Ethicaldigest

Pemisahan Bayi Kembar Pertama di Indonesia

Kemajuan dan kemampuan tenaga medis Indonesia, berikut peralatan kedokteran yang cukup membanggakan, membuat operasi pemisahan bayi kembar bisa dilakukan di Tanah Air. Operasi pemisahan kembar siam dempet kepala, Pristian Yuliana dan Pristian Yuliani, merupakan sukses besar dunia kedokteran di Tanah Air. Itu adalah dempet kepala pertama yang berhasil dipisahkan di Indonesia.

Yuliana dan Yuliani lahir di RS Tanjung Pinang, Riau, 31 Juli 1987. Kondisinya saat itu dempet kepala di bagian ubun-ubun (craniopagus vertical). Saat dioperasi selama 13 jam pada 21 Oktober 1987, mereka masih berusia 2 bulan 21 hari. Proses pemisahan dipimpin Prof. Dr. R.M. Padmosantjojo, dengan total 96 dokter, berlangsung di RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta, dengan biaya Rp 42 juta. Saat ini keduanya tinggal bersama orangtuanya Tularji dan Hartini di Tanjungpinang, Riau.

Kasus mereka menjadi momentum. Itulah untuk pertama dokter Indonesia berhasil memisahkan bayi kembar siam yang dempet pada tengkorak kepala. Jarang kembar siam dengan kondisi seperti mereka, yang selamat dari meja operasi. Termasuk yang tidak selamat adalah kembar siam asal Iran, Ladan-Laleh Bijani. Kelahiran bayi kembar siam memiliki rasio 1:200 ribu kelahiran. Kembar dengan bagian atas kepala menyatu atau craniopagus, persentasinya 2% dari rasio tersebut. Hanya 15 persen kembar craniopagus hidup hingga usia 5 tahun, dan hanya satu yang mencapai usia dewasa.

Baru-baru ini, keduanya tampil di sebuah acara televisi swasta Indonesia, dalam kondisi yang sangat baik, bahkan salah satu di antara mereka sedang menempuh pendidikan dokter, didampingi Prof. Padmo, yang sudah mereka anggap sebagai ayah angkat, dengan panggilan “Pakde”.