. Contohnya, caffein sebagai penyebab insomnia. Maka, menghentikan konsumsi atau mengurangi jumlahnya dapat menghindari terjadinya insomnia. Modifikasi gaya hidup termasuk di antaranya memperbaiki pola tidur,  dapat menghilangkan insomnia akut, sementara untuk insomnia kronik umumnya dokter akan merekomendasikan beberapa obat, atau cognitive-behavioral therapy.

  1. Insomnia inisial. Merupakan jenis insomnia di mana penderitanya kesulitan untuk memulai tidur.
  2. Insomnia intermiten. Merupakan ketidakmampuan penderita insomnia untuk tetap mempertahankan tidur, penderita jadi sering terbangun.
  3. Insomnia terminal. Merupakan jenis insomnia, di mana penderita mengalami bangun lebih awal saat tidur dan sulit untuk tidur kembali.

Sebanyak 30-50% populasi dewasa di Amerika Serikat, mengalami insomnia setidaknya pada 1 tahun periode kehidupannya. Prevalensinya akan berubah menjadi kronik atau bertambah berat untuk insomnia sebanyak 10%. Dari kelompok usia dewasa yang dilakukan survei mengenai gangguan tidur atau insomnia, sebanyak 49% mengaku lebih dari 5 malam perbulan mengalami insomnia.

Banyak yang menghubungkan bahwa masalah tidur terkait juga dengan penuaan. Dengan kata lain, semakin lanjut usia seseorang tidurnya menjadi semakin kurang. “Sesungguhnya tidak demikian,” jelas dr. Andri. Tidur yang baik setidaknya antara 6-8 jam. Kelebihan tidur juga tidak baik, sementara kurang waktu tidur membuat tubuh tidak fit. Menurut dr. Andri, banyak pertanyaan dari rekan sejawat tentang bagaimana mengklasifikasikan insomnia. DSM4 dibagi dalam beberapa tahap. Yakni kesulitan memulai tidur. Normalnya seseorang individu untuk tidur membutuhkan waktu kurang dari 30 menit. Jika untuk tidur membutuhkan waktu lebih dari 1 jam, sudah disebut sebagai insomnia. Kriteria lain dari insomnia adalah sulit mempertahankan tidur. “Umumnya sudah tidur tapi kemudian terbangun, dan terbangun lagi,” jelas dr. Andri. Kriteria lain dari insomnia adalah terbagun di pagi hari dan yang terakhir pusing saat bangun tidur di pagi harinya.