Ethicaldigest

Terapi Plasenta

Selama lebih dari 5000 tahun, plasenta sudah digunakan di dalam pengobatan tradisional Cina untuk tujuan rejuvenasi dan pengobatan berbagai penyakit kronis. Diyakini, plasenta dapat meningkatkan fungsi lever dan ginjal, serta memperbaiki infertilitas dan impotensi. Penelitian ilmiah menunjukkan, plasenta mengandung banyak faktor pertumbuhan, hormon, sitokin, antibodi, asam amino, vitamin dan mineral yang bermanfaat memperbaiki dan meregenerasi sel, jaringan dan organ.

Penelitian klinis menunjukkan, pengobatan dengan jaringan atau ekstrak plasenta dapat memperbaiki sirkulasi darah, menghambat peradangan, meningkatkan regulasi sistim saraf, mempercepat penyembuhan luka, menyeimbangkan kadar hormon dan meningkatkan sistim kekebalan.

Terapi plasenta diperkenalkan di dunia kedokteran pada 1930, ketika seorang ahli bedah berkebangsaan Uni Soviet Vladimir Filatov melihat bahwa wanita hamil memperlihatkan kesehatan yang prima di trimester ketiga dan enam bulan, setelah melahirkan. Dia merintis penelitian dan percobaan, yang menuntun pada perkembangan terapi plasenta, berupa penyuntikan ekstrak plasenta dan/atau implementasi plasenta bayi baru lahir dalam jumlah tertentu.

Pada terapi plasenta, ekstrak plasenta diberikan melalui injeksi intramuskular ketubuh manusia untuk tujuan pengobatan. Plasenta kemudian dipecah menjadi elemen dasar (enzim, polipeptida, asam deoxyribonucleic, asam  ribonucleic dan elemen dasar lainnya), dan digunakan kembali oleh sel, jaringan dan organ. Sebenarnya, terapi plasenta membangunkan sel-sel dorman dalam tubuh manusia, sehingga menstimulasi pertumbuhan dan fungsi jaringan yang ada dan memperbaiki atau meregenerasi sel-sel tua dan malfungsi.

Terapi plasenta menawarkan sesuatu yang tidak bisa diberikan vitamin, mineral dan lainnya yang tidak bisa diberikan pengobatan konvensional dan alami lainnya. Terapi ini memberikan komponen yang dibutuhkan jaringan yang rusak atau cidera. Sementara sebagian besar obat bekerja dengan menekan gejala-gejala tertentu dalam jangka pendek, dan hanya sepanjang terapi digunakan. Terapi plasenta menstimulasi tubuh untuk memperbaiki dirinya sendiri, dan memberikan efek jangka panjang.

Sebagai terapi untuk merevitalisasi dan peremajaan, terapi plasenta memiliki sejumlah manfaat selain sebagai anti penuaan. Beberapa manfaatnya antara lain:

  • Meregenerasi sel, jaringan dan organ
  • Meningkatkan fleksibilitas sendi dan piringan sendi
  • Memperbaiki sistim kekebalan terhadap penyakit
  • Meningkatkan tingkat kewaspadaan dan kesadaran mental
  • Mencerahkan pigmentasi wajah
  • Memperbaiki elastisitas dan ketebalan kulit; meningkatkan tekstur kulit
  • Memperbaiki pola tidur
  • Memperbaiki sirkulasi darah
  • Meningkatkan stamina dan energi

Di luar negeri, seperti Swiss, terapi plasenta telah berkembang untuk pengobatan berbagai penyakit. Biasanya, plasenta yang digunakan berasal dari hewan, seperti kelinci. Cara penggunaannya bermacam-macam, mulai dari suntik sampai dalam bentuk krim atau gel. Namun, di Amerika Serikat terapi seperti ini belum mendapatkan persetujuan dari pihak berwenang. Jadi, ketika ada yang ingin menggunakan terapi ini harus pergi ke negara yang sudah mengembangkan terapi ini.

Beberapa atlit sepak bola professional dari liga primer Inggris sudah mencoba terapi ini, seperti Frank Lampard dan Robbin van Persie. Pernah, pada tahun 2009, Frank Lampard yang kala itu membela Chelsea mengalami cidera. Dia lalu mendatangi dokter berkebangsaan Serbia, Marijana Kovacevic, yang melakukan pemijatan menggunakan krim ekstrak plasenta yang berasal dari plasenta kuda. Selain Frank, Kovacevic pernah menangani Robin van Persie, Vincent Kompany, Pablo Zabaleta dan trio dari Liverpool Yossi Benayoun, Glen Johnson dan Albert Riera.