Ethicaldigest

Obat Baru Pasien NSCLC

Badan Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) menyetujui penggunaan Gilotrif (afatinib) untuk pasien dengan non small-cell lung carcinoma (NSCLC) stadium lanjut, yang mengekspresikan mutasi gen EGFR tertentu.

Kanker paru merupakan salah satu penyebab utama kematian akibat kanker pada pria maupun wanita. Sebanyak 85% dari kanker paru merupakan NSCLC, dan 10%nya mengalami mutasi gen EGFR. Kebanyakan mutasi gen ini mengekspresikan EGFR delesi exon 19, atau subtitusi exon L858R. Gilotrif ditujukan bagi penderita kanker dengan mutasi ini, yang didiagnosis melalui therascreen EGFR RGQ PCR Kit.

Gilotrif merupakan anti EGFR kedua, setelah Tarceva (erlotinib) disetujui penggunaannya untuk terapi lini pertama NSCLC, Mei 2013. Sama seperti Gilotrif, Tarceva “ditemani” oleh perangkat diagnostik EGFR Mutation Test, yang berfungsi untuk mengidentifikasi mutasi gen EGFR pada pasien tumor.

“Disetujuinya tes diagnostik penyerta bersama dengan obat, merupakan perkembangan penting dalam dunia onkologi, sehingga memungkinkan pengobatan yang aman dan efektif bagi pasien yang membutuhkan,” ujar Alberto Gutierrez, Ph.D, Direktur Office of In Vitro Diagnostics and Radiological Health di Center for Devices and Radiological Health di FDA.

Persetujuan FDA terhadap therascreen EGFR RGQ PCR Kit, dilakukan berdasarkan data dari studi klinis terhadap Gilotrif. Pada percobaan, partisipan dengan NSCLC diambil sampelnya dan dites validasi terhadap adanya mutasi EGFR.

Keamanan dan efektivitas Gilotrif diungkapkan dalam studi yang melibatkan 345 partisipan dengan NSCLC metastasis, yang mengalami mutasi EGFR. Pasien dipilih secara acak untuk menerima Gilotrif atau kemoterapi pemetrexed dan cisplatin selama enam siklus. Pasien yang mendapat Gilotrif mengalami perlambatan pertumbuhan tumor (progression-free survival) 4,2 bulan dibanding mereka yang mendapat kemoterapi. Tidak ditemukan perbedaan bermakna dalam overall survival.

Efek samping yang sering ditemui antara lain diare, perubahan kulit berupa acne, kulit kering, gatal, radang mulut, infeksi kulit di sekitar kuku (paronikia), penurunan nafsu makan, penurunan berat badan, sistitis, epistaksis, pilek, demam, radang mata dan hipokalemia. Efek samping serius yang mungkin terjadi meliputi diare, yang dapat menyebabkan gagal ginjal dan dehidrasi berat, ruam kulit, radang paru, serta toksisitas hati.