Ethicaldigest

Infeksi Oportunistik Pasien HIV/AIDS

Saat ini, Indonesia mengalami masalah kesehatan yang sangat kompleks. Pola penyakit yang diderita masyarakat sebagian besar adalah penyakit infeksi menular, seperti tuberkulosis paru, infeksi saluran pernafasan akut (ISPA), malaria, diare dan HIV/AIDS. Pada saat bersamaan, terjadi peningkatan penyakit tidak menular, seperti penyakit jantung dan pembuluh darah, diabetes dan kanker.

Human Immunodeficiency Virus (HIV)/ Aquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) telah menjadi masalah kesehatan dunia. Tidak ada satu Negara pun yang terhindar dari penyakit ini. Berbagai upaya telah dilakukan untuk memerangi AIDS, yang setiap hari membunuh lebih dari 5000 orang di Negara berkembang. Pandemi infeksi HIV yang muncul selama 25 tahun terakhir, telah berkembang ke titik dimana lebih dari 40 juta orang terinfeksi virus ini, yang jika tidak diobati bisa berakibat fatal.

Sejak kasus pertama dilaporkan pada 1981, AIDS menjadi agenda penting tidak hanya di kalangan kedokteran, tetapi juga di kalangan politisi pengambil keputusan, pemimpin agama, dan masyarakat dunia pada umumnya. Sejak itu pula, pengetahuan mengenai AIDS dan virus HIV berkembang dengan sangat pesat.

Jumlah kasus HIV/AIDS terus meningkat setiap tahunnya. Sub Sahara, Afrika, merupakan Negara dengan jumlah penderita HIV/AIDS terbanyak. Contohnya Bostwana, Namibia, Swaziland dan Zimbabwe. Seperlima sampai seperempat penduduknya yang berusia 15-49 tahun terinfeksi HIV/AIDS dan pada tahun 1997, angka kejadian AIDS di Afrika TImur dan Afrika Selatan sangat tinggi, yaitu sebesar 11,4%.

Sementara itu, epidemik AIDS menyebar secara cepat di Asia. Epidemik HIV/AIDS tidak  sama di setiap negara Asia. Beberapa negara lebih banyak terinfeksi dibandingkan negara lain. Pada 2003, di Asia diperkirakan 7,4 juta orang terinfeksi HIV dan sebanyak 1,1 juta adalah kasus baru. Cina dan India merupakan negara dengan jumlah penduduk yang paling banyak trerena HIV. UNAIDS memperkirakan ada 39,5 juta kasus sampai dengan akhir tahun 2006; angka ini melebihi kasus infeksi baru tahun-tahun sebelumnya.

Diperkirakan infeksi baru HIV mencapai 4,3 juta kasus dan telah menyebabkan kematian 2,9 juta orang pada tahun 2006, dan lebih dari 20 juta orang sejak kasus AIDS ditemukan tahun 1981. Di India, diperkirakan sebanyak 4,6 juta orang terinfeksi HIV sedangkan di Cina diperkirakan tahun 2010 sebanyak 10 juta orang terinfeksi HIV.

Perkembangan HIV/AIDS di Indonesia

Berdasarkan laporan terakhir Kementrian Kesehatan RI, sejak pertama kali ditemukan tahun 1987 sampai September 2014, HIV-AIDS tersebar di 381 (76%) dari 498 kabupaten /kota di seluruh provinsi di Indonesia. Provinsi pertama kali ditemukan adanya kasus HIV-AIDS adalah Provinsi Bali, sedangkan yang terakhir melaporkan adalah Provinsi Sulawesi Barat tahun 2011.

Sampai tahun 2005, jumlah kasus HIV yang dilaporkan sebanyak 859, tahun 2006 (7.195), tahun 2007 (6.048), tahun 2008 (10.362), tahun 2009 (9.793), tahun 2010 (21.591), tahun 2011 (21.031), tahun 2012 (21.511), tahun 2013 (29.037) dan tahun 2014 (22.869). Jumlah kumulatif infeksi HIV yang dilaporkan sampai dengan September 2014 sebanyak 150.296.

“Dinamika prevalensi dan epidemik HIV berbeda-beda, antara kota satu dan kota lainnya di Indonesia,” terang dr. Tuti Parwati Merati,  Sp.PD-KPTI, dari FK Universitas Udayana, Bali. Papua, Jakarta, Riau dan Bali adalah provinsi terbanyak jumlah penderitanya. Tempat lain, seperti Jawa Timur, Jawa Barat, Kalimantan, Sulawesi Utara dan Sumatera Barat, prevalensinya juga tinggi.   Jumlah infeksi HIV tertinggi yaitu di DKI Jakarta (32.782), diikuti Jawa Timur (19.249), Papua (16.051), Jawa Barat (13.507) dan Bali (9.637).

Sementara untuk AIDS, sampai tahun 2005 jumlah kasus yang dilaporkan sebanyak 5.184, tahun 2006 (3.665), tahun 2007 (4.655), tahun 2008 (5.114), tahun 2009 (6.073), tahun 2010 (6.907) dan tahun 2011 (7.312), tahun 2102 (8.747), tahun 2013 (6.266) dan 2014 (1.876). Jumlah kumulatif AIDS dari tahun 1987 sampai  September 2014 sebanyak 55.799 orang.

Persentase kumulatif kasus AIDS tertinggi pada kelompok umur 20-29 tahun (32,9%), diikuti kelompok umur 30-39 tahun (28,5%), 40-49 tahun (10,7%), 50-59 tahun (3,4%), dan 15-19 (3,1%). Persentase AIDS pada laki-laki sebanyak 54% dan perempuan 29%. Sementara 17% tidak melaporkan jenis kelamin.

Jumlah kasus AIDS tertinggi adalah pada ibu rumah tangga (6.539), diikuti wiraswasta (6.203), tenaga non-profesional /karyawan (5.638), petani/ peternak/ nelayan (2.324), buruh kasar (2.169), penjaja seks (2.052), pegawai negeri sipil (1.658), dan anak sekolah/ mahasiswa (1.295).

Dampak HIV/AIDS

AIDS mengakibatkan kematian dalam waktu kurang dari 2 tahun, sebagai akibat langsung dari salah satu atau lebih infeksi oportunistik. Angka infeksi oportunistik sudah menurun secara dramatis, sejak tersedianya terapi antiretroviral (ART). Namun infeksi oportunistik masih menimbulkan masalah, terutama untuk orang yag diketahui terinfeksi HIV setelah terdeteksi dengan komplikasi infeksi oportunistik. Banyak yang masih dirawat inap di rumah sakit dengan infeksi oportunistik berat, seperti tuberkulosis.

HIV jika tidak diobati akan menghancurkan sel-sel penting sistim kekebalan tubuh. Kondisi yang dihasilkan berupa AIDS yang akan meningkakan kemungkinan penderitanya terinfeksi kuman yang mengancam jiwa, bahkan dengan organisme oportuinistik yang biasanya tidak menyebabkan penyakit. Masih belum ada obat untuk HIV, tetapi infeksi dapat dicegah dan perkembangan AIDS dapat dikontrol pada banyak pasien, menggunakan obat-obatan antiretroviral.