Ethicaldigest

Obat Pencegah Ngantuk

Ritme tidur yang tidak teratur atau sering kerja shift malam, dapat mengganggu keteraturan pola tidur. Akibatnya, dapat terjadi lemas dan mengantuk pada saat seharusnya tidak mengantuk. Di Amerika Serikat, penggunaan obat pencegah mengantuk, Modafinil, banyak dikonsumsi baik dengan resep atau tanpa resep. Padahal, pada awalnya obat ini disetujui untuk terapi narkolepsi, suatu gangguan neurologis yang ditandai rasa mengantuk luar bisa, yang tidak dapat dikontrol pada siang hari.

Narkolepsi ditandai dengan gangguan pola tidur yang normal disertai depresi, mulai dari ringan sampai berat. Narkolepsi disebabkan oleh disfungsi peptida yang mendorong kita untuk terjaga dan menekan rasa ingin tidur, yang bernama orexin. Neuron orexin di hipothalamus, akan diaktivasi oleh modafinil. Aktivasi ini berkaitan dengan meningkatnya keinginan mencari kesenangan dan motivasi, serta rasa terjaga. Serat saraf orexin akan disalurkan ke seluruh sistem saraf pusat.

Modafinil membantu menigkatkan kemampuan mengingat, dan merupakan psikostimulan yang memperbaiki mood. Konsumsi modafinil akan meningkatkan rasa terjaga, perhatian, dan rasa waspada. Meski demikian, profil farmakologisnya berbeda dengan stimulan lain, seperti amfetamin, metilfenidat atau kokain. Efek samping berupa rasa kedutan, ansietas, atau aktivitas lokomotor yang berlebihan, lebih jarang dijumpai pada penggunaan modafinil.

Waktu paruh modafinil pada manusia sekitar 12-15 jam. Penggunaan modafinil dikatakan aman, efektif, dan dapat ditoleransi dengan baik oleh pasien. Masa kerjanya panjang dan tidak menimbulkan stimulasi simpatis di perifer. Telah disetujui pengunaannya untuk gangguan tidur akibat shift kerja dan obstructive sleep apnea.