Clobetasol propionate digunakan untuk mengatasi masalah kesehatan kulit, seperti eksim, dermatitis dan alergi. Obat ini mampu menghilangkan bengkak, gatal dan kemerahan di kulit.
Seperti kortikosterod topikal lainnya, clobetasol propionate lotions 0,05% memiliki efek anti-inflamasi, anti pruritik dan vasokonstriksi. Banyak pakar mengatakan kortikosteroid berperan dalam menginduksi protein penghambat fosfolipase A2, yang secara kolektif disebut sebagai lipocortins. Diduga protein ini mampu mengendalikan biosintesis mediator inflamasi seperti prostaglandin dan leukotriens, dengan cara menghambat pelepasan asam arakidonat.
Meski demikian, penyerapan obat ini dipengaruhi banyak faktor, di antaranya epidermal barier dan oklusi. Misalnya, dressing oklusif dengan hidrokortison, hingga 24 jam belum bisa memberikan penetrasi maksimal, berbeda ketika digunakan selama lebih dari 96 jam. Dalam sebuah studi vasokonstriksi, ditunjukan bahwa clobetasol propionate lotion 0,05% memiliki potensi yang lebih baik dibanding kortikosteroid topikal lainnya.
Dalam studi yang dilakukan untuk mengevaluasi potensi penekanan sumbu hipotalamus –hipofisis – adrenal (HPA), clobetasol propionate lotions 0,05% menunjukan tingkat penekanan yang lebih tinggi dibandingkan dengan clobetasol propionate cream 0,05%.
Efikasi clobetasol propionate lotion 0,05% pada psoriasis dan dermatitis atopik telah ditunjukkan pada 2 percobaan klinis. Penelitian pertama dilakukan pada pasien dengan psoriasis plak dengan derajat sedang hingga berat. Pasien mendapat terapi 2 kali sehari selama 4 minggu. Yang mendapat clobetasol propionate lotion 0,05% memiliki hasil yang lebih baik dalam terapi psoriasis derajat sedang hingga berat. Dibuktikan pada minggu keempat, 30 dari 82 pasien yang diikutsertakan dalam penelitian ini memberikan hasil yang lebih baik, ditandai dengan tidak adanya gejala klinis, eritema dan peningkatan ketebalan plak dinilai melalui global severity scale of psoriasis.
Psoriasis merupakan penyakit kulit kronis inflamatorik dengan faktor genetik yang kuat, dengan ciri gangguan perkembangan dan diferensiasi epidermis, abnormalitas pembuluh darah, faktor imunologis dan biokimiawi, serta fungsi neurologis. Penyebab dasarnya belum diketahui pasti. Dulu diduga berkaitan dengan gangguan primer keratinosit, namun berbagai penelitian telah mengetahui adanya peran imunologis.
Penelitian kedua dilakukan pada pasien dengan dermatitis atopik derajat sedang sampai berat. Pasien diobati dua kali sehari selama 2 minggu, dengan lotion clobetasol propionate 0,05%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa khasiat lotion clobetasol propionate, 0,05% pada terapi dermatitis atopik derajat sedang sampai berat lebih baik, dibanding kelompok yang tidak mendapat clobetasol propionate. Obat ini hanya diberikan pada pasien 18 tahun ke atas.
Lebih lanjut, pada penderita dermatitis atopik ditemukan mutasi gen filagrin, sehingga mengganggu pembentukan protein esensial untuk pembentukan sawar kulit. Gangguan fungsi sawar epidermis ini menyebabkan gangguan permeabilitas dan pertahanan terhadap mikroorganisme. Transepidermal water loss (TEWL) menjadi lebih tinggi pada penderita dermatitis atopik, dibandingkan pada kulit normal karena kandungan lipid stratum korneum pada dermatitis atopik yang berubah.
Jumlah dan kandungan ceramide jenis tertentu berkurang dan susunan lipid di stratum korneum juga berubah. Selain itu, ukuran korneosit pada kulit pasien dermatitis atopik jauh lebih kecil, dibandingkan korneosit kulit normal.