Ethicaldigest

Obat Baru Hepatitis C Kronik

Badan Pengawan Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) memberi persetujuan edar untuk Zepatier (elbasvir+grazoprevir) dengan atau tanpa ribavirin, untuk pengobatan infeksi virus hepatitis C kronik (HCV) genotipe 1 dan 4 pada dewasa.

Virus hepatitis C dapat mengakibatkan terjadinya inflamasi pada hati. Jika kondisi ini dibiarkan, fungsi hati akan menurun bahkan bisa terjadi gagal hati. Mereka yang terinfeksi virus hepatitis C umumnya tidak memiliki gejala, hingga terjadi kerusakan hati. Prosesnya memakan waktu hingga beberapa tahun sampai terjadinya sirosis.

Baru ketika sudah sirosis, pasien mengalami gejala seperti perdarahan, jaundice, penumpukan cairan di perut dan kanker hati. Berdasar data Center for Disease Control and Prevention (CDC), diperkirakan sebanyak 3 juta penduduk di AS terinfeksi virus hepatitis C. Genotipe 1 merupakan yang paling banyak ditemukan, sementara genotipe 4 jumlahnya tidak sebanyak genotipe 1.

Dr. Edward Cox dari FDA baru-baru ini menyatakan, FDA menyetujui Zepatier sebagai terapi untuk pasien dengan infeksi virus hepatitis C genotipe 1 dan 4; diberikan secara peroral. Obat ini bisa diberikan tanpa didampingi interferon.

Keamanan dan efikasi Zepatier yang diberikan dengan atau tanpa ribavirin, telah dievaluasi melalui penelitian yang mengikutsertakan 1.373 partisipan yang terinfeksi hepatitis C kronik genotipe 1 dan 4, dengan atau tanpa sirosis hati. Dalam penelitian ini para pasrtisipan menerima pengobatan Zepatier, dengan atau tanpa ribavirin, dengan dosis 1x sehari selama 12 – 16 minggu. Penelitian ini dirancang secara khusus untuk mengetahui, apakah virus hepatitis C partisipan tidak lagi terdeteksi dalam darah, setelah terapi diberikan selama kurang lebih 12 minggu. Nilai sustaine virologic response (SVR) yang tinggi menunjukan bahwa peserta telah sembuh dari infeksi virus hepatitis C.

Dalam penelitian ini secara keseluruhan nilai SVR pada presentasi 94-97% untuk mereka yang terinfeksi HCV genopite 1, dan 97-100 % pada yang terinveksi HCV genotipe 4. Untuk memaksimalkan tingkat SVR, dalam label produk diberi rekomendasi lamanya pengobatan dengan atau tanpa ribavirin. Disesuikan juga dengan karakteristik pasien dan jenis virusnya. Para profesional medis disarankan untuk memeriksa pasien lebih dulu, sebelum memberikan terapi Zepatier. Hal ini terkait pemberian dosis dan lama terapi yang akan dilakukan terhadap pasien dengan infeksi virus hepatitis C.

Efek samping paling umum dari pemberian Zepatier tanpa ribavirin adalah kelelahan, sakit kepala dan mual. Sementara efek samping yang muncul pada pemberian Zepatier dengan Ribavirin, berupa anemia dan sakit kepala.

Pada label obat diingatkan bahwa pemeriksaan enzime hati harus terus dilakukan. Hal ini karena peningkatakn jumlah enzim hati 5x diatas normal, ditemukan dalam uji klinis penggunaan Zepatier dalam penelitian tersebut.

Tes darah sebelum dan selama penggunaan terapi, harus dilakukan secara terjadwal. Obat ini juga tidak boleh diberikan kepada penderita gangguan hati berat sedang atau berat.

Zepatier merupakan terobosan terapi terbaru untuk pasien yang terinveksi virus hepatitis C kronik genotipe 1, yang memiliki masalah dengan ginjalnya (penyakit ginjal terminal), atau yang sedang menjalankan terapi hemodialisa. Atau bagi pasien terinfeksi virus hepatitis C kronis genotipe 4. Zepatier dipasarkan oleh Merck & Co Inc. Sudah tersedia di sejumlah tempat di Amerika Serikat.