Ethicaldigest

Disfungsi Ereksi dan Faktor yang Mempengaruhi

Disfungsi ereksi dipengaruhi faktor libido, ejakulasi, fungsi ereksi dan kombinasi dari berbagai faktor ini. Penurunan libido disebabkan faktor organik dan psikologis, penurunan kadar testosteron atau peningkatan kadar prolaktin.

Disfungsi ereksi (DE) atau impotensi adalah ketidakmampuan untuk mencapai atau mempertahankan ereksi, pada saat melakukan aktivitas seksual. Atau kecenderungan untuk terjadi ereksi yang singkat. Kondisi ini dapat mempengaruhi psikologi dan penderita merasa harga dirinya menurun, depresi dan stress, yang berdampak negatif pada hubungan personal. Dulu, gangguan psikologis merupakan penyebab utama terjadinya DE. Pada dua dekade terakhir, disfungsi endotel dan penyakit vaskular merupakan penyebab utama masalah ereksi.

Prevalensi DE pada penyakit kardiovaskular, lebih tinggi dibandingan populasi lainnya. Berdasarkan data Pusat Kesehatan Nasional, diperkira-kan DE terjadi pada lebih dari 100 juta laki-laki di dunia. Di Amerika Serikat, dilaporkan DE terjadi pada 10-20 juta laki-laki dewasa. Arterosklerosis merupakan masalah kesehatan yang banyak terjadi di negara Barat dan negara berkembang, dan berdampak besar pada kualitas serta harapan hidup.

Aterosklerosis memengaruhi aorta dan pembuluh darah besar lainnya, dan manifestasi klinis pada penyakit kardio-vaskular (CVD), ginjal, serebral dan penyakit arteri perifer. Berbagai gangguan fungsi dapat terjadi ketika berkembangnya arterosklerosis, diantara-nya DE. Terdapat hubungan erat antara individu yang memiliki risiko kardiovaskular seperti usia, hipertensi, diabetes melitus, obesitas, merokok, hiperkoles-terolemia, dan perubahan gaya hidup dengan CVD dan terjadinya DE.

Prevalensi

Prevalensi di dunia lebih dari 100 juta laki-laki menderita DE. Diperkirakan pada tahun 2025 penderita DE akan dialami oleh 300 juta laki-laki dewasa. Prevalensi DE memiliki jumlah bervariasi, tergantung populasi dan survei yang digunakan. Peningkatan DE seiring dengan bertambahnya usia. DE mengenai hampir 40% laki-laki yang berusia diatas 40 tahun, dengan berbagai tingkat keparahan.

Patogenesis fungsi ereksi

Menurut dr. Nur Rasyid, SpU, fungsi seksual pada laki-laki normal membutuhkan respon yang terintegrasi antara rangsangan pusat dan lokal. Sinyal saraf yang berasal dari otak ditransmisikan ke pusat ereksi torakolumbalis, dan memicu ereksi psikogenik yang dihubungkan dengan fantasi atau melihat hal yang erotis. Proses ini bekerja secara erat dengan refleks ereksi, yang melibatkan stimulasi skrotum atau genital. Aktifnya impuls saraf di nervus pudenda ketika ditransmisikan ke vertebra S4-5, akan merangsang reflex ereksi.

Meskipun sinyal saraf sangat penting, ereksi pada akhirnya ditentukan faktor vaskular yang mengatur aliran darah ke korpora kavernosa. Aliran darah yang mengalir ke kavernosum, diperantarai oleh senyawa kimia di intrakavernosa yang melibatkan sintesis enzim nitric oxide synthase (NOS), nitric oxide (NO), dan enzim siklase adenilat yang membantu menghasilkan guanosin monofosfat siklik, yang diperlukan untuk memaksimalkan aliran darah pada intra kavernosa dan meningkatkan tekanan dalam korpora kavernosa.

Fungsi ereksi penis merupakan hasil interaksi yang kompleks antara faktor vaskular, saraf, hormonal dan psikologis. “Pencapaian dan mempertahankan ereksi, membutuhkan aliran darah arteri yang baik dan terjebaknya aliran darah vena. Karena itu, proses penyakit yang memengaruhi fungsi arteri dan vena akan memengaruhi fungsi ereksi,” jelasnya.

Klasifikasi

Faktor-faktor yang memengaruhi DE meliputi libido, ejakulasi, fungsi ereksi, dan kombinasi dari berbagai faktor tersebut. Penurunan libido disebabkan faktor organik dan psikologik, penurunan kadar testosteron atau peningkatan kadar prolaktin. Perubahan ini terjadi secara primer dan sekunder. Kesulitan ejakulasi terdiri dari ejakulasi dini, terlambat, tidak ada, atau ejakulasi retrograd.

Ejakulasi dini lebih sering ditemukan pada laki-laki muda. Hal ini dapat menghilang atau berkurang dengan bertambahnya usia dan pengalaman seksual. Definisi yang tepat mengenai ejakulasi dini masih kontroversi. Definisi ejakulasi dini yaitu keluarnya air mani sebelum atau dalam waktu 2 menit setelah penetrasi vagina. Laki-laki yang memiliki DE, sering mengalami ejakulasi dini.

Sementara ejakulasi terlambat atau tidak ejakulasi dapat disebabkan faktor psikologik, neurologik, medik atau kombinasi berbagai faktor tersebut. Ejakulasi retrograd sering terjadi pada pasien dengan gangguan neurologik, misalnya neuropati pada pasien diabetes, atau sebagai komplikasi dari reseksi transuretra pada prostat.

Diagnosis

Anamnesis mengenai riwayat pengobatan dan aktivitas seksual, merupakan hal penting yang harus diketahui tenaga medis. Kuesioner International Index Erection Function (IIEF) atau SHIM (The Sexual Health Inventory for the Man), terdiri dari 5 pertanyaan mengenai fungsi ereksi, fungsi orgasme, hasrat dan kepuasan setelah melakukan hubungan seksual. Kuesioner ini dapat memperbaiki hubungan seksual dan dapat mem[rediksi kejadian kardiovaskular di masa depan.

Penilaian pemburukan DE menurut SHIM berdasarkan durasi, dan pemeriksaan fisik (jantung dan sirkulasi perifer. Pemeriksaan elektrokardiogram (EKG) saat istirahat, pemeriksaan gula darah puasa, dan estimasi laju filtrasi glomerulus, merupakan pemeriksaan yang digunakan untuk mengetahui kelainan kardiovaskular. Pemeriksaan testosteron dianjurkan pada semua pria dengan diagnosis DE organik, terutama mereka yang gagal dengan terapi inhibitor PDE 5.

Meskipun keterbatasan dalam mendeteksi penyakit kardiovaskular tanpa stenosis, dengan atau tanpa pencitraan dapat menentukan risiko kardiovaskular pada pasien dengan DE, tidak adanya penyakit kardiovaskular misalnya pada pasien DM. Test stress digunakan pada pasien yang tidak menggunakan pencitraan atau EKG yang tidak bisa diinterpretasi, serta penilaian dari spesialis kardiologi pada pasien dengan kategori risiko rendah.

Kemampuan berolahraga dapat memperkirakan risiko kardiovaskular, terkait dengan aktivitas seksual. Beragam penanda yang diusulkan untuk penilaian risiko kardiovaskular seperti pada arteri koroner dengan skor kalsium, meskipun hal ini tidak spesifik untuk DE. Pemeriksaan asam urat, hemoglobin terglikasi, mikroalbuminuria, dan lipo-protein fosfolipase A2, dapat membantu diagnosis.