Ethicaldigest

Penyakit Kardiovaskuler dan Faktor Risiko Metabolik

Faktor risiko metabolik pada penyakit kardiovaskuler bermacam-macam. Sebab itu, penanganannya harus komprehensif. Tidak cukup hanya melihat satu faktor risiko. Faktor-faktor risiko lain seperti rendahnya kadar HDL, tingginya kadar trigliserida, tekanan darah yang tinggi, dan thrombosis juga perlu diperhatikan.

Menurut Guru Besar Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK Universitas Indonesia Prof. dr. Teguh Santoso, Sp.PD, pada Simposium HOPCARDIS 2016, “Berbagai guideline di dunia menjadikan kolesterol LDL sebagai target terapeutik utama, dalam pencegahan penyakit kardiovaskuler. Tapi, penurunan kolesterol LDL saja masih belum cukup. Penurunan kolesterol LDL secara agresif dengan statin dosis tinggi sekali pun, tidak dapat menghilangkan risiko makrovaskuler residual, seperti kolesterol HDL, trigliserida.” 

Penelitian TNT menunjukkan, meski kolesterol LDL bisa diturunkan hingga kurang dari 70mg/dL, risiko penyakit kardiovaskuler mayor 5 tahun tetap tinggi, jika kadar HDL rendah. Pada penelitian lain, PROVE IT-TIMI 22, terlihat bahwa meski kolesterol LDL sudah di bawah 70 mg/dL, risiko kematian 30 hari, infark miokard dan kekambuhan sindrom koroner akut tetap tinggi, jika kadar trigliserida tinggi. Jadi triglisreida dan HDL adalah faktor risiko yang juga harus diperhatikan.

Guideline ESC/EAS tahun 2011 menganjurkan, mulai pengobatan pada pasien penyakit kardiovaskuler dengan perubahan gaya hidup pada semua pasien dengan obesitas, sindroma metabolik dan diabetes mellitus tipe 2. Terapi farmakologis diberikan pada pasien dengan trigliserida diatas 200 mg/dl, yang tidak bisa diturunkan dengan perubahan gaya hidup, atau pada pasien dengan risiko kardiovaskuler total yang tinggi. Terapi farmakologis yang dianjurkan meliputi statin, fibrat, asam nikotinat dan PUFA omega 3.

Satu meta analisa penggunaan fibrat yang mencakup 18 penelitian, diantaranya penelitian FIELD dan ACCORD, menunjukkan bahwa fibrat memiliki efek yang baik pada outcome kardiovaskuler utama. Terapi fibrat menurunkan kejadian kardiovaskuler sampai 10%. Meta analisa lain yang mencakup 16 penelitian, seperti DAIS, FIELD dan ACCORD memperlihatkan, fibrat dapat menurunkan kejadian koroner sampai 13%.

Pada penelitian acak terkontrol berskala besar seperti FIELD dan ACCORD, juga terlihat adanya penurunan konsisten angka infark miokard non fatal, pada pasien yang menggunakan fibrat. Efek ini lebih jelas terlihat pada subyek dengan kadar tigliserida tinggi dan kadar HDl rendah. Namun, data mengenai parameter outcome lainnya masih samar.

Penelitian DAIS  (Diabetes Atherosklerosis Intervention Study) menunjukkan, fenofibrat secara signifikan dapat memperlambat progresi aterosklerosis koroner, dan cenderung menurunkan kejadian klinis. Sedangkan dalam penelitian FIELD (fenofibrat Inervention & event Lowering in Diabetes), fenofibrat dapat mencegah komplikasi makrovaskuler dan mikrovaskuler

Bagaimana jika fibrat dikombinasikan dengan statin? Penelitian menunjukkan, kombinasi ini dapat meningkatkan kadar kolesterol HDL 18%, menurunkan triglisreida 35%, menurunkan kolesterol LDL 35-40% dan menurunan LDL small dense. Hal ini dapat meningkatkan stabilitas plak dan menurunkan kejadian klinis.

Perbaikan Fungsi Jantung pada terapi Hipertensi dengan CCB selektif

Menurut dr. Sally Aman Nasution, Sp.PD-KKV, dari Depertemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI, faktor risiko lain yang perlu diperhatikan adalah tingginya tekanan darah. Lercanidipin adalah calcium channel blocker (CCB) golongan ketiga dari kelas dihidropiridin. Lercanidipine memiliki selektivitas terhadap vaskuler dan lipofolisitas yang tinggi.

Dengan lipofolisitas yang tinggi dibanding CCB lain, lercanidipin efek sampingnya lebih kecil, tidak menyebabkan hipotensi dan takikardia reflex dan durasi kerjanya panjang. Lecarnidipin selain menurunkan tekanan darah secara menetap dalam 24 jam, terbukti memperbaiki fungsi endotel, menurunkan stress oksidatif, memberi perlindungan terhadap pembuluh darah, memperbaiki iskemia dan menurunkan hipertrofi entrikuler kiri.

Triflusal, terapi antiplatelet terbaru

Menurut dr. Dono Antono, Sp.PD KKV, terapi antiplatelet merupakan terapi utama untuk pasien dengan penyakit jantung koroner. Triflusal adalah antiplatelet baru, yang secara struktur kimia mirip dengan aspirin. Triflusal menurunkan produksi TxA2 dan efikasinya serupa dengan aspirin, tapi dengan risiko perdarahan lebih kecil.

Penelitian menunjukkan, triflusal menurunkan risiko kematian infark miokard akut non fatal dan CVA lebih baik dari ASA, dengan perbedaan 11,8%. Penelitian lain di Spanyol  menunjukkan, triflusal menurunkan risiko infark miokard akut non fatal 65,8%, dibanding kelompok kontrol.