Ethicaldigest

Belajar Dari Ruam Kulit Yang Dialami Dewi Perssik, Ini 6 Cara COVID-19 Memengaruhi Kulit

Penyanyi Dewi Perssik diketahui telah sembuh dari COVID-19, namun sebelumnya ia memposting foto di akun Instagramnya tentang kondisi ruam kulit yang disebabkan oleh COVID-19. Sebagaimana diketahui virus corona ini tidak hanya menyerang saluran napas, banyak organ yang bisa terpengaruh, kulit adalah salah satunya.  

Melalui live streaming di YouTube pribadinya, Dewi Perssik bercerita bagaimana ruam kulit bisa muncul.

“Bercak-bercak merah itu muncul di hari 11 sampai hari ke 14, alhamdulillah aku tanggal 15-nya nggak keluar lagi, karena aku langsung ke rumah sakit tanah abang untuk ngecek alergi aku,” tuturnya.

“Jadi sakit alergi ini kalau orang bilang itu campak lah atau itu biduran atau kaligata, aku pernah merasakan itu, tapi ini berbeda di saat aku lagi COVID-19,” tegas Dewi.

Dewi Perssik adalah satu dari sedikit orang yang merasakan dampak COVID-19 di kulit. Sejak awal pandemi para dokter terus menemukan gejala-gejala baru COVID-19. Beberapa laporan menyebutkan virus ini mempengaruhi kulit, mulai dari menyebabkan rambut rontok (memengaruhi kulit kepala) hingga beberapa jenis ruam kulit.

Beberapa gejala di kulit muncul di awal infeksi, sementara pada kasus lain beberapa saat setelah infeksi terutama yang dengan infeksi berat. Sebagian besar kondisi kulit membaik seiring kesembuhan.

Peneliti mulai mencari tahu bagaimana pengaruh SARS-CoV-2 ke kulit, apakah sebagai bagian dari respons imun, ataukah melibatkan hormon.

1. Makulopapula

Michael Freeman, dokter kulit dan associate professor di Bond University, Queensland, Australia, menjelaskan ada kondisi kulit yang disebut erupsi makulopapula, yang dikaitkan dengan infeksi COVID-19 yang lebih parah.

Erupsi makulopapula ditemukan pada 47 % kasus. Digambarkan sebagai benjolan kecil berwarna merah dan tinggi. Dalam beberapa kasus gejala ini muncul di sekitar folikel rambut. Kondisi ini berlangsung rata-rata 8,6 hari dan muncul bersamaan dengan gejala virus corona lainnya.

2. COVID toes

Ini merupakan gejala seperti chilblain (peradangan pembuluh darah kecil di kulit yang menyakitkan, biasanya akibat paparan berulang terhadap udara dingin / beku) bisa mempengaruhi tangan atau kaki, atau keduanya bersamaan.

“Kulit yang berubah warna menjadi merah keungunan bisa terasa sakit dan gatal, terkadang ada lepuh kecil. Lesi seperti chilblain ini sering muncul pada tahap lanjut penyakit (COVID-19), setelah gejala lain, dan paling sering terjadi pada anak-anak,” tulis Freeman, dilansir dari TheConversation.

3. Biduran

Biduran atau urtikaria merupakan kondisi di mana terdapat benjolan gatal di kulit. Umumnya lesi tersebut berwarna merah, merah muda atau sewarna kulit, dan kadang disertai nyeri. Umumnya biduran adalah reaksi alergi terhadap suatu pengobatan atau makanan, bisa pula reaksi terhadap iritan yang terdapat di lingkungan.

Pembengkakan biasanya menghilang dalam beberapa menit atau jam di satu tempat. Kebanyakan gatal-gatal hilang dalam 10 hari. Mereka muncul bersamaan dengan gejala lainnya, pada segala usia, dan berhubungan dengan infeksi yang lebih berat.

4. Erupsi vesikular

Ini berupa lepuh kecil dan gatal, yang biasanya muncul di tubuh yang ditemukan oleh 9 ahli dermatologi pada 9% kasus COVID-19. Peneliti menggambarkan, gejalanya kulit seperti berisi darah dan bisa menjadi lebih besar dan menyebar.

Kondisi kulit ini rata-rata berlangsung 10,4 hari dan lebih sering ditemukan pada pasien paruh baya. Erupsi vesikular lebih sering muncul sebelum gejala lain.

5. Livedo atau nekrosis

Ini adalah kematian jaringan tubuh karena kurangnya pasokan darah yang dapat menyebabkan perubahan warna kulit. Penelitian di Spanyol menemukan 6% dari 375 kasus COVID-19 mengalami gejala ini.

Kulit dapat muncul dalam pola seperti renda, atau terlihat berbintik-bintik, dan memiliki area yang berbeda warna. Kondisi ini biasanya lebih sering pada pasien lansia dan yang mengalami kasus parah.

“Pola ini diduga akibat penyumbatan pembuluh darah yang muncul sebagai bagian dari respons kekebalan tubuh terhadap virus,” terang Freeman.

6. Ruam yang berhubungan dengan sindrom inflamasi multisistem pada anak-anak (MIS-C)

“Sistem kekebalan yang berlebihan” memicu peradangan pada jantung dan pembuluh darah, yang mengakibatkan pembekuan darah dan gejala syok. Komplikasi yang sangat langka ini dapat terjadi hingga tiga bulan setelah seorang anak terkena COVID-19. (jie)

Baca juga: Apa Itu Covid Toes, Ruam di Jari Kaki yang Dicurigai Gejala Baru COVID-19?

Gambar: www.otcdigest.id