Ethicaldigest

Obat Mencegah Cardiomyopathy Hypertrophic

David Warshaw PhD dan rekan dalam penelitiannya menemukan adanya kerusakan protein jantung, yang mengarah pada terjadinya cardiomyopathy hypertrophic sebagai penyebab paling sering pada kasus kematian mendadak atlit muda atau olahragawan. Saat ini, para peneliti mengembangkan temuan tersebut, untuk mengembangkan obat yang dapat mencegah cardiomyopathy hypertrophic (CMH). Penyakit jantung bawaan ini dapat mengakibatkan dinding jantung penderita mengalami penebalan, yang selanjutnya dapat terjadi henti jantung atau gagal jantung.

Pakar kardiologi menyatakan bahwa cardiomyopathy hypertrophic disebabkan karena mutasi beberapa jenis protein jantung. Salah satunya myosin, molekul kecil yang bertindak sebagai motor yang menggerakkan sel-sel otot jantung. Myosin umumnya rilis pada protein actin, yang mengakibatkan kontraksi otot jantung kembali kendur setelah proses memompa darah.

“Mutasi myosin mengakibatkan perubahan besar dari kekuatan otot jantung dalam memompa darah. Hal ini membuat kerja jantung menjadi berlebihan, yang pada gilirannya mengakibatkan jatung membesar atau terjadi penebalan diding jantung,” ujar peneliti dari Harvard Medical School, yang ikut dalam penelitian ini.

Selama bertahun-tahun, para peneliti berasumsi bahwa mutasi myosin menyebabkan jantung kehilangan kekuatannya. Ternyata, penelitian Warshaw PhD yang diterbitkan di Circulation Research tahun 2000 menyatakan bahwa masalah sesungguhnya mutasi miosin, menyebabkan jatung bekerja terlalu berat dan mengakibatkan payah jantung. Hal itu mendorong terjadinya fibrosis jantung dan kerusakan sel otot jantung, yang diketahui sebagai karakteristik khusus pada kasus cardiomyopathy hypertrophic.

Menindaklanjuti hasil penelitian tersebut, para ilmuan dari Harvard Medical School, Stanford University School of Medicine, University of Corolado dan MyoKardia Inc Sanfransisco sebagai perusahaan bioteknologi, kini sedang mengembagkan obat yang dapat mencegah terjadinya cardiomyopathy hypertrophic.

Menggunakan hewan coba tikus yang sudah dimutasikan layaknya mutasi myosin pada jantung manusia, para peneliti melihat kondisi yang terjadi pada hewan coba ini. Pada kelompok lain sebelumnya tikus usia 8 minggu diberi obat, yang mampu menghambat molekul kecil protein myosin. “Obat ini mampu mengembalikan fungsi memompa jantung pada tingkat normal, meski sebelumnya  memiliki kelainan genetik yang mengarah pada terjadinya cardiomyopathy hypertrophic,” ujar seorang peneliti.

Dinyatakan bahwa cardiomyopathy hypertrophic merupakan penyakit jantung yang dapat diturunkan. Bayi yang saat dilakukan pemeriksaan  (skrining) memiliki kelainan genetik untuk penyakit ini, seperti pada protein myosin, dapat diberi pengobatan. Penelitian lebih lanjut masih perlu dilakukan, misalnya untuk mengetahui tingkat keamanannya dalam jangka panjang, hingga nantinya dapat diterapkan pada manusia. Para peneliti melihat potensi cukup besar dari penelitian dan pengembangan obat ini. Dalam penelitian sebelumnya Warshaw PhD menemukan mutasi protein jantung lain, yang dapat meningkatkan kerja otot jantung, yang mengarah pada cardiomyopathy hypertrophic. Molekul obat ini disebutkan mampu menghalangi protein tersebut, sehingga mencegah terjadinya kerusakan otot dan dinding jantung, sehingga mampu mencegah kematian mendadak.