Ethicaldigest

Peran Fluticasone Propionate pada Psoriasis dan Vitiligo

Fluticasone propionate dapat mengurangi keluhan gatal, kemerahan dan inflamasi pada kulit. Dapat ditoleransi dengan baik pada pasien anak atau dewasa, dengan fikasi anti inflamasi yang baik meski diberikan dalam jangka waktu lama untuk terapi vitiligo.

Kortikosteroid topikal (KT) merupakan obat yang sering diresepkan dan digunakan untuk pasien dermatologi, sejak per­tama kali diperkenalkan pada awal tahun 1950-an. Kortikosteroid merupakan deri­vat hormon kortikosteroid yang dihasilkan oleh kelenjar adrenal. Hormon ini memain­kan peran penting, termasuk mengontrol respons inflamasi.

Kortikosteroid hormonal dapat digo­long­kan menjadi glukokortikoid dan mi­neralokortikoid. Golongan glukokortikoid adalah kortikosteroid yang efek utamanya terhadap penyimpanan glikogen hepar, dan khasiat antiinflamasinya nyata. Pro­totip golongan ini adalah kortisol dan kor­tison, yang merupakan glukokortikoid alami. Terdapat juga glukokortikoid sin­tetik, misalnya prednisolon, triamsinolon dan betametason.

Golongan mineralokortikoid adalah kortikosteroid yang mempunyai aktivitas utama menahan garam dan terhadap ke­seimbangan air dan elektrolit. Umumnya, golongan ini tidak mempunyai efek antiin­flamasi yang berarti, sehingga jarang di­gunakan. Pada manusia, mineralo­kor­tikoid yang terpenting adalah aldosteron. Ber­dasarkan cara penggunaannya, korti­kos­teroid dapat dibagi dua, yaitu korti­kos­teroid sistemik dan kortikosteroid topikal.

Salah satu jenis kortikosteroid yang ba­nyak digunakan oleh dokter adalah fluticasone propionate (FP) 0,05%, teruta­ma untuk beberapa kondisi medis seperti eksim, psoriasis dan ruam pada kulit. Obat ini terbutki mampu mengurangi keluhan gatal, kemerahan dan inflamasi pada kulit; tersedia dalam berbagai pilihan seperti krim, salep dan losion.

Beberapa penelitian dilakukan untuk membandingkan efektifitas FP dengan obat lain, untuk terapi psoriasis. Callen da­lam penelitian buta ganda, memban­ding­kan FP 0,05% dengan betametason valerat 0,1%. Penelitian ini melibatkan 125 pasien psoriasis sedang hingga berat, penelitian dilakukan selama kurang lebih 4 minggu. Hasilnya, dalam penelitian tersebut kelompok yang mendapat FP 0,05% atau sekitar 79%, puas dengan per­baikan pada kondisi kulitnya diban­ding kelompok yang mendapat hydrocortisone 17 butyrate 0,1%. FP dalam penelitian ini dapat ditoleransi dengan baik oleh pasien, dengan risiko efek samping lebih minimal terutama di lokasi-lokasi sensitif seperti pada bagian wajah.

Obat ini mempunyai kemampuan me­ne­kan inflamasi/ peradangan, dengan cara menghambat fosfolipase A dan menekan IL-1±. Kortikosteroid secara umum dapat menghambat kemotaksis neutrofi l, menurunkan jumlah sel Langerhans dan menekan pengeluaran sitokin, menekan reaksi alergi-imunologi, serta menekan proliferasi/antimitotik.

FP pada Vitiligo

Vitiligo merupakan kelainan kulit yang disebabkan hilangnya sel pigmen, pada lapisan kulit epidermis. Beberapa pilihan terapi dapat dilakukan, meliputi: kemote­rapi, transplantasi autologous, depigmen­tasi dan penggunaan kortikosteroid.

Kortikosteroid dapat menekan proses inflamasi dan auto-immune, sehingga diharapkan mampu memperbanyak mela­no­sit secara spontan atau dengan ban­tuan radiasi sinar UV. Saat ini modalitas baru yang digunakan para ahli dengan mela­kukan kombinasi terapi FP + radiasi sinat ultraviolet A (320-400 nm).

FP dosis 0,05% diberikan 1x sehari pa­da lesi vitilogo, dikombinasi dengan radia­si ultraviolet A (10 J/cm2) 2x seming­gu. Kombinasi terapi ini memberi hasil yang lebih baik, dibanding pemberian FP saja atau radiasi sinar ultraviolet A saja. Hasil yang nyata terlihat setelah 6 minggu terapi.

Obat ini dapat ditoleransi dengan baik pada pasien anak atau dewasa, dengan fikasi anti inflamasi yang baik meski diberikan dalam jangka watu yang lama untuk terapi vitiligo.