Ethicaldigest

Sejarah Tranfusi Darah

Sejarah mencatat, tranfusi darah pertama kali dijabarkan di abad ke-15, berdasarkan pengalaman Stefano Infessura. Infessura melakukan procedure transfuse darah pertama tahun 1492, tepatnya ketika Paus Innocent VIII mengalami koma. Infessura mengambil darah dari ketiga anak laki-laki Paus, kemudian diinfuskan pada Paus yang sekarat melalui mulut. Hasilnya, bukan hanya Paus yang wafat, ketiga anak laki-lakinya juga meninggal.

Meski gagal, usaha melakukan transfusi darah tidak pernah berhenti dilakukan. Penelitian dan cara-cara baru terus diusahakan. Dimulai dari Harvey’s Experiments yang meneliti sirkulasi darah untuk melakukan transfusi darah. Penelitian yang dilakukan pada abad ke-17 ini, berhasil diterapkan pada sesama hewan. Sayangnya belum berhasil ketika diterapkan pada manusia.

Transfusi darah pertama pada manusia, dilakukan Dr. Jean-Baptiste Denys, dokter pribadi Raja Louis XIV dari Perancis, pada 15 Juni 1667. Dia mentransfusikan darah domba pada anak laki-laki berusia 15 tahun, dan bisa selamat. Dia kemudian melakukan lagi pada seorang buruh dan kembali berhasil. Sayangnya, kedua orang tersebut mengalami reaksi alergi. Bahkan mengakibatkan kematian Baron Bonde dan Antoine Mauroy, pada penelitian berikutnya. Penelitian Denys ini mendapat kecaman dan penolakan, hingga akhirnya dihentikan pada tahun 1670. Pada tahun 1818 Dr. James Blundell, ahli kandungan Inggris, berhasil melakukan transfuse darah pada manusia. Ini menjadi tongak transfuse darah modern.